INTEGRASI SOSIAL - Penyesuaian diri
Sebagai titik tolak ingin kami mulai dari pengertian
ALLport tentang kepribadian manusia,
yang kami rumuskannya sebagai berikut : keperibadian adalah organisai dinamis
dari system pisiko-fisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang
khas dalam menyasuaikan dirinya dalam lingakungannya.
Perharikan bagian rumusan yang cetak miring itu.
Pribadi manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan atau kesatuan
sick ( suatu individu saja ) tanpa sekaligus melekatkan hubungannya dengan
lingkungannya. Justru kepribadian itu menjadi kepribadian apabila keseluruhan
system psiko-fisiknya, termasuk bakat kecekapan diri cita-cita kegiatannya,
menyatakan dirinya dengan khas di dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
Hubungan utama antara individu manusia dan lingkungannya,yaitu manusia senantiasa berusaha untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.
Lingkungan dalan ini melaluai, baik lingkungan fisik,yaitu alam benda-benda yang konkret,maupun lingkungan psikis,yaitu jiwa-raga,orang-orang dalam lingkungan.ataupun lingkungan rohani, yaitu objective Geist,berari keyakinan-keyakinan, ide-ide,filsafat-filsafat yang terdapat dilingkungan individu itu,baik yang dikandung oleh orang-orangnya sendiri dilingkungannya maupun yang tercantum dalam buku-buku atau hasil kebudayaan lain.
Penyesuaian diri dalam artinya pertama disebut juga
penyesuaian diri yang autoplastis (auton = sendiri, plastis = dibentuk ),
sedangkan penyesuaian diri yang kedua juga disebut penyesuaian diri yang aloplastis
(alo = yang lain ).jadi,penyesuan diri ada artinya yang “Pasif “,dimana
kegiatan kita ditentukan oleh lingkungan, dan ada artinya yang “aktif”,dimana
kita pengaruhi lingkungan.
Rumusan
Rumusan H.Bonner (3) dalam bukunya, Social Psychology,
yang dalam garis besarnya berbunyi sebagai berikut : Interaktif social adalah
suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia ,di mana kelakuan
individu yang satu mempengaruhi,mengubah,dan memperbaiki kelakuan individu yang
lain , atau sebaliknya. Rumusan ini dengan tepat menggambarkan kelangsungan
timbale-baliknya integrasi social antara dua atau lebih manusia itu.
Kelangsungan interaksi social ini,sekalipun dalam
bentuknya yang sederhana, ternya merupakan proses yang kompleks, tetapi padanya
dapat kita beda-bedakan beberapa factor yang mendasarinya,baik secara tunggal
maupun bergabung ,yaitu (vide Bonner, Social Psychologi, no.3) :
a. Faktor imitasi
b. Faktor sugesi
c. Faktor identifikasi
d. Faktor simpati
Marilah kita tinjau keempat factor
itu masing-masing.
A.
Faktor
imitasi
Telah diuraikan dalam perkembangan
ilmu jiwa social mengenai pendapat Gabriel Tard, yang beranggapan bahwa seluru
kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan factor imitasi saja. Walaupun
pendapat ini ternyata berat sebelah,namun peranan imitasi dalam interaksi
sosisl itu tidak kecil . Misalnya saja jika kita amati bagaimana seorang anak
belajar berbicara.
Malahan
tidak hanya berbicara saja,yang merupakan alat komunikasi yang terpenting.
Misalnya tingkah laku tertentu , cara member hormat, cara menyatakan terima
kasih, cara menyatakan kegirangan orang apabila bertemu dengan seorang kawan
yang lama yang tidak dijumpainya, cara-cara member isyarat tanpa bicara dan
lain-lain cara ekspresi itu kita pelajari pada mulainya cara mengimitasinya.
Juga cara-cara berpakain ,gejala “mode” yang mudah mengajar itu, dipelajari
orang dengan jalan imitasi.
Peranan
faktor imitasi dalam interaksi sosial juga mempunyai segi-segi yang negatif .
Yaitu pabila hal-hal yang diimitasikan itu mungkinlah salah satunya segi-segi
yang negative.Yaitu apabila hal-hal yang diimitasi itu mungkinlah salah ayaupun
secara moral dan yuridis harus ditolak .Apabila contoh demikian diimitasi orang
banyak, proses imitasi itu dapat menimbulkan terjadinya kesalahan kolektif yang
meliputi jumlah serba besar.
Imitasi
bukan menjadi dasar pokok dan semua interaksi sosial seperti yang diuraikan
oleh Gabriel Tarde, melaikan merupak suatu segi dari proses interaksi sosia,
yang menerangkan mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam
pandangan dan tingkah laku diantara orang banyak.Dangan cara imitasi ,
pandangan dan tingkah laku ,seseorang mewujudkan kelompok masyarakat,dan dengan
demikian pula seseorang itupun lebih melebihkan dan meluasakan
hubungan-hubungannya dengan orang lain.
Artinya sugest dan
imitasi dalam hubungannya dengan interaksi social hamper sama. Bedanya
ialah,bahwa dalam imitasi itu orang yang satu mengikuti sesuatu di luar
dirinya, sedangkan pada sugesti, seseorang memerikan pandangan atau sikap diri
dirinya yang lalu diterima oleh orang lain diluarnya.
Sugesti dalam ilmu jiwa
sosial dapat kita rumuskan sebagai suatu
proses di mana seorang individu menerima suatu cara pengalihatan atau
pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.
Syarat-syarat terjadinya
sugeste ?
a.
sugesti
karena hambatan berfikir
b.
sugesti
karena keadan pikiran terpecah-pecah,
c.
sugesti
karena otoritas
d.
sugesti
karena mayoritas
e.
sugesti
karena “ will to belive”
a.
Sugesti
karena hambatan berfikir.
Dalam proses sugesti
terjadi gejala bahwa orang yang dikenainya mengambil oper pandangan-pandangan
dari pada orang lain tanpa memberinya pertimbangan-pertimbangan kritik terlebih
dahulu.Orang yang kena sugesti itu menelan saja apa yang dianjurkan orang lain
. Hal ini tentulah lebih mudah terjadi
apabila ia ,pada waktu dikenai sugesti, benda dalam keadaan ketika
cara-cara berfikir kritis itu sudah agak terhambay-hambat. Dan hal ini dapat
terjadi ,misalnya ,apabila orang itu sudah lelah berfikir , tetapi juga apabila
peruses berfikir secara itu dikurangi dayanya kerena sedang mengalami rangsangan-rangsangan emosiaonal.
Misalnya : Rapat-rapat
partainya atau rapat-rapat raksasanya kerap kali diadakan pada malam hari, di
waktu orang sudah capai dari pekerjaan nya. Selanjutnya merekapun senantiasa memasukkan dalam acara
rapat itu hal-hal yang menarik perhatian ,merangsang emosi dan kekaguman ,
sehingga mudah terjadi sugesti kepada orang banyak itu.
b.Sugesti karena pikiran
terpecah-pecah (disosiasi)
sugesti
mudah terjadi pada diri orang apabila ia mengalami disosiasi dalam pikirannya,
yaitu apabila pikiran orang itu mengalami keadaan terpecah belah. Hal ini dapat
terjadi,misalnya,apabila orang bersangkutan menjadi bingung karena ia
dihadapkan kepada kesulitan-kesulitan hidup yang terlalu kompleks bagi daya
penampungnya. Apabila orang, karena suatu hal, menjadi bingung, maka ia lebih
mudah terkena oleh sugesti orang lain yang mengetahui jalan keluarnya dari
kesulitan-kesulitan yang ia hadapi itu.
Lapangan
sosial tempat sugesti itu memegang peranan penting sekali ialah, lapangan iklan
dan reklame.
Dalam
hubungan ini terdapatlah keadaan-keadaan tertentu, dimana sugesti reklame dan
iklan dapat berlangsung dengan relatif mudah.Pengaruh sugesti itu dapat
diperoleh karena factor otoritas dan faktor mayoritas.
c.Sugesti karena otoritas atau
prestise
Dalam
hal ini orang-orang cenderung akan menerima pandangan-pandangan atau sikp-sikap
tertentu apabila pandangan atau sikap tersebut dimiliki oleh orang-orang yang
ahli dalam lapangannya, sehingga dianggap otoritas pada lapangan tersebut
ataupun dimiliki oleh orang-orang yang mempunyai prestise social yang tinggi.
d.Sugesti karena mayoritas
Dalam
hal ini orang banyak kerp kali cenderung akan menerima suatu pandangan atau
ucapan apabila ucapan itu sokong oleh mayoritas, oleh sebagian besar dari
golongannya, kelompoknya, atau masyarakatnya.Mereka cenderung untuk menerima
pandangan itu tanpa pertimbangan lebih lanjut, karena, kalau kebanyakkan sudah
berpendapat demikian.
e.Sugesti karena “will to believe”
Mengenai
sugesti terdapat pula suatu pendapat, bahwa sugesti.
D.Faktor Simpati
Simpati
dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang
yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasinal, tetapi berdasarkan
penilaian perasaan, seperti juga pada proses identifikasi. Orang tiba-tiba
merasa dirinya tertarik kepada orang lain seakan-akan dengan sendirinya, dan tertariknya itu bukan karena
salah satu cirri tertentu, melainkan karena keseluruhan cara-cara bertingkah
laku orang tersebut.
Gejala
identifikasi dan simpati itu sebenarnya sudah berdekatan. Tetapi dalam hal
simpati yang timbale balik itu akan dihasilkan suatu hubungan kerja sama,
dimana orang yang satu ingin lebih mengerti orang yang lain demikian jauhnya,
sehingga ia dapat merasa berfikir dan bertingkah laku seakan-akan ia adalah
orang lainnya itu.
Pada
simpati dorongan utama adalah ingin mengerti
dan ingin kerja sama dengan orang lain, sedangkan pada identifikasi
dorongan utamanya ialah ingin mengikuti
jejaknya, ingin mencontoh ingin belajar dari orang lain yang dianggapnya
sebagai ideal.
Simpati
hanyalah dapat berkembang dalam suatu relasi kerja sama antara dua atau lebih
orang, yang menjamin terdapatnya saling mengeti itu.
Mutual understanding tidak dapat dicapai
tanpa adanya simpati.
Suatu
gejala yang lain, yang berdekatan pula dengan simpati, ialah apa yang disebut
introyeksi, suatu istilah yang berasal dari psikologi Freud seperti juga
istilah identifikasi. Gejala introyeksi itu tidak begitu sering terjadi dalam
pergaulan social seperti factor-faktor dasar lainnya sehingga tidak disebut
sebagai factor tersendiri.
Dalam
interaksi social, saling pengaruh atau saling mengubah tingkah laku antar
manusia itu marupakan kelangsungan yang kompleks, tetapi diantaranya dapat kita
beda-bedakan factor-faktor imitasi,sugesti, identifikasi, dan simpati yang
masing-masingnya, sendiri atau dalam gabungan dengan yang lain, mempunyai
peranan.
Dalam
pada itu, imitasi dan sugesti merupakan gejala-gejala yang menerangkan
bagaimana terjadinya bahwa suatu sikap, gagasan, atau pandangan dapat
disebarkan dengan cepat sekali diantara orang banyak, walaupun mungkin tidak
begitu mendalam. Sedangkan identifikasi dan simpati merupakan
kelangsungan-kelangsungan yang agak memakan waktu, tetapi dalam pada itu
perubahan sikap, norma atau cita-cita pada diri orang yang terjadi karenanya
merupakan perubahan yang lebih mendalam dan lebih mengenai inti-inti pribadi
individu.
Situasi social
Situasi
social adalah tiap-tiap situasi dimana terdapat saling hubungan antara manusia
yang satu dengan yang lain.
A.Situasi Kebersamaan
Pada
situasi ini, individu-individu yang turut serta didalam situasi tersebut belum
mempunyai saling hubungan yang teratur seperti yang terdapat pada situasi
kelompok social. Situasi kebersamaan itu merupakan situasi dimana berkumpul
sejumlah orang yang sebelumnya tidak kenal mengenal, dan interaksi social yang
lalu terdapat antara mereka itu tidak beberapa mendalam.
Situasi
ini merupakan situasi dimana kelompok, dimana kelompok social tempat
orang-orangnya berinteraksi itu merupakan suatu
keseluruhan tertentu, misalnya suatu perkumpulan, suatu partai, dan
anggota-anggotanya sudah mempunyai saling hubungan yang lebih mendalam antara
yang satu dengan yang lain, saling hubungan yang tidak berlaku pada hari itu
saja mereka berkumpul, tetapi saling hubungan itu sudah terdapat sebelumnya.
Eksperimen situasi kebersamaan F.H.Allport (1916-1919)
Dalam
eksperimen ini ternyata bahwa situasi kebersamaan itu, togetherness situation itu,
pada dirinya sendiri sudah dapat dipengaruhi tingkah laku manusia dengan cara
demikian sehingga menjadi berlainan dibandingkan dengan tingkah laku manusia
itu dalam keadaan sendirian.
Eksperimen Rosenbaum dan Blake
Eksperimen
ini dilakukan untuk menyelidiki akibat dari situasi sikap dan tingkah laku yang
dinyatakan oleh seseorang didalam keadaan tersebut apabila menghadapi persoalan
yang sama. Dengan kata lain, mudah atau tidakkah terjadi imitasi dalam keadaan
kebersamaan itu.
Eksperimen Asch
Pada eksperimen berikut,
yaitu eksperimen Asch (2) 1952, akan nyata betapa besar peranan sugesti dalam
situasi social pada umumnya dan di dalam situasi keadaan kebersamaan pada
khususnya. Dalam pada itu diteliti antara lain peranan dari sugesti mayoritas.
Dalam eksperimen-eksperimen Asch ini
terdapat tiga variable, yaitu:
a.Jumlah mayoritas,
b.Jumlah minoritas,
c.Taraf kesukaran tugas,
keadaan-keadaan
lain dalam eksperimen-eksperimen itu sama, dan senantiasa seorang saja yang
diuji dalam eksperimen itu.Orang tersebut bertugas untuk menilai dan
membandingkan panjang garis yang satu terhadap yang lain dari bermacam-macam
gambar yang diproyeksikan pada dinding ruangan eksperimen.
Segala
kesimpulan dari eksperimen-eksperimen yang digambarkan itu dapat dikatakan
sebagai berikut : Dari
eksperimen allport ternyata bahwa situasi sosisl pada diri sendiri (an sich)
sudah mempunyai pengaruh tertentu terhadap kegiatan-kegiatan individu
dibandingkan dengan kegiatan-kegiatannya yang sama apabila dalam keadaan
sendirian, yaitu bahwa situasi kebersamaan mempunyai pengaruh menyamaratakan
pendapat-pendapat orang yang terlibat didalamnya.
Dari
eksperimen Rosembaum dan blake ternyata
bahwa situasi togetherness itu, sebagai bentuk situasi social, dan sikap
keragu-raguan individu mengenai apa yang harus ia lakukan, sangat memudahkan terjadinya imitasi dan
sugesti terhadap tingkah laku orang dalam keadaan yang sama
Dari
eksperimen asch ternyata bahwa pengaruh sugesti (mayoritas) terhadap penilaian
individu dalam keadaan kebersamaan itu besar apabila individu itu ragu-ragu
dalam penilaiannya. Sugesti (mayoritas) tidak berpengaruh apabila individu
dengan jelas mengetahui apa yang harus ia lakukan. Pengaruh sugesti (mayoritas)
dalam keadaan tadi akan diperkecil apabila terdapat pula sugesti minoritas yang
berlawanan dengan sugesti mayoritas dalam keadaan yang sama.
No comments:
Post a Comment