1.
Diabetes Militus (DM),
2.
Hipertensi (Darah tinggi) dan Stroke
3.
Ganguan Ortopedik
4.
Jantung
5.
Coronary Artery Disease
6.
Ginjal
7.
Gallbladder Disorders dan bahkan risiko kematian.
GERAK DASAR DAN AKTIFITAS JASMANI
Bergerak dan bermain bagi anak-anak terutama yang masih berusia dini
merupakan sebuah pekerjaan dan menjadi kebutuhan paling utama dalam
kehidupannya. Pertumbuhan dan perkembangan gerak dasar sangat identik dengan
domain ranah psikomotorik dari aspek jasmaniah yang memberikan sumbangan yang
sangat besar terhadap perkembangan ranah kognitif (kecerdasan intelektual/IQ)
dan ranah afektif (sikap). Konsep gerak dasar sangat erat hubungannya dengan
ketrampilan yang harus dimiliki atau dikuasai oleh anak-anak sebagai dasar
untuk melakukan aktivitas yang lebih rumit dan kompleks.
Menurut pendapat dari Mutohir dan Gusril (2004: 26-28), gerak dasar
utama merupakan pola gerak yang inherent yang membentuk dasar untuk gerak-gerak
terampil yang kompleks dan khas. Gerak dasar inherent tersebut mencakup tiga
hal yaitu:
1. Keterampilan gerak dasar lokomotor, yaitu perilaku gerak yang mengubah
atau berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Contoh gerak dasar lokomotor
tersebut meliputi: merayap, merangkak, meluncur, berjalan, berlari, melompat,
meloncat, berguling, dan memanjat.
2. Ketrampilan gerak dasar nonlokomotor, yaitu perilaku gerak yang
melibatkan anggota badan atau bagian togok di dalam gerak yang mengitari sendi
atau poros tetapi posisi badan tetap berada satu tempat dan melakukan pola
gerak yang dinamis. Contoh gerak dasar nonlokomotor tersebut meliputi: menarik,
mendorong, mengayun, menghentikan, mengulur, menekuk, meliuk, dan memutar.
3. Ketrampilan gerak dasar manipulatif, yaitu perilaku gerak yang
digambarkan dan mengkombinasikan gerak-gerak dari tangan, mata (visual), dan
kaki, serta kadang-kadang dengan modalitas sentuhan (tactile modality) yang dilakukan secara terkoordinir. Contoh gerak
dasar manipulatif tersebut meliputi: menendang, menangkap, mengeblok, memukul,
dan menggenggam.
Aktivitas jasmani adalah segala bentuk gerak yang
dilakukan oleh manusia yang menggunakan atau melibatkan sekelompok otot
tertentu untuk mencapai tujuan tertentu, J. Matakupan, (1995: 32). Melalui
aktivitas jasmani yang dilakukan oleh seorang anak, anak akan mendapatkan
banyak pengalaman gerak, kebugaran jasmani, mengenal jati diri dan
lingkungannya. Selain itu melalui gerak atau aktivitas jasmani yang dilakukan oleh
anak juga dapat memberikan manfaat lain, yaitu untuk mencegah terjadinya
kegemukan (obesitas). Anak yang malas bergerak atau beraktivitas jasmani akan
cenderung lebih cepat mengalami kegemukan. Bermain atau beraktivitas jasmani
selain untuk rekreasi dan menyalurkan hobi, beraktivitas jasmani juga dapat
digunakan sebagai sarana untuk menyalurkan kelebihan energi, meningkatkan
pengalaman gerak dan memperhalus keterampilan atau teknik selain itu juga dapat
membakar timbunan lemak dalam tubuh.
Masa kanak-kanak adalah masa yang paling krusial dalam
proses tumbuh kembangnya, baik secara fisik, psikis maupun sosial. Anak harus
dilatih dan berikan banyak pengalaman dan penguasaan gerak dasar yang
bermanfaat bagi dirinya di masa yang akan datang. Pengalaman dan penguasaan
gerak yang dikuasai oleh anak sejak masa kanak-kanak akan dibawanya ketahap
selanjutnya untuk berkompetisi dan mempertahankan hidup. Pengalaman atau
penguasaan gerak dapat diperoleh anak melalui orangtua, guru, pelatih, teman
atau lingkungan (secara otodidak). Orangtua atau keluarga merupakan pelaku awal
yang terbaik yang memberikan, mengajarkan dan melatihkan banyak pengalaman dan
penguasaan gerak sebagai pondasi atau dasar gerak selanjutnya. Seorang anak
yang malas bergerak atau beraktivitas jasmani akan beresiko/rentan terhadap kegemukan
begitu juga sebaliknya anak yang mengalami kegemukan juga cenderung malas
bergerak/beraktivitas jasmani. Anak yang mengalami kegemukan akan cenderung
malas beraktivitas jasmani/bergerak (manja) sehingga dapat berakibat pada
kurangnya pengalaman gerak, tingkat penguasaan keterampilan gerak dasarnya
menjadi terhambat dan juga tingkat kebugaran jasmaninya akan relatif kurang
baik.
Gerak atau aktivitas jasmani yang disarankan untuk
menjaga kebugaran jasmani bagi anak adalah minimal tiga kali dalam satu Minggu
dengan durasi waktu 60-90 menit dengan intensitas sedang. Melalui aktivitas
jasmani yang terukur ini diharapkan dapat membantu menjaga kebugaran jasmani
dan membantu penyaluran tenaga serta pembakaran lemak sehingga dapat mencegah
terjadinya kegemukan, (Djoko Pekik Irianto: 2000: 22).
ANAK USIA DINI
Di Negara Indonesia
khususnya di kepulauan Jawa juga telah memiliki atau mengelompokkan periodisasi
pertumbuhan dan perkembangan manusia secara tersendiri yang menggunakan
perhitungan kalender Jawa baik bulan maupun hari pasarannya yang disebut dengan
“windu“ yang berarti 8 tahun. Menurut pendapat Siti Partini S. (1995: 100)
bahwa periodisasi pertumbuhan dan perkembangan manusia berdasarkan perhitungan
kalender Jawa ini dibagi menjadi 4 yaitu meliputi: (1) Masa kanak-kanak atau
windu pertama yaitu manusia yang berumur 0,0–8,0 tahun, (2) Masa remaja atau
windu kedua yaitu manusia yang berumur 8,0–16,0 tahun, (3) Masa pemuda atau
windu ketiga yaitu manusia yang berumur 16,0–24,0 tahun, dan (4) Masa kanak-kanak
atau windu keempat yaitu manusia yang berumur 24,0 tahun ke atas.
Menurut pendapat
Hurlock (1990) seperti yang dikutip oleh M. Furqon. H. (2002: 8) menjelaskan
bahwa masa kanak-kanak disebut juga masa kreatif (suatu masa dalam rentang
kehidupan di mana akan menentukan anak menjadi konfomis atau pencipta karya
yang original), masa usia bermain (suatu masa di mana lebih banyak waktu untuk
bermain dibandingkan dengan periode yang lain) yang meliputi: meniru,
eksplorasi, menguji dan membangun, masa usia berkelompok (suatu masa di mana
anak berminat dalam kegiatan yang berkelompok, bersama teman-teman, dan
menyesuaikan diri dengan pola perilaku, nilai dan minat).
DAFTAR PUSTAKA
Akhmadi. (2010). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Budiyanto. (2002). Obesitas dan Perkembangan Anak. Jakarta: Grafindo Persada.
Djoko Pekik Irianto. (2000). Panduan Latihan Kebugaran yang Efektif dan Aman. Yogyakarta: Lukman Offset.
Erminawati. (2009). Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta: Ricardo.
J. Matakupan. (1995). Teori Bermain. Jakarta: Depdikbud, Universitas Terbuka.
Mutohir dan Gusril (2004). Olahraga Kesehatan: Jakarta: Depdiknas.
M. Furqon. H. (2002). Pembinaan olahraga usia dini. Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Keolahragaan (Puslitbang-OR) Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Siti Partini S. (1995). Psikologi perkembangan. Yogyakarta: FIP-IKIP Yogyakarta.
No comments:
Post a Comment