Saturday, June 22, 2013

INTEGRASI SOSIAL

INTEGRASI SOSIAL - Penyesuaian diri
Sebagai titik tolak ingin kami mulai dari pengertian ALLport tentang kepribadian  manusia, yang kami rumuskannya sebagai berikut : keperibadian adalah organisai dinamis dari system pisiko-fisik dalam individu yang turut menentukan cara-caranya yang khas dalam menyasuaikan dirinya dalam lingakungannya.
Perharikan bagian rumusan yang cetak miring itu. Pribadi manusia tidak dapat dirumuskan sebagai suatu keseluruhan atau kesatuan sick ( suatu individu saja ) tanpa sekaligus melekatkan hubungannya dengan lingkungannya. Justru kepribadian itu menjadi kepribadian apabila keseluruhan system psiko-fisiknya, termasuk bakat kecekapan diri cita-cita kegiatannya, menyatakan dirinya dengan khas di dalam menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.

Hubungan utama antara individu manusia dan lingkungannya,yaitu manusia senantiasa berusaha untuk menyesuaikan dirinya dengan lingkungan.

Lingkungan dalan ini melaluai, baik lingkungan fisik,yaitu alam benda-benda yang konkret,maupun lingkungan psikis,yaitu jiwa-raga,orang-orang dalam lingkungan.ataupun lingkungan rohani, yaitu objective Geist,berari keyakinan-keyakinan, ide-ide,filsafat-filsafat yang terdapat dilingkungan individu itu,baik yang dikandung oleh orang-orangnya sendiri dilingkungannya maupun yang tercantum dalam buku-buku atau hasil kebudayaan lain.
              Penyesuaian diri dalam artinya pertama disebut juga penyesuaian diri yang autoplastis (auton = sendiri, plastis = dibentuk ), sedangkan penyesuaian diri yang kedua juga disebut penyesuaian diri yang aloplastis (alo = yang lain ).jadi,penyesuan diri ada artinya yang “Pasif “,dimana kegiatan kita ditentukan oleh lingkungan, dan ada artinya yang “aktif”,dimana kita pengaruhi lingkungan.

Rumusan
Rumusan H.Bonner (3) dalam bukunya, Social Psychology, yang dalam garis besarnya berbunyi sebagai berikut : Interaktif social adalah suatu hubungan antara dua atau lebih individu manusia ,di mana kelakuan individu yang satu mempengaruhi,mengubah,dan memperbaiki kelakuan individu yang lain , atau sebaliknya. Rumusan ini dengan tepat menggambarkan kelangsungan timbale-baliknya integrasi social antara dua atau lebih manusia itu.
              Kelangsungan interaksi social ini,sekalipun dalam bentuknya yang sederhana, ternya merupakan proses yang kompleks, tetapi padanya dapat kita beda-bedakan beberapa factor yang mendasarinya,baik secara tunggal maupun bergabung ,yaitu (vide Bonner, Social Psychologi, no.3) :
a.      Faktor imitasi
b.      Faktor sugesi
c.       Faktor identifikasi
d.      Faktor simpati
Marilah kita tinjau keempat factor itu masing-masing.
A.      Faktor imitasi
Telah diuraikan dalam perkembangan ilmu jiwa social mengenai pendapat Gabriel Tard, yang beranggapan bahwa seluru kehidupan sosial itu sebenarnya berdasarkan factor imitasi saja. Walaupun pendapat ini ternyata berat sebelah,namun peranan imitasi dalam interaksi sosisl itu tidak kecil . Misalnya saja jika kita amati bagaimana seorang anak belajar berbicara.
            Malahan tidak hanya berbicara saja,yang merupakan alat komunikasi yang terpenting. Misalnya tingkah laku tertentu , cara member hormat, cara menyatakan terima kasih, cara menyatakan kegirangan orang apabila bertemu dengan seorang kawan yang lama yang tidak dijumpainya, cara-cara member isyarat tanpa bicara dan lain-lain cara ekspresi itu kita pelajari pada mulainya cara mengimitasinya. Juga cara-cara berpakain ,gejala “mode” yang mudah mengajar itu, dipelajari orang dengan jalan imitasi.
            Peranan faktor imitasi dalam interaksi sosial juga mempunyai segi-segi yang negatif . Yaitu pabila hal-hal yang diimitasikan itu mungkinlah salah satunya segi-segi yang negative.Yaitu apabila hal-hal yang diimitasi itu mungkinlah salah ayaupun secara moral dan yuridis harus ditolak .Apabila contoh demikian diimitasi orang banyak, proses imitasi itu dapat menimbulkan terjadinya kesalahan kolektif yang meliputi jumlah serba besar.
            Imitasi bukan menjadi dasar pokok dan semua interaksi sosial seperti yang diuraikan oleh Gabriel Tarde, melaikan merupak suatu segi dari proses interaksi sosia, yang menerangkan mengapa dan bagaimana dapat terjadi keseragaman dalam pandangan dan tingkah laku diantara orang banyak.Dangan cara imitasi , pandangan dan tingkah laku ,seseorang mewujudkan kelompok masyarakat,dan dengan demikian pula seseorang itupun lebih melebihkan dan meluasakan hubungan-hubungannya dengan orang lain.

Artinya sugest dan imitasi dalam hubungannya dengan interaksi social hamper sama. Bedanya ialah,bahwa dalam imitasi itu orang yang satu mengikuti sesuatu di luar dirinya, sedangkan pada sugesti, seseorang memerikan pandangan atau sikap diri dirinya yang lalu diterima oleh orang lain diluarnya.
Sugesti dalam ilmu jiwa sosial dapat kita rumuskan  sebagai suatu proses di mana seorang individu menerima suatu cara pengalihatan atau pedoman-pedoman tingkah laku dari orang lain tanpa kritik terlebih dahulu.
Syarat-syarat terjadinya sugeste ?
a.      sugesti karena hambatan berfikir
b.      sugesti karena keadan pikiran terpecah-pecah,
c.       sugesti karena otoritas
d.      sugesti karena mayoritas
e.      sugesti karena “ will to belive”

a.      Sugesti karena hambatan berfikir.
Dalam proses sugesti terjadi gejala bahwa orang yang dikenainya mengambil oper pandangan-pandangan dari pada orang lain tanpa memberinya pertimbangan-pertimbangan kritik terlebih dahulu.Orang yang kena sugesti itu menelan saja apa yang dianjurkan orang lain . Hal ini tentulah lebih mudah terjadi  apabila ia ,pada waktu dikenai sugesti, benda dalam keadaan ketika cara-cara berfikir kritis itu sudah agak terhambay-hambat. Dan hal ini dapat terjadi ,misalnya ,apabila orang itu sudah lelah berfikir , tetapi juga apabila peruses berfikir secara itu dikurangi dayanya kerena sedang mengalami  rangsangan-rangsangan emosiaonal.
Misalnya : Rapat-rapat partainya atau rapat-rapat raksasanya kerap kali diadakan pada malam hari, di waktu orang sudah capai dari pekerjaan nya. Selanjutnya  merekapun senantiasa memasukkan dalam acara rapat itu hal-hal yang menarik perhatian ,merangsang emosi dan kekaguman , sehingga mudah terjadi sugesti kepada orang banyak itu.
   
b.Sugesti karena pikiran terpecah-pecah (disosiasi)
            sugesti mudah terjadi pada diri orang apabila ia mengalami disosiasi dalam pikirannya, yaitu apabila pikiran orang itu mengalami keadaan terpecah belah. Hal ini dapat terjadi,misalnya,apabila orang bersangkutan menjadi bingung karena ia dihadapkan kepada kesulitan-kesulitan hidup yang terlalu kompleks bagi daya penampungnya. Apabila orang, karena suatu hal, menjadi bingung, maka ia lebih mudah terkena oleh sugesti orang lain yang mengetahui jalan keluarnya dari kesulitan-kesulitan yang ia hadapi itu.
            Lapangan sosial tempat sugesti itu memegang peranan penting sekali ialah, lapangan iklan dan reklame.
            Dalam hubungan ini terdapatlah keadaan-keadaan tertentu, dimana sugesti reklame dan iklan dapat berlangsung dengan relatif mudah.Pengaruh sugesti itu dapat diperoleh karena factor otoritas dan faktor mayoritas.

c.Sugesti karena otoritas atau prestise 
            Dalam hal ini orang-orang cenderung akan menerima pandangan-pandangan atau sikp-sikap tertentu apabila pandangan atau sikap tersebut dimiliki oleh orang-orang yang ahli dalam lapangannya, sehingga dianggap otoritas pada lapangan tersebut ataupun dimiliki oleh orang-orang yang mempunyai prestise social yang tinggi.

d.Sugesti karena mayoritas
            Dalam hal ini orang banyak kerp kali cenderung akan menerima suatu pandangan atau ucapan apabila ucapan itu sokong oleh mayoritas, oleh sebagian besar dari golongannya, kelompoknya, atau masyarakatnya.Mereka cenderung untuk menerima pandangan itu tanpa pertimbangan lebih lanjut, karena, kalau kebanyakkan sudah berpendapat demikian.

e.Sugesti karena “will to believe”
            Mengenai sugesti terdapat pula suatu pendapat, bahwa sugesti.

D.Faktor Simpati
            Simpati dapat dirumuskan sebagai perasaan tertariknya orang yang satu terhadap orang yang lain. Simpati timbul tidak atas dasar logis rasinal, tetapi berdasarkan penilaian perasaan, seperti juga pada proses identifikasi. Orang tiba-tiba merasa dirinya tertarik kepada orang lain seakan-akan dengan  sendirinya, dan tertariknya itu bukan karena salah satu cirri tertentu, melainkan karena keseluruhan cara-cara bertingkah laku orang tersebut.
            Gejala identifikasi dan simpati itu sebenarnya sudah berdekatan. Tetapi dalam hal simpati yang timbale balik itu akan dihasilkan suatu hubungan kerja sama, dimana orang yang satu ingin lebih mengerti orang yang lain demikian jauhnya, sehingga ia dapat merasa berfikir dan bertingkah laku seakan-akan ia adalah orang lainnya itu.
            Pada simpati dorongan utama adalah ingin mengerti dan ingin kerja sama dengan orang lain, sedangkan pada identifikasi dorongan utamanya ialah ingin mengikuti jejaknya, ingin mencontoh ingin belajar dari orang lain yang dianggapnya sebagai ideal.
            Simpati hanyalah dapat berkembang dalam suatu relasi kerja sama antara dua atau lebih orang, yang menjamin terdapatnya saling mengeti itu.
            Mutual understanding tidak dapat dicapai tanpa adanya simpati.
            Suatu gejala yang lain, yang berdekatan pula dengan simpati, ialah apa yang disebut introyeksi, suatu istilah yang berasal dari psikologi Freud seperti juga istilah identifikasi. Gejala introyeksi itu tidak begitu sering terjadi dalam pergaulan social seperti factor-faktor dasar lainnya sehingga tidak disebut sebagai factor tersendiri.
            Dalam interaksi social, saling pengaruh atau saling mengubah tingkah laku antar manusia itu marupakan kelangsungan yang kompleks, tetapi diantaranya dapat kita beda-bedakan factor-faktor imitasi,sugesti, identifikasi, dan simpati yang masing-masingnya, sendiri atau dalam gabungan dengan yang lain, mempunyai peranan.
            Dalam pada itu, imitasi dan sugesti merupakan gejala-gejala yang menerangkan bagaimana terjadinya bahwa suatu sikap, gagasan, atau pandangan dapat disebarkan dengan cepat sekali diantara orang banyak, walaupun mungkin tidak begitu mendalam. Sedangkan identifikasi dan simpati merupakan kelangsungan-kelangsungan yang agak memakan waktu, tetapi dalam pada itu perubahan sikap, norma atau cita-cita pada diri orang yang terjadi karenanya merupakan perubahan yang lebih mendalam dan lebih mengenai inti-inti pribadi individu.

Situasi social
            Situasi social adalah tiap-tiap situasi dimana terdapat saling hubungan antara manusia yang satu dengan yang lain.

A.Situasi Kebersamaan
            Pada situasi ini, individu-individu yang turut serta didalam situasi tersebut belum mempunyai saling hubungan yang teratur seperti yang terdapat pada situasi kelompok social. Situasi kebersamaan itu merupakan situasi dimana berkumpul sejumlah orang yang sebelumnya tidak kenal mengenal, dan interaksi social yang lalu terdapat antara mereka itu tidak beberapa mendalam.

            Situasi ini merupakan situasi dimana kelompok, dimana kelompok social tempat orang-orangnya berinteraksi itu merupakan suatu  keseluruhan tertentu, misalnya suatu perkumpulan, suatu partai, dan anggota-anggotanya sudah mempunyai saling hubungan yang lebih mendalam antara yang satu dengan yang lain, saling hubungan yang tidak berlaku pada hari itu saja mereka berkumpul, tetapi saling hubungan itu sudah terdapat sebelumnya.

Eksperimen situasi kebersamaan F.H.Allport (1916-1919)

            Dalam eksperimen ini ternyata bahwa situasi kebersamaan itu, togetherness situation itu, pada dirinya sendiri sudah dapat dipengaruhi tingkah laku manusia dengan cara demikian sehingga menjadi berlainan dibandingkan dengan tingkah laku manusia itu dalam keadaan sendirian.

Eksperimen Rosenbaum dan Blake
Eksperimen ini dilakukan untuk menyelidiki akibat dari situasi sikap dan tingkah laku yang dinyatakan oleh seseorang didalam keadaan tersebut apabila menghadapi persoalan yang sama. Dengan kata lain, mudah atau tidakkah terjadi imitasi dalam keadaan kebersamaan itu.

Eksperimen Asch
Pada eksperimen berikut, yaitu eksperimen Asch (2) 1952, akan nyata betapa besar peranan sugesti dalam situasi social pada umumnya dan di dalam situasi keadaan kebersamaan pada khususnya. Dalam pada itu diteliti antara lain peranan dari sugesti mayoritas.
Dalam eksperimen-eksperimen Asch ini terdapat tiga variable, yaitu:
a.Jumlah mayoritas,
b.Jumlah minoritas,
c.Taraf kesukaran tugas,
            keadaan-keadaan lain dalam eksperimen-eksperimen itu sama, dan senantiasa seorang saja yang diuji dalam eksperimen itu.Orang tersebut bertugas untuk menilai dan membandingkan panjang garis yang satu terhadap yang lain dari bermacam-macam gambar yang diproyeksikan pada dinding ruangan eksperimen.

            Segala kesimpulan dari eksperimen-eksperimen yang digambarkan itu dapat dikatakan sebagai berikut : Dari eksperimen allport ternyata bahwa situasi sosisl pada diri sendiri (an sich) sudah mempunyai pengaruh tertentu terhadap kegiatan-kegiatan individu dibandingkan dengan kegiatan-kegiatannya yang sama apabila dalam keadaan sendirian, yaitu bahwa situasi kebersamaan mempunyai pengaruh menyamaratakan pendapat-pendapat orang yang terlibat didalamnya.
            Dari eksperimen Rosembaum dan blake ternyata  bahwa situasi togetherness itu, sebagai bentuk situasi social, dan sikap keragu-raguan individu mengenai apa yang harus ia lakukan, sangat memudahkan terjadinya imitasi dan sugesti terhadap tingkah laku orang dalam keadaan yang sama
            Dari eksperimen asch ternyata bahwa pengaruh sugesti (mayoritas) terhadap penilaian individu dalam keadaan kebersamaan itu besar apabila individu itu ragu-ragu dalam penilaiannya. Sugesti (mayoritas) tidak berpengaruh apabila individu dengan jelas mengetahui apa yang harus ia lakukan. Pengaruh sugesti (mayoritas) dalam keadaan tadi akan diperkecil apabila terdapat pula sugesti minoritas yang berlawanan dengan sugesti mayoritas dalam keadaan yang sama.

No comments:

Post a Comment