PERSIAPAN
PRE ANESTESI
Persiapan praanestesi
meliputi:
1.
Mengumpulkan data
2.
Menentukan masalah yang ada pada pasien sesuai data
3.
Meramalkan kemungkinan penyulit yang akan terjadi
4.
Melakukan persiapan untuk mencegah penyulit yang akan
terjadi
5.
Menentukan status fisik pasien
6.
Menentukan tindakan anestesi
Anamnesis
-
riwayat anestesi dan operasi sebelumnya.
-
riwayat penyakit sistemik (diabetes melitus, hipertensi,
kardiovaskuler, TB, asma)
-
pemakaian obat tertentu, seperti antidiabetik,
antikoagulan, kortikosteroid, antihipertensi secara teratur. Dua obat terakhir
harus diteruskan selama operasi dan anestesi, sedangkan obat yang lain harus
dimodifikasi.
-
riwayat diet (kapan makan atau minum terakhir. jelaskan
perlunya puasa sebelum operasi)
-
kebiasaan-kebiasaan pasien (perokok berat, pemakai
alkohol atau obat-obatan)
-
Riwayat penyakit keluarga
Pemeriksaan Fisik
berpatokan pada B6:
1.
Breath
keadaan jalan
nafas, bentuk pipi dan dagu, mulut dan gigi, lidah dan tonsil. Apakah jalan
nafas mudah tersumbat? Apakah intubasi akan sulit? Apakah pasien ompong atau
menggunakan gigi palsu atau mempunyai rahang yang kecil yang akan mempersulit
laringoskopi? Apakah ada gangguan membuka mulut atau kekakuan leher? Apakah ada
pembengkakan abnormal pada leher yang mendorong saluran nafas bagian atas?
Tentukan pula frekuensi
nafas, tipe napas apakah cuping hidung, abdominal atau torakal, apakah terdapat
nafas dengan bantuan otot pernapasan (retraksi kosta). Nilai pula keberadaan ronki,
wheezing, dan suara nafas tambahan (stridor).
2.
Blood
Tekanan nadi,
pengisian nadi, tekanan darah, perfusi perifer. Nilai syok atau perdarahan.
Lakukan pemeriksaan jantung
3.
Brain
GCS. adakah kelumpuhan
saraf atau kelainan neurologist. Tanda-tanda TIK
4.
Bladder
produksi urin.
pemeriksaan faal ginjal
5.
Bowel
Pembesaran
hepar. Bsing usus dan peristaltik usus. cairan bebas dalam perut atau massa
abdominal?
6.
Bone
kaku kuduk
atau patah tulang? Periksa bentuk leher dan tubuh. klainan tulang belakang?
Pemeriksaan Laboratorium Dan Radiologi
- Pemeriksaan standar yaitu darah rutin (kadar hemoglobin, leukosit, bleeding time,
clothing time atau APTT & PPT)
- Pemeriksaan kadar gula darah puasa
- Liver
function test
- Renal
function test
- Pemeriksaan foto toraks
- Pemeriksaan pelengkap atas indikasi seperti gula
darah 2 jam post prandial, pemeriksaan EKG untuk pasien > 40
tahun
- Pada operasi besar dan mungkin bermasalah periksa
pula kadar albumin, globulin, elektrolit darah, CT scan, faal paru, dan faal
hemostasis.
Persiapan Penyulit yang Akan Terjadi
Penyakit Kardiovaskular
- Resiko serius à
Terapi oksigen dan pemantauan EKG harus diteruskan sampai pasca operasi.
- Zat anestesi membuat jantung sensitive terhadap
kerja katekolamin yang dilepaskan. Selanjutnya dapat terjadi kemunduran
hemodinamik dan dapat terjadi aritmia, takikardi ventricular sampai
fibrilasi ventricular.
- Pada pasien dengan gagal jantung perfusi organ
menjadi buruk. Ambilan gas dan uap ihalasi terhalangi.
- Pada pasien hipertensi, terapi antihipertensi harus
diteruskan sepanjang operasi. Bahaya hipertensi balik dengan resiko
gangguan kardiovaskular setelah penghentian obat jauh lebih berat
diandingkan dengan resiko karena meneruskan terapi.
Penyakit Pernafasan
- Penyakit saluran nafas dan paru-paru mempengaruhi
oksigenasi, eliminasi karbondioksida, ambilan gas-gas inhalasi dan
meningkatkan insidens infeksi pascaoperasi.
- Bronkospasme berat yang mengancam jiwa
kadang-kadang timbul pada pasien asma atau pecandu nikotin.
- Penundaan operasi elektif pada pasien yang
menderita infeksi saluran nafas atas karena efek obat sedative dan
atropine, dan penurunan respons imunologi yang terjadi karena anestesi
umum dapat meningkatkan resiko infeksi dada pascaoperasi
Diabetes Mellitus
hampir semua obat anestesi
bersifat meningkatkan glukosa darah. Penderita diabetes yang tidak stabil
seharusnya tidak dianestesi untuk pembedahan elektif, kecuali jika kondisi
bedah itu sendiri merupakan penyebab ketidakstabilan tersebut.
Penyakit Hati
Metabolisme obat-obatan anestesi
akan terganggu akibat adanya gagal hati. Obat-obatan analgesic dan sedative
juga menjadi memiliki masa kerja yang panjang karena metabolisme oleh otak juga
berubah karena penyakit hati.
Anestesi pada pasien ikterus
mempunyai dua resiko nyata. Pertama adalah perdarahan akibat kekurangan
protrombin. Resiko yang kedua adalah gagal ginjal akibat bilirubin yang
berakumulasi pada tubulus renalis
Persiapan Sebelum Pembedahan
Secara umum,
persiapan pembedahan antara lain :
1. Pengosongan lambung : dengan cara puasa,
memasang NGT. Lama puasa pada orang dewasa kira-kira 6-8
jam, anak-anak 4-6 jam, bayi 2 jam (stop ASI). Pada operasi darurat, pasien
tidak puasa, maka dilakukan pemasangan NGT untuk dekompresi lambung.
2.
Pengosongan
kandung kemih.
2. Informed consent (Surat izin
operasi dan anestesi).
3. Pemeriksaan fisik ulang
4. Pelepasan kosmetik, gigi palsu, lensa
kontak dan asesori lainnya.
5. Premedikasi secara intramuskular ½ - 1 jam
menjelang operasi atau secara intravena jika diberikan beberapa menit sebelum
operasi.
No comments:
Post a Comment