PENULISAN KARYA ILMIAH (MAKALAH/PAPER/ARTIKEL, MODUL DAN DIKTAT) : Tugas guru sesuai dengan Keputusan MENPAN Nomor 84/1993 dan Keputusan bersama MENDIKBUD dan Kepala BAKN Nomor 0433/P/1993 dan Nomor 25 Tahun 1993, selain berkaitan dengan proses belajar mengajar atau bimbingan, juga berkaitan dengan kegiatan pengembangan profesi guna menunjang peningkatan profesionalisme guru dalam mendidik dan mengajar. Seluruh unsur tersebut selain dapat meningkatkan profesionalisme guru, juga akan berdampak diperolehnya angka kredit, yang dapat dipergunakan untuk memenuhi persyaratan kenaikan pangkat/golongan/jabatan.
Kegiatan pengembangan profesi dapat berupa : melaksanakan kegiatan karya tulis atau karya ilmiah di bidang pendidikan, menemukan teknologi tepat guna di bidang pendidikan, membuat alat peraga atau alat bimbingan belajar, menciptakan karya seni, serta mengikuti kegiatan-kegiatan temu ilmiah, terutama dalam bidang pendidikan. Di antara kegiatan-kegiatan tersebut, kegiatan karya tulis ilmiah dipandang penting untuk dikembangkan oleh guru, karena melalui karya tulis ilmiah ini guru dapat dengan mudah dan lebih leluasa mengembangkan kemampuannya.
1. PENGERTIAN KARYA TULIS ILMIAH
Menurut Munawar Syamsudin (1994), tulisan ilmiah adalah naskah yang membahas suatu masalah tertentu, atas dasar konsepsi keilmuan tertentu, dengan memilih metode penyajian tertentu secara utuh, teratur dan konsisten. Menurut Suhardjono (1995), tidak semua karya tulis merupakan karya tulis ilmiah. Ilmiah artinya mempunyai sifat keilmuan. Suatu karya tulis, apakah itu berbentuk laporan, makalah, buku, maupun terjemahan, baru dapat disebut ilmiah apabila memenuhi tiga syarat, yakni :
a. Isi kajiannya berada pada lingkup pengetahuan ilmiah.
b. Menggunakan metode ilmiah atau cara berpikir ilmiah.
c. Sosok penampilannya sesuai dan telah memenuhi persyaratan sebagai suatu tulisan keilmuan.
Selanjutnya, yang dimaksud pengetahuan ilmiah adalah segala sesuatu yang kita ketahui (pengetahuan) yang dihimpun dengan metode ilmiah (Kemeny dalam The
Liang Gie, 1997). Pengetahuan ilmiah ini selanjutnya disebut dengan “ilmu”. Para filsuf memiliki pemahaman yang sama mengenai ilmu, yaitu merupakan suatu kumpulan pengetahuan ilmiah yang tersusun secara sistematis (The Liang Gie, 1997).
Selanjutnya berpikir ilmiah mengandung makna bahwa orang yang berpikir ilmiah selalu memiliki sikap skeptis, analitis, dan kritis dalam menghadapi fenomena masyarakat yang terjadi. Sementara itu, dengan metode ilmiah berarti bahwa ilmu pengetahuan diperoleh dengan prosedur atau langkah-langkah dan struktur yang rasional (The Liang Gie, 1997). Dalam kegiatan ilmiah tercermin adanya proses kerja yang menggunakan metode keilmuan yang ditandai dengan adanya argumentasi teoritik yang benar, sahih dan relevan, serta dukungan fakta empirik. Di samping itu juga ada analisis kajian yang mempertautkan antara argumentasi teoretik dengan fakta empirik terhadap permasalahan yang dikaji. Kegiatan ilmiah dapat berupa : (1) Penelitian (research), (2) Pengembangan (development), dan (3) Evaluasi (evaluation)
2. LANGKAH-LANGKAH PENULISAN KARYA ILMIAH
Langkah-langkah penulisan karya ilmiah pada umumnya meliputi empat tahapan, yaitu :
a. Perumusan Masalah
Untuk memulai penulisan artikel, kita harus menapatkan suatu pemasalahan. artikel. Dari permasalahan ini kita bisa menelorkan suatu tema atau topik yang lebih spesifik yang bisa dikembangkan menjadi sebuah tulisan. Kemudian dari topik ini dapat diangkat suatu judul artikel.
Pada dasarnya ada banyak permasalahan yang mengitari kehidupan kita seperti permasalahan relevansi pendidikan, kemiskinan, lingkungan hidup, sosialisasi politik, suksesi kepemimpinan nasional, ketergantungan di bidang teknologi, dampak negatif proses industrialisasi, dan masih banyak yang lain lagi. Kita bisa memilih salah satu atau beberapa permasalahan tersebut untuk kita angkat sebagai topik penulisan artikel. Untuk memilih permasalahan tersebut, kita perlu memperhatikan hal-hal berikut:
- Permasalahannya yang actual dan up to date (‘hangat” dan “menggigit”), sehingga menarik perhatian pembaca.
- Permasalahannya sesuai dengan minat dan disiplin ilmu yang kita tekuni, sehingga kita lebih mudah untuk memper-tanggung-jawabkannya secara ilmiah.
- Permasalahan tersebut memang sangat urgen di dalam masyarakat, dan perlu segera mendapatkan pemecahan. Penulis pemula biasanya mengalami kesulitan untuk mencari masalah. Seolah-olah dunia sekelilingnya berjalan tanpa ada masalah. Padahal, kalau kita mau merenung, banyak sekali masalah yang cukup menarik untuk ditulis. Permasalahan bisa kita temukan dari pengalaman maupun teori-teori. Apabila sulit mencari permasalahan, langkah yang perlu dilakukan adalah :
a) Bacalah teori dari berbagai b uku dan sumber sebanyak mungkin.
b) Bacalah laporan-laporan hasil penelitian, termasuk skripsi dan tesis
c) Biasakan mengamati dan merenungkan segala fenomena yang terjadi di sekeliling kita.
Hal ini perlu dilakukan agar kita bisa mengembangkan intuisi yang kita miliki sehingga akhirnya kita memiliki tingkat kepekaan dan kepedulian yang tinggi terhadap berbagai fenomena dan regularitas sosial budaya dan alam yang ada di sekeliling kita.
b. Pengembangan Hipotesis
Hipotesis perlu dikembangkan agar kita bisa memberikan jawaban sementara terhada masalah yang kita angkat. Ini penting untuk kita lakukan agar kita bisa menyajikan berbagai alternatif pemecahan masalah yang kita hadapi. Hipotesis untuk kepentingan karya tulis ilmiah ini tidak harus dirumuskan secara formal seperti pada karya tulis penelitian. Fungsi utama hipotesis dalam karya tulis ilmiah ialah untuk mengarahkan imajinasi ilmiah kita agar bisa mengantisipasi apa yang akan terjadi jika kita berupaya memecahkan permasalahan yang kita hadapi dengan pendekatan-pendekatan tertentu.
c. Pengumpulan dan Analisis Data
Langkah ini kita ambil agar apa yang kita hipotesiskan bisa didukung data-data yang memadai. Data yang kita ambil bisa data kuantitatif maupun kualitatif, sesuai dengan kebutuhan kita. Juga tidak harus berupa data primer, data sekunder pun bisa kita gunakan. Dalam langkah ini kita perlu menganggap bahwa pendapat orang, hukum-hukum yang telah mapan, dan juga teori-teori yang ada bisa kita perlakukan sebagai data yang bisa mendukung atau membantah hipotesis yang kita ajukan.
Kalau kita mampu menyajikan data yang memadai dengan benar, maka akan terasa bahwa artikel atau karya tulis yang kita buat akan menjadi lebih utuh. Di samping itu hasil karya tulis kita pun akan semakin berbobot dan menarik untuk dibaca. Seandainya karya tulis itu akan digunakan sebagai landasan pengambilan kebijakan, maka pengambil kebijakan akan mendapatkan landasan yang lebih akurat.
d. Pengujian Hipotesis
Pengujian hipotesis ini bermaksud untuk menentukan posisi penulis berkaitan dengan permasalahan yang dibahas. Pada tahap ini tercapailah klimak pembahasan, sehingga dalam tahap ini penulis harus bisa memaparkan dengan jelas apakah hipotesis yang diajukan ditolak atau diterima. Untuk bisa melakukan pembahasan dengan akurat, kita sebaiknya banyak membaca teori-teori dan hasil-hasil penelitian yang terkait dengan topik karya tulis kita. Dengan berbuat demikian berarti kita telah mengambil dan menentukan posisi ilmiah bagi diri kita sendiri. Selanjutnya kita perlu menyimpulkan inti karya tulis kita, memberikan saran atau himbauan, sesuai dengan temuan karya tulis kita tersebut.
Ke empat langkah di atas itulah yang perlu kita pegang dalam mengembangkan gagasan dalam penulisan artikel ilmiah. Namun demikian, hal yang perlu juga diperhatikan ialah bahwa susunan dan sistematikanya tidak harus eksplisit. Bahkan jangan sekali-kali mengeksplisitkan empat langkah tersebut dalam karya tulis ilmiah (papaer/makalah/artikel), karena justru akan mengganggu pembaca dalam memahami inti karya tulis tersebut.
Masing-masing langkah tidak perlu dirumuskan dan dibuat sebagai subbahasan. Susunlah sistematika artikel seluwes mungkin. Namun, dari sistematika itu, yang penting kita harus memiliki dan melakukan empat langkah itu secara implisit entah pada pokok bahasan mana saja asalkan masih logis dilihat dari kronologisnya.
3. JENIS-JENIS KARYA TULIS ILMIAH
Karya tulis/karya ilmiah di bidang pendidikan, sesuai dengan Petunjuk Teknis Ketentuan Pelaksanaan Jabatan Fungsional Guru dan angka kreditnya menurut Suhardjono, (1995) dapat dikelompokkan sebagai berikut:
NO.
|
JENIS KARYA TULIS
ILMIAH
|
PENGELOMPOKAN
KARYA TULIS ILMIAH
|
1
|
Karya (tulis ) ilmiah hasil
penelitian, pengkajian, survey, dan atau evaluasi di bidang pendidikan
Laporan kegiatan ilmiah
|
Laporan
Kegiatan ilmiah
|
2
|
Karya tulis atau makalah yang
berisi tinjauan atau ulasan ilmiah hasil gagasan sendiri dalam pendidikan,
Tulisan Ilmiah
|
Tulisan
Ilmiah
|
3
|
Tulisan ilmiah popular di
bidang pendidikan dan kebudayaan yang disebarluaskan melalui media
|
|
4
|
Prasarana yang berupa tinjauan,
gagasan atau ulasan ilmiah yang disampaikan dalam pertemuan ilmiah
|
|
5
|
Buku pelajaran atau modul buku
|
Buku
|
6
|
Diktat pelajaran
|
|
7
|
Karya penerjemah buku pelajaran
/ karya ilmiah yang bermanfaat bagi pendidikan
|
Tabel di atas menunjukkan adanya berbagai jenis karya ilmiah, namun di dalam tulisan ini hanya akan dibahas secara sekilas tentang karya tulis ilmiah yang berbentuk makalah, paper, artikel ilmiah, serta buku (modul dan diktat/buku teks).
No comments:
Post a Comment