Thursday, October 22, 2009

PROPOSAL

KATA PENGANTAR

Berdasarkan geografis kawasan pesisir dan laut Sumatera Utara Pantai Timur, terhampar membujur dari Barat Laut ke Tenggara dengan panjang garis pantai 545 Km. Pada umumnya sepanjang pesisir tersebut ditumbuhi oleh hutan mangrave yang hijau dan indah dan sangat berfungsi sebagai ekosistem kelautan yang handal sebagai tempat pemijahan anak-anak udang dan berbagai jenis ikan. Areal hutan mangrave yang terdapat pada pesisir Sumatera Utara dimulai Kabupaten Langkat terdapat 35.000 Ha, Kabupaten Deli Sedang dan Kabupaten Serdang Bedagai 11.800 Ha, Kabupaten Asahan 4.801,2 Ha yang keseluruhannya ditumbuhi hutan mangrave. Kondisi hutan mangrave hingga saat ini sungguh memprihatinkan meskipun telah ada upaya pemerintah dalam penanaman kembali pohon Mangrave, namun kondisi (keberadaan) pesisir dan tersisa 10 % saja dan 90 % nya lagi telah punah oleh berbagai kepentingan manusia. Jumlah penduduk disemapnjang pesisir pantai Timur Sumut diperkirakan Bps 43,03 jiwa / Km2, dengan wilayah pesisir Pantai Timur Sumatera Utara terdapat 8 Kabupaten kota, terdiri dari 35 Kecamatan serta terdapat 436 desa.

Potensi Laut Selat Malaka, sangat baik dan strategis bagi perkembangan berbagai jenis hayati spesies, seperti ikan pelais dan ikan demersal. Yang disebut ikan pelais adalah yang pada umumnya tidak terdapat batu di kepala ikan tersebut, yang lebih jelas lagi sifatnya sering nampak dipermukaan air. Jika jenis ikan Demersal sifatnya hidup di alam dasar laut dan memiliki batu dikepalanya. Keberadaan pesisirnya sangat potensial bagi perkembang biakan udang yang beragam jenis, sebab udang sangat cocok dengan alam laut yang dangkal dan berlumpur. Disamping itu merupakan alur perjalanan ikan (imigran) dari laut Cina Selatan / Birwa dan Laut Jawa mereka akan berpindah-pindah dan melintas dari Selat Malaka. Keberadaan alam dasarnya terdapat sebagian kecil kerang-kerang dan kerang-kerang tipis, tanah keras, tanah pasir dan tanah Lumpur. Sebagai tumbuh-tumbuhan alam dasar terdapat rumput laut, cendawan raksasa, akar pohon dan sejenis (menyerupai) bunga kol. Mengenang penghasilan nelayan di masa silam (dibawah tahun 1970) sungguh sangat menakjubkan. Dengan menggunakan perahu layer saja dan dengan peralatan alat tangkap yang manual serta tidak jauh ketengah, sudah mendapatkan ikan yang cukup banyak.

Ini hanyalah merupakan Nostalgia (kenangan) kehendak manusia (nafsu) mengalahkan segalanya, tanpa mengenang cita-cita kemerdekaan yang dituangkan kedalam UUD 145 yang intinya tanah, air, udara yang terkandung didalamnya dikuasai spenuhnya oleh Negara, untuk kesejahteraan bangsa. Bagaimana keadaan nelayan sekarang? Apa yang telah dan sedang terjadi jika kita seolah-olah telah diabaikan oleh penguasa kepada bangsa asing sejak dari tahun 1960 hingga 2007. Jika kita menelaah pengalaman pahit Negara Kanada yang dijelaskan mereka pada acara konvrensi nelayan Asian di Kuala Lumpur pada tahun 1995 silam yang intinya Canada mengadakan pengoperasian alat tangkap Trawl (ukat harimau) dengan jumlah besar, diawali tahun 160 s/d 1990 (30 tahun) mereka mengeruk keuntungan besar dari hasil laut mereka menjadi pengeksport terbesar di dunia pada saat itu. Tetapi dibalik itu dari tahun 1990 s/d 1995, mereka bangkrut dan terus merugi dan akhirnya mengehentikan kegiatan nelayan canggih, membawa keberuntungan bagi rakyat,tetapi sebaliknya menjadi hidup dalam neraka bagi masyarakat husunya nelayan tradisional sekala kecil.

1. PENDAHULUAN

Sumatera Utara Pantai Timur merupakan tumpuan harapan hidup yang menjanjikan bagi kalangan nelayan skala kecil, menengah, dan skala besar. Pada umumnya dihuni oleh 95 % suku Melayu, 5 % diantaranya percampuran antara suku Jawa, Tapanuli, dan Cina.

Pada daerah Pemko Medan dan Tj. Balai sebagai daerah posisinya terdapat 90 % yang mata pencahariannya nelayan, skala kecil nelayan dan skala besar dibawah Pemkab. Dapat dirata-ratakan mata pencahariannya 40 % bertani dan nelayan, 50 % petani dan 10 % campuran seperti usaha-usaha yang lain dan meninggalkan desa lari ke Kota (menjadi miskin kota) serta TKI. Ketika Pilkada 2008-2013, masing-masing calon menyampikan program kerjanya, kami sangat tertarik terhadap program umum yang dikumandangkan oleh Bapak Samsul Arifin dan pasangannya Bapak Gatoto Puja Nugraha yang isi visinya adalah ; “Masyarakat tidak lapar, Tidak Sakit, Tidak Bodoh”. Inilah program yang sangat sederhana namun singkat, tepat dan padat. Semangat diharapkan realisasinya bagi masyarakat pesisir kami sangat antusias dalam mendukung dan menanti program tersebut.

Janji Pilkada, memang mudah di ucapkan tapi sulit direalisasikan, memang perlu dipahami kondisi politikus-politikus yang ada, hampir dapat disimpulkan surat dengan kepentingan –kepentingan sebagai himbauan dan solusi dari program tersebut. Perlu pemetaan masyarakat di Sumatera Utara, yang terdiri dari 5 golongan anak Bangsa dan kondisi ekonominya masing-masing :

  1. Pejabat Sipil / PNS keberadaannya sangat mapan.
  2. Wiraswasta keberadaannya sangat mapan
  3. Buruh keberadaannya sederhana (hidup pas-pasan).
  4. Tani keberadaannya Sangat sederhana (antara cukup dan tidak).
  5. Nelayan keberadaannya dibawah cukup (hidup serba kurang).

Sebagai pedoman pokok, kuat majunya sebuah bangsa sangat tergantung pada tinginya daya beli dari rakyat bawah yaitu Tani dan Nelayan, apabila kedua anak bangsa tersebut miskin maka pemerintah ikut sulit dan mengakibatkan minimnya PAD, serta harus subsidi hal-hal yang menjadi tanggung jawab pemerintah sesuae dengan undang-undang dasar 1945. Sementara jumlah para petani dan nelayan di Sumatera Utara mencapai lebih 60 % dari jumlah anak Bangsa di daerah itu, dalamhal ini kami petakan tentang nelayan :

I.I Nelayan Skala Kecil :

  1. Kehidupan dan pendapat sangat minim
  2. Pendidikan / Kesehatan sangat minim
  3. Pemukiman kumuh / padat
  4. Pengusaha dan berpenghasilan minim

I.II Nelayan Skala Menengah :

  1. Kehidupan dan pendapatan pas-pasan (sangat sederhana).
  2. Pendidikan / Kesehatan minim
  3. Pemukiman kumuh / padat
  4. Pengusaha dan berpenghasilan lumayan

I.III Nelayan Skala Besar :

a. Kehidupan dan pendapatan pas-pasan (sangat sederhana).

b. Pendidikan / Kesehatan minim

c. Pemukiman kumuh

d. Pengusaha dan berpenghasilan lumayan Maju

2. KENDALA YANG DIHADAPI

a. Tidak terlihat keseriusan dari pejabat terkait dalam membangun dan mencari solusi yang tepat dalam pembangunan ekonomi para nelayan skala kecil.

b. Tidak tersedianya SDM dan tenaga kerja skil di tubuh Diskanla se Propinsi Sumatera Utara dan Kabupaten dan Kota yang membidangi perikanan tangkap.

c. Tidak tersedianya pasar paska panen ikan yang handal.

d. Hancurnya sumber daya ikan diperairan selat malaka secara umum

e. Tidak tersedianya sarana dan prasarana alat-alat modern seperti GPS dan ECOSONDER.

f. Tidak tersedianya sarana pengendalian mutu hasil tangkapan.

g. Tidak tersedianya antisipasi ketidak musim ikan.

h. Tidak tersedianya modal kerja yang cukup bagi usaha nelayan skala kecil.

i. Tidak tersedianya Bank yang memberikan pinjaman lunak bagi Nelayan skala kecil.

3. LATAR BELAKANG KERUSAKAN SDI (Sumber Daya Ikan)

Dengan pengalaman sebagai nelayan Tradisional dari tahun 1962 hingga 2009, banyak terlihat beragam permasalahan dan dapat dijadikan pelajaran sebagai ikhtibar dalam menata kahidupan masyarakat nelayan secara umum. Bermula yang saya ketahui dari tahun 1960 hinga 196 belum ada yang namanya Export ikan keluar negeri termasuk udang-udang dan tiger, seluruhnya dipasarkan di dalam negeri. Tapi, di dunia (luar negeri) telah berjalan alat tangkap Trawl skala besar dengan jumlah yang banyak, tahun 1960 s/d 2009 Thailand aja memiliki lebih 4000 buah boat trawl begitu pula Malaysia tidak ketinggalan,. Ditahun 1967 Indonesia mulai menjalankan usaha trawl yang cukup banyak, yang ketiga negara tersbebut melakukan penakapan ikan di Laut Selat Malaka, mulai tahun 1975 mulai terasa sulitnya nelayan tradisional dalam mendapatkan hasil tangkapan, dengan timbulnya semangat perjuangan dari kaum nelayan tradisional untuk memprotes pengoperasian alat tangkap Trawl. Diikuti oleh berbagai daerah di Indonesia maka pada tahun 1980 muncullah kepres No. 39/80 yang intinya penghapusan pukat Trawl (pukat harimau) diseluruh Repubik Indonesia. Malsyia juga mengharamkan pengoperasian Pukat Harimau pada waktu yang sama dengan Indonesia pada tahun 1985 Malsyia kembali mengoperasikan trawl, pada tahun 1990 Indonesia kembali mengoperasikan trawl (menyusul langkah Malaysia) secara merobah mama alat tangkap (diganti nama) menjadi FHISNET (Pukat Ikan) Pukat Udang (PU) menyusul dengan alat-alat lain sejenis Trawl (dilarang beroperasi di Indonesia / Kepres 39/80) hal tersebut bejalan mulus tanpa sentuhan hukum. Meskipun tahun 1993 terjadi demontrasi protes keras oleh masyarakat Nelayan, namun aparat penegak hukum malag memenjarakan demontrasi, sebab aparat terkait telah bekerja sama dengan pengusaha Cina (pengusaha kuat) Kepres 39/80 tidak berfungsi lagi, meskipun belum di cabut oleh pemerintah berulang kali utusan dari Dirjen Perikanan Tangkap melakukan seminar di Medan. Kebetulan saya salah seorang dari kelompok-kelompok tersebut seagai peserta. Tujuan pokok Materi Seminar adalah melegalkan Pukat Trawl (Pukat Harimau), namun saya berusaha menentang hal tersebut mengingat pengalaman pahit yang diderita Canada sungguh begitu sangat menyedihkan dan menakutkan bagi kelangsungan hidup para Nelayan kecil.

4. NAMA-NAMA JENIS ALAT TANGKAP IKAN YANG DILARANG KEPRES

NO. 39/80

Sesuai SK yang berbunyi sebagai berikut “setiap alat tangkap yang berbentuk kantang digerakkan oleh Mesin disebut Trawl”.

1. Trawl persamaannya FHISNET – PI (Pukat Ikan) PU (Pukat Udang) GT 10 s/d 100

2. Trawl mini persamaannya Pukat harimau (sama juga dan pain) GT 10 s/d 2

3. THU Boat persamaannya Fik Boat (Pukat ini ditarik 2 boat) GT 8 s/d 16

4. Trawl persamaannya pukat Layang GT 3 s/d 5

5. Trawl Boat persamaannya Pukat setan (pukat ikan ditarik 2 boat) GT 8 s/d 16

6. Trawl persamaannya Langgai (mendepikasi dari Sandang) GT 2 s/d 5

Kesimpulan dari beroperasinya alat tagkap Trawl dan sejenisnya diperairan kita Selat Malaka mengakibatkan hancurnya habitat dan sumber daya ikan yang benar-benar menghancurkan perekonomian pesisir secara umum.

Nama Jenis alat tangkap nelayan Tradisional yang masih Berjalan

No

Nama Alat Tangkap

Wilayah Tangkapan

Keberadaannya

1

Pancing Kacar

Husus Tengah

Hidup segan mati tak mau

2

Pancing Tangkal

Husus Tengah

Hidup segan mati tak mau

3

Pancing rawai

Husus Tengah

Hidup segan mati tak mau

4

Jaring Gembung

Jalan I/II

Hidup segan mati tak mau

5

Jaring Ketam

Jalan II/III

Hidup segan mati tak mau

6

Jaring Tenggiri

Jalan II/III

Setengah mati

7

Jaring Tancap

Jalan III/ZEE

Setengah mati

8

Jaring Senangim

Jalan I

Setengah mati

9

Jaring Bendera

Jalan I/II-III

Hidup segan mati tak mau

10

Jaring Tenggelem

Jalan I/II

Hidup segan mati tak mau

11

Jaring Belanak

Jalan I

Hidup segan mati tak mau

12

Jaring Kerapu

Jalan I/III dan ZEE

Hidup segan mati tak mau

13

Jaring Ketam

Beroda dimuara dan paluh

Hidup segan mati tak mau

14

Jaring Kecapu/Ketam

Di paluh dan sungai besar

Hidup segan mati tak mau

15

Jaring Lujun

Dipinggiran / paluh-paluh

Hidup segan mati tak mau

16

Jaring Rawai

Dipinggiran / paluh-paluh

Hidup segan mati tak mau

17

Jaring Tenyah

Daerah Muara

Hidup segan mati tak mau

18

Jaring Dalam

Dsaerah paluh-paluh

Hidup segan mati tak mau

19

Jaring Mini

Daerah pinggiran muara

Hidup segan mati tak mau

20

Tuaway

Daerah pinggiran pantai

Hidup segan mati tak mau

21

Jaring Udang

Jalur I

Setengah mati

22

Jala Udang

Di pinggiran muara dan paluh-paluh

Setengah mati

23

Bubu Salome / kerang

Jalan I

Hidup sederhana

24

Penagkap Kerang Mamal

Jalur (dibeting pesisir)

hidup setengah mati telah…..mati

Alat – alat tangkap menengah dan skala besar (ramah lingkungan)

1. Pukat Cerut GT 30 s/d GT 100

2. Pukat Cerut GT 20 s/d GT 30

3. Pukat Teri/parsaen GT 20 s/d GT 35

4. Jalur berjuen dengan parsaen GT 10 s/d GT 14

Inilah jenis-jenis alat tagkap yang telah dan sedang berjalan selama ini yang beroperasi di pantai dan laut Selat Malaka Pantai Timur Sumatera Utara. Memngingat jumlah nelayan yang menggunakan Trawl berbanding 1 : 25 (untuk tradisional) dengan perbandingan demikian, keliru besar pengusaha dan pengusaha melakukan penghianatan terhadap Negara (rakyat Indonesia) sementara ABK Trawl tersebut hanya makan gaji dan penghasilan paspasan kecuali Nachodanya.

5. SEBAB AKIBAT DARI KEBIJAKAN

Sebab akibat kebijakan yang tidak berpihak pada ekonomi kerakyatan terutama Neayan dan tani menimbulkan urbanisasi dari desa mengadu nasib ke kota dan menimbulkan masalah banyak antara lain :

  1. Miskin kota
  2. Pengangguran dan berbagai kejahatan
  3. Menjadi TKI legal dan Ilegal

Sementara Indonesia mengimport beras dari Vietnam, Thailand dll. Sementara tanah di berbagai daerah Indonesai diperbolehkan di usahai oleh asing untuk perkebunan sawit, kebijakan-kebijakan Diskanla Propinsi Sumatera Utara dan Diskanla Kabupaten dan Kota, menyarankan kepada masyarakat nelayan agar membentuk kelompok-kelompok KUB (Kelompok Usaha Bersama) hal tersebut baik sadar maupun tidak sadar merupakan pemecah belah kekuatan para nelayan dan menimbulkan tidak percaya antara pengurus dan anggota. Sehingga masyarakat apatis dan tidak proaktif dalam perjuangan hidup, padahal HNSI masih ada di daerah-daerah seluruh Indonesai. Kenapa tidak dikokohkan HNSI (Himpunan Nelayan Seluruh Indonesia) saja yang bertaggung jawab terhadap nelayan ? padahal HNSI adalah organisasi yang sah direpublik ini dan mempunyai dasar hukum yang kuat yaitu Tri Tunggal (tiga tapi satu) artinya I. Wadah Masa (HNSI) II. Wadah Ekonomi yaitu Koperasi dan III. Pemerintah yaitu Disakanla Daerah-daerah jika hal tersebut berjalan mulus dan serius mengentaskan kemiskinan, disektor nelayan saya sangat yakin hanya dalam tempo 2 tahun nelayan tidak perlu subsidi lagi.

Yang terjadi dampak dari Diskanla HNSI jalan sendiri tak ada tujuan, koperasi tidak mendapatkan kepercayaan (jalan di tempat) perikanan jalan sendiri dengan kebijakan memberikan bantuan-bantuan berupa boat kecil, perahu kecil, alat tangkap tradisional dan lain-lain yang diberikan lewat kelompok-kelompok yang mengakibatkan hancurnya kelompok. Contoh soal penghancuran kelompok, semua masyarakat nelayan sudah tau sulitnya mencari ikan di laut penjualan dan biaya melaut sering tidak berimbang dengan penghasilan rata-rata sangat minimum, diberikan bantuan (paket bergulir) kepada kelompok yang beranggotakan 15 orang (20 orang) sementara peralatannya memakai boat, sedangkan 1 unit boat hanya menyerap 4 orang ABK dan juragan, dengan kondisi alam laut yang telah rusak, tidak mungkin hasil boat mampu mengembalikan (penggiliran) untuk perawatan boat saja sulit dilakukan, apa yang terjadi ? secara otomatis ketua kelompoklah yang memegang kendali usaha, bagaimana pendapat anggota? Sebagian dari anggota bercerita keluar kelembar dan melebar, maka masih tak percaya sudah membudaya bagi para nelayan tradisional baik itu kelompok maupun HNSI. Inilah fenomena yang telah dan sedang terjadi tanpa ujur yang jelas dan ahir tidak jelas.

Sistem perniagaanhasil laut dan sedang berjalan di Sumatera Utara :

a. Jenis-jenis ikan local seperti Dencis, Gembang Kuning, Asa-asa, Selar Gembung, Cumi-cumi, kepala batu (gulama) dan lain-lain dipasarkan di Kota Medan dan dibeli oleh pedagang antar Kota di Sumatera Utara, ada juga yang langsung membeli ikan dari gabian Belawan dan di bawa ke Siantar, Berastagi, Kabanjahe, Lubuk Pakam, Stabat, Binjai dan lain-lain.

b. Jenis ikan Export seperti Bawal Tambak, Bawal Putih, Bawal Hitam, Tenggiri Batang, Tenggiri Papan, Keparu Guling, Kerapu Bunga (sapan), Kerapu Gepang, Keapu Lumpur, Kerapu Merah, Kerapu Putih,, Perang-perang, Ketang Surat, Aji0aji, Senangin, Semahang, Sembilang, Jenaha dan lain-lain sebagian besar dipasarkan ke Malaysia dan Singapura.

6. KENDALA YANG DIHADAPI BAGI PASAR EXPORT

  1. Malaysia merupakan Negara yang termasuk pengeksport ikan ke luar negeri (Eropah) mereka menampung ikan dari berbagai Negara seperti Indonesia, tailand, Birma, India dan lain-lain dan disanter yang bagus-bagus sesuai dengan pengendalian mutu ikan dan di kirim ke Eropah, sisa dari sarteran dipasarkan olehnya di seputar Malysia sendiri. Dalam kesempatan mengikuti konfrensi nelayan Asian di Kuala Lumpur tahun 1995 silam, banyak dihadiri dari berbagai Negara sebagai perwakilannya adalah pengusaha perikanan dari masing-masing Negara. Dalam dialog sesame perusahaan kami berbincang-bincang tentang harga ikan di Jepang ternyata harga di Jepang 300 % lebih mahal dari penerimaan pengusaha Malaysia. Dan kami bertanya pada pengusaha Eksport di Malaysia, kenapa harga ikan dari Indonesia selalu murah harganya, sementara pasaran Jepang dan pasaran Hongkong jauh lebih mahal mereka menjelaskan, bahwa ikan dari Indonesai mutunya sangat rendah setelah diproses (di sarter) terdapat mutu yang baik hanya 25 % saja sedangkan yang 75 % lagi dipasarkan di lokal Malaysia , itulah sebabnya harga ikan di Sumatera Utara jauh tertinggal dibanding Negara lain.

Kesimpulannya adalah pengendalian mutu ikan sangat penting ditingkatkan baru mungkin dapat diterima pasar bebas (ujung pasar).

6.1. KENDALA YANG DIHADAPI BAGI PASAR LOKAL

  1. Ketika ikan banjir, boat-boat besar membawa hasil antara 15 ton, 20 ton dalam strip, sedangkan Nelayan tradisional membawa hasil tangkapan 400 Kg, 600 Kg per trip, tapi harga ikan local hanya berkisar Rp. 5000,- / Kg. total penjualan Rp. 2.000.000 s/d 3.000.000. sementara belanja melaut Rp. 1.500.000,- s/d Rp. 2.000.000 sisa penjualan hanya Rp. 500.000,- s/d 1000.000,-. Sisa penjualan inilah dibagi 6 ½ bagian. Hal inilah yang menjadi persoalan yang tiada akhir pendapatan 1 ABK untuk satu trip antara Rp. 75.000,- s/d Rp. 150.000,- saja. Satu bulan hanya dapat 3 trip saja, nelayan skala kecil tak jadi panen.
  2. Ketika ikan kurang harga ikan melonjak 100 % dan bias 150 %. Tapi pendapatan Nelayan skala besar hanya 500 Kg s/d 100 Kg per satu trip, pengusaha tidak juga memperoleh hasil, maka rugi 1 bulan melaut hanya dapat 4 trip saja. Nelayan skala kecil hanya mendapat antara 100 Kg s/d 300 Kg dengan harga Rp. 13.000 jika salah satu hasil (100 Kg) maka Rp. 200.000 per trip apabila mendapatkan hasil 300 Kg maka memperoleh keuntungan Rp. 2.400.000,- lalu dibagi 6 ½ maka hasil ABK masing-masing Rp. 400.000,- perlu diingat bahwa 1 bulan hanya dapat 3 trip saja.

Terjadi di dalam catatan kami bahwa di dalam hasil pertahun rata-rata menimbulkan hutang kepada pemilik boat dan seterusnya pemilik boat berhutang kepada pihak ke III (rake penjual ikan di pasar sehingga terjadi kelemahan di dalam pengembangan usaha).

7. KESIMPULAN DARI AKAR MASALAH KEMISKINAN DI SEKTOR ASYARAKAT NELAYAN SKALA KECIL

a. Kerusakan SDI (Sumber Daya Ikan) di Selat Malaka dengan pengoperasian alat-alat tangkap Trawl selama 45 tahun yang dilakukan oleh Thailand Malaysia dan Indonesia, mengakibatkan punahnya terumbu karang, rumput laut.

b. Tidak berjalannya hukum laut dan jalan tankap tentang UUD 392 Kepres 39/80 dan UUD 31 2004.

c. Buruknya system birakrasi disektor perikanan yang tidak berpihak kepada rakyat kecil (ekonomi lemah).

d. Tidak tersedianya tenaga skil di sector perikanan tangkap, baik dari Diskenla Propinci maupun Kabupaten Kota.

e. Telah terjadi oper pising di jona tangkap.

f. Tidak tersedianya pasar dari hasil tangkapan yang benar.

g. Minimnya sumber daya manusia (SDM) dikalangan Nelayan skala kecil.

h. Minimya perhatian pemerintah terhadap nelayan skala kecil.

i. Minimya pendapatan bagi masyarakat nelayan

8. SOLUSI

Di dasari dari akar masalah tersebut diatas perlu kiranya segera memperbaiki permasalahan –permasalahan yang sedang berjalan. Disamping perbaikan-perbaikan kelemahan diharuskan secepatnya membangun rumah ikan buatan secara permanent dengan jumlah 5000 titik di Selat Malaka (Sumut Pantai Timur) guna melestarikan kembali habitat ikan dan anak-anak ikan agar membiak kembali di perairan pesisir Sumatera Utara Pantai Timur. Jika penghentian trawl dilakukan saat ini, jelas tidak mungkin sebab terumbu karang sangat lamban pertumbuhannya. Mengingat ekonomi kita saat ini sangat sulit dan eksistensi laut telah punah, terjadi pula PHK bagi ABK alat tangkap trawl yang jumahnya mencapai 4000 orang di bagian Belawan tentulah terjadi pengangguran besar. Untuk itulah pada tahun 2002 selama kami lakukan membuat uji coba sarana pendukung dan kami beri nama Rumpun Ganda, hanya Rumpun Ganda yang mampu menjawab segala bentuk persoalan-persoalan yang timbul dikalangan nelayan. Dari itu perlu menata akar masalah dan mengutamakan yang seharusnya dilakukan dan bukan terbalik-balik. Namun, keseluruhan poin-poin tersebut harus menjadi perhatian serius bagi seluruh lapisan masyarakat.

Manfaat besar Rumpun Ganda mampu menjawab poin a, e, f, g, h dan i untuk penjelasan keberadaan Rumpun Ganda dijelaskan dari hasil (nelayan) ketika dilakukan sosialisasi Rumpun Ganda pada awal 2007 silam. Di lingkungan 30 Arang Kelurahan Belawan I.

Tanya jawab sosialisasi tentang Rumpun Ganda

Tanya : Apa iotu Rumpun Ganda ? dan bahan bakunya dari apa?

Jawab : Rumpun Ganda disingkat (RG) merupakan solusi utama meningkatkan kesejahteraan masyarakat pesisir secara umum. Hal tersebut telah dilakukan uji coba beberapa kali dan ditemukan cara yang sangat sempurna, sehingga mampu mendatangkan ikan-ikan seperti jenis ikan pelagis dan Demersal dalam tempo 20 hari s/d 30 hari sudah ramah berkumpul diseputar Rumpun Ganda, kita telah mengenal bahwa Allah telah memberikan sifat-sifat ikan suka berpindah-pindah (migran) dengan adanya rumpun ganda mampu memperlambat ikan imigran, bahan baku Rumpun Ganda terdiri dari tulang kotak cor beton dan diselimuti ban bekas ukuran besar dan kecil, dirangkai antara sati dan lainnya sesuai gambar.

Tanya : Apakah ban bekas tidak menjadi polimik yang buruk dari dampak kesehatan ikan maupun manusia yang memakan ikan dari hasil Rumpun Ganda ?

Jawab : Selama uji coba, kami memakan ikan hasil tangkapan di areal Rumpun Ganda tanpa ada masalah, menurut analisa kami, ban bekas yang berada di dalam air tidak larut dan luntur malah tahan hingga waktu tidak terbatas itu pulalah pandangan pertimbangan manfaat ban bekas. Disamping harganya murah, tapi sangat disukai ikan Deersal dan Pelagis. Jika kita perhalus tentang Radiasi pencemaran diperairan Selat Malaka memang ada tetapi menurut analisa kami secara alami, bahwa sejenis logam kadar radiasinya jauh lebih tinggi dan banyak menyebar diseluruh perairan industri, umpamanya di Selat Malaka ratusan kapal tenggelam yang jelas-jelas mengandung radiasi yang tinggi. Termasuk juga kapal-kapal yang melintas diperairan Selat Malaka, juga mengandung radiasi, maka sifat jenis logam (besi) jelas larut terendam air. Sementara jika menggunakan ban bekas terbukti tidak larut dalam air meskipun 100 tahun lamanya. Dasar pertimbangan itulah makanya dipilih ban bekas sebagai bahan baku Rumpun Ganda dimana harganya murah, gampang dicari dam mudah dalam membuat sisi-sisi lubang yang sangat efektif untuk penyelamatan anak-anak ikan dari pemasngsanya, lagi pula sifat pasang surut air laut Selat Malaka, arusnya sangat deras dan tanpa menimbulkan yang mengendap. Untuk analisa atas dampak buruk terhadap manusia terkesan seumur hidup saya belum ada masyarakat pemakan ikan yang terkena penyakit karenanya meskipun hingga saat ini banyak terjadi pencemaran dari berbagai jenis kimia.

Tanya : Berapa titik kah pengadaan RG yang ideal dikelola ? dan kenapa namanya RG?

Jawab : Pengadaan RG yang idealnya 5000 titik untuk Selat Malaka pantai Timur Sumatera Utara (250 pakai) sebagai contoh dasar, dibutuhkan 20 titik RG dan disebut 1 paket dan dibutuhkan pasilitas lengkap agar dapat dikelola secara sistematik, epesien, bermanfaat bagi masyarakat nelayan. Rupun Ganda merupakan kombinasi 2 jenis rumpun, yaitu tuasan /unjam digabung dengan rumah ikan dasar yang terdiri dari bangkai kapal tenggelam, terumbu karang dan rumpun dasar buatan, justru pendapatan hasil tangkapan menjadi 2 jenis sumber ikan satu jenis ikan pelagis dan kedua jenis ikan Demersal. Dalam yang bentuknya ganda baik dari bahannya ganda serta hasil tangkapan juga ganda, maka dinamai Rumpun Ganda.

Tanya : Bagaimana dasar pemikiran anda bahwa rumpun ganda sebagai solusi pengentasan kemiskinan nelayan ?

Jawab : Didasari rusaknya SDI (Sumber Daya Ikan) pada umumnya di Indonesai dan husunya di Selat Malaka ditandai dengan pengalaman selama ini sebelum tahun 1990 masih banyak sisa-sisa terumbu dan rumput laut, ketika sampai pada musim panen seperti jarring gembung dapat bertahan hingga 4 bulan umpamanya ; ini hari melaut, malamaya membawa pulang hasil antara 200 Kg s/d 800 Kg, kadang-kadang 15 hari tidak pernah kosong, begitulah seterusnya sampai pada habis musim. Menurut analisa (dasar pemikiran) bahwa Rumpun Ganda adalah sebagai pengganti terumbu yang punah dan mampu memperlambat ikan imigran. Setelah memasuki tahun 1990 Pukat Trawl mulai lagi menjamur dan cepat berkembang, maka hasil tangkapan para nelayan skala kecil terus menurun. Memasuki tahun 2000 banyak jenis ikan nelayan skala kecil mati pelan-pelan antara lain jarring udang mati langsung, jarring bawal mati langsung, belat tengah/tepi juga mati, jarring gembung setengah mati, jala setengah mati, amboi alur sungai setengah mati, tangkul kepiting sudah lama mati, jarring tenggai setengah mati. Dalam hal tersebut jelas sekali pengembangan Rumpun Ganda sangat dan mengharapkan guna menyelamatkan sumber kehidupan dan kesejahteraan bagi masyarakat pesisir. Banyak lagi manfaat yang lain yang intinya meningkatkan pandapatan para nelayan.

Tanya : Anda menyatakan Rupum Ganda mampu mensejahterakan masyarakat pesisir tolong diperjelas kaitannya.

Jawab : Memang jelas, manfaat Rumpun Ganda sangat jelas mensejahterakan masyarakat pesisir secara umum.

Kewajiban dan kesepakatan bersama

a. Pengelola wajib : Melestarikan rumpan ganda – melayani kebutuhan pemamfaat dan

menjaga keutuhan (RG) dari pelanggaran alat tangkap trawl- membawa (mengumpul)hasil tangkapan yang di peroleh pemamfaat setiap hari serta di satukan seluruh ikan yang dikumpulkan oleh ke 5 baat pengelola dan dibawa ke darat dengan menggunakan salah satu baat pengelola ( denga sistem reguler) menurun giliran pulang

b. Manfaat wajib : Mematuhi segala ketentuan ketentuan di sepakati yang bertujuan dan berazaskan saling menguntungkan. Menyerahkan seluruh hasil tangkapanya ke pada tim pengelola, baik dibayar tunai maupun berupa bau saja dan turut memperhatikan, menjaga keutuhan rumpan ganda – melaporkan segera kepada pengelola jika ada hal hal yang mengancam keutuhan RG.

VII Tanya : Bagaimana sistem saling untung, sementara pengelola memperoleh untung ?

hal ini sudah jelas berbau bisnis.

Jawab : anda benar dalam berpendapat, mari kita tingkatkan analisa yang lebih

dalam berpendapat, mari kita tingkatkan analisa yang lebih dalam. Sementara saya jelaskan azas kita saling menguntungkan, berarti tidak ada yang dirugikan, saya beri beberapa contoh kergian nelayan selama ini dan menyongsong ke saling mengntungka.

Contoh

I. Perihal tentang penangkapan ikan, menurut kebiasaan para nelayan melaut, hanya berdasarkan Informasi belakang dari teman-teman di laut apabila tempat yang di tuju tidak ada ikan, maka mereka akan melang melang buana kesana kemari mencari ikan kadang-kadang terpaksa melampau laut Indonesia malah sampai malah sampai wilayah malaysi, sehingga menghabiskan BBm mencapai 250 Ltr/Trip sementara hasil belum jelas, sementara resiko,resiko yang di hadapi adalah ditangkap dan dipenjara serta baat dan hasil tangkapan di sita.

II. Harga market) menurut kebiasaan, penjualan ikan yang di peroleh nelayan sem pat kacau – tunda tangkap dan sejenis alat tangkap yang menginap di laut dari 6 hari s/d 9 hari harga jualnya sangat murah. Contohnya ketika hari yang sama dan waktu yang sama antara boat pukal cerut cerut dan alat tangka yang nginap 6 s/d 9 hari di laut tedapat selisih harga antara Rp. 4000 s/d Rp. 5000 / kg. Sebab mutu ikan yang nginap 6 hari di laut, otomatis 30 % ikanya akan pecah perut dan 40% lagi sudah lembek dan hasil yang pulang 2 har lagi 30 % yang agak bagus, jadi gabung harga lelang antara pecah perut, lemas, segar dijangkau harganya Rata rata F 500 s/d 9000/kg sementara pukat cerut haraga lelangnya Rp. 13.000,- hanya dengan masalah mutu, harga – harganya rata-rata 8250/kg. Maka kerugian nelayan mencapai Rp. 4750 /kg.

III. Dengan paint 1-2 tersebut jelas terlihat kerugian yang membeli selama ini terus berkepanjangan.

Contoh keberuntungan para nelayan ( Femamfaat RG )

1. Nelayan melaut menuju langsung ke posisi banyak ikan ke RG, jelas mengurangi pemakaian BBM hingga 50 % (penghematan)

2. Kebiasaan masa kerja melaut selama ini 6 hari/ terip. Dan dengan waktu 1 Bulan hanya dapat sebanyak banyaknya 3 tarif saja, erarti mas kerja 1 bulan hanya dapat 1 hari. Sedangkan sistem Rg dapat ditingkatkan menjadi 22 hari s/d 28 hari masa kerja/ bulan.

3. Pasar ikan juga sangat terbatas, mengingat kerugian dari mutu ikan Rp. 4.750/ kg dapat di tekan menjadi Rp 3.000,- /kg

4. Dengan kerja sama pengelola dan pemamfaat, seperti, seharusnya pemamfaat memiliki fiber clas, satu unit ukuran isi kotor a ton harga Rp. 6.000.000,- dan GPS Rp. 3.000.000 serta modal kerja hingga Rp. 2.000.000,- per tarif (total inpestasi minimal 11.000.000,- hal tersebut tidak di butuhkan lagi.

5. Harga jual ikan ( kusus ikan lokal ) terangkat 1750 kg

6. Pendapatan ikan yang biasanya 1 bulan rata rata 1000 kg dapat meningkat1500 kg s.d bulan 2000 kg ( 25 hari kerja x 80 kg )

9. Ketentuan yang yang ril, tidak boleh di runah ( dalam pengadaan rumpan ganda)

a. Setiap 1 paket rumpan ganda wajib memiliki 5 unit boat berbabat 10 GT lengkap sarana prasarananya.

b. Setiap 1 paket rumpan terdiri dari 20 titik (set) Rumpa Ganda

c. Setiap satu titik RG trdiri dari 10 l rumah ikan berbentuk kotak 4 persegi panjang menggunakan angka dan car beton tebal inci x 7 inci lengkap besi racau ukuran 14 mm panjang 2 ½ Mt-l- l -2 mT, dan dibungkus dengan bau bekas sehingga berbetuk rangkaian antara bau dan bau sehingga di senangi jenis ikan demersal.

d. Setiap titik RG dilengkapi 2 set tuasan untuk tempat berkumpulnya jenis ikan pelagis – FE 28 mm x 2 set – ½ ral talife Fmm ( pengikat daunkelnya dengan tali besar – pelampung busa (palipan) P.1 ½ mT-Li mT. Tinggi 50 cm. Dibungkus dengna plastik dan di bungkus lagi dengan tali mengikat madan katrol.

E. Pengelola tidak boleh memamfaatkan keuntungan untuk kepentingan pribadi, seluruh Keuntungan di masukkan menjadi kas :

· Diperuntukskan buat gaji pengelola dan pekerja.

· Diperuntukkan buat wd perbaiakan rumpan dan pembuatan tambahan

· Diperuntukkan buat biaya aprasional (kelima boat)

10. Serapan Tenaga Kerja dan pemamfaatan 1 paket RG

Pengelola terdiri dari

1. Staf pengelola : 5 orang, bidang administrasi 2 kasir, 1 orang pemasaran. 1 orang pembekalan, 1 pembantu/ pekerja, 10 oranzg bongkar muat, 2 pembantu pemasaran, 4 pemabntu perbekalan.

2. Pengelola di laut : 1 orang tukang, 1 orang administrasi, 3 orang ABK total satu boat, 5 orang x 5 boat – 25 orang.

3. Pemamfaat : Masing-masing titik menampung minimal 3 boat x 20 tok = 60 boat x masing masing bat 6 orang = 36 orang total serapan tenaga manusia = 15 + 25 +360 orang = 400 orang.

11. Memasuki program tahap ke II

Perjuangan pembuatan Rumpan Ganda sebanyak 1 paket ini merupakan titian dasar menuju pembuatan Rumpan Ganda sebanyak 5000 titik ( 250 paket ) di Sumut pantai timur, jika terlaksana pembuatan 1 paket Rumpan Ganda, maka sangat di yakini hasil dan mamfaatnya bagi kamu nelayan, maka terus di perjuangkan pembuatan baru ( th berikut ) sebanyak 1000 titik ( 50 paket ) dan Th berikutnya 250 paket ( 5000 titik ).

Jika terlaksana pembuatan RG 1000 titik saja, sudah jelas kita mampu membuka kontrak dengan pasar eropa dalam hal Expart ikan segar dengan mutu yang yang terjamin jika hal tersebut berjalan lancar ke depan, Pemerintah tak perlu pusing – pusing tentang bantuan modal pembuatan Rumpan Ganda 4000 titik lagi, dan dalam tempo 2 tahun setelah pembuatan 1000 titik akan tercapai tujuan kesejahtraan bagi seluruh masyarakat pesisir Sumut pantai timur, setelah di cari berbagai tekua lagi dan cara-caralain belum dapat program yang cepat mamfaatnya bagi seluruh masyarakat pesisir Sumut adalah pengadaan Rumpun Gand. Sebagai telah di uraikan tentang pemasaran ( market ) mengingat di seluruh dunia ( Negara negara 0 telah melakukan pengapraisan trwl maka dampak yang ditimbulkan oelh trawl adalah Kerusakan alam laut ( kerusakan sumbe rdaya ikan ) hal tersebut mengakibatkan hilangnya jenis jenis ikan demersial seperti berbagai jenis kerapu , berbagai jenis kakap merah, berbagia jenis kakap putih secara keseluruhan menjadi kebutuhan bagi pasar duni. Hal ini merupakan potensi yang sangat luar biasa dalam memajukan ekonomi masayarakat nelayan dengan sistem pengendalian mutu ikan yang alami, pencembungan sumber daya ikan yang alami, penagkapan ikan dengan cara manual (alami) maka sangat di yakini Indonesia merupakan penyakit ikan terbesar di Dunia khusu jenis ikan demersel.

Dengan terbangunya rumpan Ganda hinga 500 titik ( 250 paket ) di perairan selat malaka, maka perkembangbiakan jenis ikan pelagis dan demersel, membanjiri Sumatera Utara, untuk jenis ikan demersel telah di lakukan pengeksport ke ujung pasar, mampu mendongkrak masuknya uang ke Propinsi mencapai 400 % dari tahun sebelunya.

Untuk jenis ikan pelagis, pada umumnya sebagian kecil dapat di expact ke luar Negeri dengan sistem Expart iakan segar, dari itu Dunia Usaha, akan segera membangun pabrik pengolahan, sesuai dengan tersedianya bahabn baku (ikan segar) yang akan diolah, maka kelemahan kelemahan selama ini seperti ikan banjir harganya anjrak, ikan kurang harganya melpambung tingg, kedua pasaranya nelaya tidak panen-panen.

Dengan tersedianya pengolahan, maka harga ikan dapat stabil dan terjangkau, dan pendapat nelayanterdangkrak dari jenis ikan pelagis mencapai 100 % , dari tahun tahun sebelumnya ada pengolahan, dari itulah tiadakan lain yang paling di utamakan dalam program pengetasan kemiskinan kaum nelayan, mengupayakan pengadaan Rumpan Ganda sebanyak 5000 titik di laut Sumatera utara pantai timur. Apabila dilaksanakan program ini oleh pemerintah, sesuai dengan petunju, ternyata tidak menambah penghasilan para nelayan secara umu, maka saya (Ruslan) selaku penggagas melakukan uji coba coba dan menganalisa dari berbagai persoalan, bertanggung jawab sepenuhnya dan rela mendapatkan hukuman mati sekalipun demi kemajuan nelayan tradisional.

Jika dilihat secara kasar memang tidak terlihat manfaatnya bagi nelayan pinggiran apalagi ekonomi pesisir, tapi diambil dari permasalahan yang sangat mendasar yaitu, rusaknya sumber daya ikan baik laut tengah, menengah dan pinggiran telah terjadi luluh tantak tanpa perlindungan hukum yang mengakibatkan pendapatan nelayan secara umum sangat minim. Dari itulah dilakukannya upaya-upaya agar mengehtikan seluruh jenis alat tangkap yang merusak ekosistem kelautan dan sumber daya ikan. Untuk menwujudkan pengehtian beroperasinya alat tangkap perusak (yang sejenis trawl) tidak segampang kata-kata, dari itu perlu pertimbangan-pertimbangan yang jeli dan bersahabat tanpa merugikan pengusaha maju maupun modefikasi trawl (trawl mini, pukat langgai, dan pukat layang). Ketiga alat tersebut dapat berhenti secara suka rela tanpa paksaan dari itulah mulailah peningkatan pendapatan bagi nelayan Skala kecil meningkat secara bertahap dan dapat menampung usaha modefikasi trawl beralih menjadi penagkap ikan tradisional di lokasi Rumpun Ganda, dengan penghasilan yang lebih baik dan apabila berhentinya ketiga alat tangkap tersebut secara total di Sumatera Utara Pantai Timur, maka pendapatan para nelayan skala kecil terus meningkat. Dengan meningkatnya pendapatan masyarakat maka seluruh aktifitas dipesisir seperti perniagaan (jual beli berbagai jenis) usaha kecil seperti jualan makanan ringan, sarapan pagi, tukang beca dan lain-lain turut terangkat dengan sendirinya tanpa dibantu.

Tanya : Anda ada menjelaskan bahwa apabila ada hasil tangkapan para nelayan skala besar dan skala kecil meningkat maka harga ikan akan anjlok (murah) dan apabila pendapatan nelayan skala besar dan skala kecil menurun, maka harga ikan akan meningkat (mahal). Setelah rumpungan ada di bangun sebanyak 5000 titik di Sumatera Utara Pantai Timur, maka dengan seandainya harga ikan akan murah terus-terusan, bagaimana solusinya ? termasuk pemasarannya ?

Jawab : Justru itulah yang diharapkan, ikan terus banjir dan harga akan murah, dari hal tersebut dilakukan cara dalam pengelolaan pasar dan pengelolaan hasil ikan jenis lokal untuk pengelolaan pasar dapat dibagi dua yaitu pasar Export dan pasar lokal. Pasar lokal dibagi dua lagi diantaranya pasar lokal dalam negeri (ikan segar) dan pengolahan (ikan siap saji, pengasinan dan lain-lain). Untuk dalam dan luar negeri maka harga ikan akan stabil dan untuk export ikan segar malah harganya akan naik 150 %.

Tanya : Bagaimana dasar penjelasan anda harga ikan tersebut bisa naik hingga 150 % dari harga sekarang?

Jawab : Entah kasus nyata, hingga hari ini pasar ikan export sumut husus ikan segar, hanya mampu menembus pasar Malaysia, sesuai keterangan dari salah seorang pengusaha Malaysia di Kuala Lumpur yang bernama Edwal Lee. Dia menjelasakan bahwa ikan segar yang dari medan kualitasnya rendah, sehingga dipasarkan kelokak Malaysia mencapai 75 % dan expor ke luar Eropa hanya 25 % saja. Sementara harga ikan kenapa dari sumut hanya berkisar Rp. 50.000 / Kg dibanding harga di Jepang mencapai Rp. 150.000 / Kg. Dikarenakan sistem dan solusi tidak di turunkan secara benar oleh aparat tyerkait, dalam hal-hal yang berkaitan dengan pendapatan para nelayan.

Sebab kunci pokok dari Rumpun Garuda adalah meningkatkan pendapatan para nelayan secara umum. Apabila pendapatan nelayan meningkat, maka seluruh aktifitas masyarakat pesisir relatif akat terangkat. Aktifitas diantaranya seluruh jenis usaha dagang termasuk jalan apa saja, pertukangan, tukang becak, RBT sejenis transportasi dan lain-lain untuk yang lebih jelas, selusi dari dampak hasil musiman. Mengingat kemdala selama ini tentang pasar, belum ada solusi yang ada. Contoh kasus apabila musim ikan banyak maka harga ikan jatuh berat dan apabila ikan kurang, maka harga melambung tinggi, solusinya adalah membangun pabrik pengolahan agar harga ikan dapat normal, sebaliknya siapakah pengusaha yang bersedia impestasi ? tentu tidak ada yang siap. Sebab, ketika ikan kosong, pabriknya meganggur. Dimana gaji pegawai dan karyawannya tentu terancam bangkrut, untuk mengatasi hal tersebut hanya Rumpun Ganda lah yang mampu mendatangkan ikan dalam jumlah banyak, dan pasarlah kunci dari keberhasilan. Contoh pasar yang lain lebih besar hasilnya selama ini pasar export ikan segar, hanya mampu sampai Malasyi saja, kenapa tidak langsung ke ujung pasar? Semantara perbedaan harga mencapai tiga kali lipat (mahal) dari harga Malasyia, berapa besar kerugian bangsa? Sementara apta 2003 / 2010 globalisasi perdagangan bebas/globalisasi ekonomi tidak dimanfaatkan untuk kepentingan rakyat (masyarakat nelayan) persoalan ini merupakan sebuah fenomena yang hingga saat ini belum terpecahkan oleh bangsa kita. Masalah yang sebenarnya adalah pengendalian mutu ikan dari Indonesia belum mampu menurut kebutuhan pasar, apalagi dikirim (export) ke eropa (ujung pasar) maka, terancam akan kena klaim, sesuai supe yang kami lakukan tahun 1995 di Kuala Lumpur, kami bertanya pada salah seorang pengusaha export terbesar disana, kenapa harga ikan dari Indonesia hususnya Medan jauh lebih murah dari negara yang penerima ikan yang lain ? mereka menjawab ikan yang datang dari Indonesia setelah kami seter disini, hanya 25% yang dapat di export ke Eropa. Dan itulah sebabnya saya katakan (jelaskan) bahwa sistem pengolahan Rumpun Ganda yang mampu mengatasi hal tersebut.

Tanya : Bagaimana sistem pengolahan Rumpun Ganda yang benar sehingga mampu dalam hal pengendalian mutu ikan, dan melalui pasar dalam luar negeri.

Jawab : Sistem pengolahan Rumpun Ganda merupakan perpaduan dan mengisi tugas dan tanggung jawab negara tentang anak bangsa memperjuangkan hak kesejahteraan bagi nelayan dan lain-lain, maka kami bagian dari masyarakat peduli dan berupaya sekuat tenaga dan akhirnya menemukan solusi yang tepat dan mampu mengatasi berbagai kendala dengan modal dasar tuntutan batin merancang dan uji coba RG, pengelolaan Rumpun Ganda mempuyai sistem terpadu diharapkan dapat bekerja sama dengan pemerintah dengan ketentuan pemerintah sebagai pelindung dan pasilisator. Pengelola sebagai badan manajen serta mengelola pergniagaan nelayan sebagai pemanfataan rumpun Ganda.

PASAL

13. Gambar Rumpun Ganda

14. Gambar Susunan Garis-Garis Rumpun Ganda

15. Penutup

Daftar Isi

Ringkasan Digram

Daftar isi Buku ....................................................................................................

Kata Pengatar .....................................................................................................

1. Pendahuluan .................................................................................................

2. Kendali yang dihadapi ..................................................................................

3. Kramaloigis, Pengalaman Sebagai Nelayan ...................................................

Dan Latar Belakang Kerusakan SDI .............................................................

4. Nama dan Jenis alat Tangkas ........................................................................

5. Sebab akibat dari kebijakan .........................................................................

6. Sistem Perniagaan ........................................................................................

7. Kesimpulan dari Kasus Masalah ...................................................................

8. Solusi Pengentasan Kemiskinan ....................................................................

9. Sosialiasasi (Tanya Jawab) ...........................................................................

10. Ketentuan yang Ril/tidak boleh dirabah .......................................................

11. Serapan Tenaga Kerja ...............................................................................

12. Memasuki Program Tahapan ke IV.............................................................

13. Gambar Rumpun Ganda..............................................................................

14. Gambar susunan baris-baris Rumpun Ganda ...............................................

15. Ringkasan Program ....................................................................................

No comments:

Post a Comment