Monday, November 2, 2009

Proposal Skripsi


BAB I PENDAHULUAN - A. Latar Belakang : Secara umum pengajaran bahasa Indonesia pada jenjang pendidikan ditujukan untuk membina dan mengembangkan keterampilan berbahasa Indonesia siswa. Keterampilan tersebut meliputi keterampilan menyimak, keterampilan berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis. Dengan demikian, output yang diharapkan dimiliki siswa pembelajaran bahasa Indonesia adalah terampil menyimak, berbicara, membaca, dan terampil menulis dalam level komunikasi. Dari keempat keterampilan itu, salah satunya adalah berbicara. Di dalam keterampilan membaca terdapat materi mengenai menanggapi isi ringkasan berita, artikel, dan buku yang disampaikan oleh peserta diskusi, peneliti memfokuskan menanggapi pada isi berita bertema pendidikan, lingkungan, dan budaya pada Koran Harian Kompas.

Selama melaksanakan kegiatan PPL-T, peneliti melihat kemampuan siswa dalam menanggapi isi berita sangat kurang. Ada banyak faktor yang mungkin menyebabkan hal itu, di antaranya siswa kurang tertarik akan materi tersebut. Kekurangtertarikan itu dapat diakibatkan oleh manfaat menanggapi isi berita belum diketahui siswa. Untuk memberikan pengalaman yang berarti bagi siswa dalam mempelajari materi menanggapi isi berita sebaiknya dilakukan dengan model pembelajaran yang tepat, menanggapi dengan baik terhadap isi berita membuat siswa lebih memiliki wawasan luas, dan lebih berani mengungkapkan pendapat serta kritik terhadap isi berita yang dibaca. Menanggapi berarti seseorang itu mengungkapkan ide/gagasan, pendapat, persetujuan, keinginan, penyampaian informasi tentang suatu peristiwa dan lain-lain.

Menanggapi dengan baik terhadap isi berita tentu tidak begitu saja diperoleh siswa. Diperlukan proses belajar dengan model pembelajaran yang tepat. Dewasa ini, ada banyak model pembelajaran, salah satunya model pembelajaran Discussion Starter Story (DSS). Berdasarkan sepengetahuan peneliti, pembelajaran model Discussion Starter Story (DSS) belum pernah digunakan dalam pemahaman isi berita. Oleh karena itu, peneliti mencoba meneliti keefektifan model Discussion Starter Story (DSS) dalam peningkatan kemampuan menanggapi isi berita dengan mengangkat judul “Efektivitas Pembelajaran Model Discussion Starter Story (DSS) Terhadap Kemampuan Menanggapi Isi Berita Koran Harian Kompas oleh Siswa Kelas X SMA Santo Thomas 3 Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010”

B. Identifikasi Masalah
Tujuan diterapkan identifikasi masalah adalah agar penelitian yang dilakukan semakin terarah. Adapun identifikasi masalah dalam penelitian ini adalah.
  1. Rendahnya hasil belajar bahasa Indonesia pada pembelajaran menanggapi isi berita.
  2. etode pembelajaran yang dilakukan selama ini masih kurang inovatif.
  3. Efektifkah model Discussion Starter Story terhadap kemampuan menanggapi isi berita dibandingkan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT).


C. Pembatasan Masalah
Pada identifikasi masalah sudah disebutkan hal-hal yang akan diteliti, tetapi pembatasan masalah masih sangat perlu. Oleh karena itu, penulis membatasi penelitian ini pada seberapa besar peningkatan kemampuan menanggapi isi berita koran harian Kompas siswa kelas X SMA Santo Thomas 3 Medan dengan pembelajaran model Discussion Starter Story (DSS) bila dibandingkan Numbered Head Together (NHT)

D. Rumusan Masalah
Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut.
  1. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam menanggapi isi berita dengan menggunakan model Numbered Head Together (NHT) siswa kelas X SMA Santo Thomas 3 Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010?
  2. Bagaimanakah kemampuan siswa dalam menaggapi isi berita dengan menggunakan model Discussion Starter Story siswa kelas X SMA Santo Thomas 3 Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010?
  3. Bagaimanakah keefektivan kemampuan menanggapi isi berita diantara model Discussion Starter Story dengan Numbered Head Together terhadap kemampuan menanggapi isi berita oleh siswa kelas X SMA Santo Thomas 3 Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010?

E. Tujuan Penelitian
Tujuan penelitian ini sebagai berikut.
  1. Untuk mengetahui siswa dalam menanggapi isi berita dengan menggunakan Numbered Head Together (NHT) siswa kelas X SMA Santo Thomas 3 Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010.
  2. Untuk mengetahui siswa dalam menanggapi isi berita dengan menggunakan model Discussion Starter Story siswa kelas X SMA Santo Thomas 3 Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010.
  3. Untuk mengetahui keefektivan metode diantara model Discussion Starter Story dengan model Numbered Head Together (NHT) terhadap kemampuan menanggapi isi berita siswa kelas X SMA Santo Thomas 3 Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010.

F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut.
  1. Sebagai bahan informasi kepada calon guru atau guru bidang studi Bahasa Indonesia tentang bagaimana cara menggunakan pembelajaran model Discussion Starter Story.
  2. Sebagai penambah wawasan pengetahuan bagi penulis danpembaca tentang permasalahan penelitian ini.
  3. Sebagai bahan masukan kepada peneliti lain yang melakukan penelitian yang berhubungan dengan permasalahan penelitian ini.

BAB II
LANDASAN TEORETIS, LANDASAN BERPIKIR DAN
HIPOTESIS PENELITIAN

A. Landasan Teoretis
Dalam kegiatan penelitian, kerangka teoretis memuat sejumlah teori yang berkaitan dengan judul penelitian. Teori-teori tersebut dijadikan sebagai landasan pemikiran dan titik acuan bagi uraian mengenai hal-hal yang diteliti.

1. Hakikat Kemampuan Menanggapi Isi Berita Pada Koran
a. Pengertian Kemampuan
Kemampuan berasal dari kata “mampu”. Dalam bahasa Inggris kemampuan adalah “ability”. Selanjutnya Tarigan (1985:1) mengemukakan:

“Kompetensi atau kemampuan diartikan sebagai pengetahuan yang dipunyai pemakai bahasa tentang bahasanya dan nilai-nilai yang merupakan objek penting. Kemampuan adalah pengetahuan yang dimiliki oleh individu secara tidak sadar, secara diam-diam, secara instrinsik, intuisif dan terbatas.”

Selanjutnya Kamisa (1997:623) menyatakan, “Kemampuan dapat didefinisikan sebagai keterampilan yang memerlukan kesanggupan, kecakapan, kekuatan, kekayaan, dan disertai dengan tingkat latihan yang terus-menerus.”

Dari pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa kemampuan diartikan sebagai kesanggupan atau kecakapan untuk melakukan sesuatu hal berdasarkan pengetahuan yang dimiliki oleh individu secara diam-diam, secara instrinsik, intuitif, dan terbatas.



b. Pengertian Menanggapi

Winarso (2005:107) mengatakan, “Dalam melakukan aktivitas sehari-hari, seseorang selalu berinteraksi dengan lingkungannya. Pengalaman-pengalaman atau peristiwa yang diperolehnya dari lingkungan akan menghasilkan tanggapan yang berbeda-beda terhadap objek yang dilihatnya.”

Menurut Suryabrata (2003:94), “Tanggapan adalah bayangan yang tinggal dalam ingatan melakukan pengamatan.” Sementara itu Sarlito (1986:34) berpendapat bahwa “Tanggapan adalah suatu proses di mana seseorang sadar akan segala sesuatu dalam lingkungannya melalui segenap pancaindera yang dimiliknya, yang mampu memberikan pandangan terhadap objek yang dilihat, diamat, atau dirasakannya.” Selanjutnya secara singkat Nasution (1993:64) mengatakan, “tanggapan adalah kesan-kesan yang tercipta dalam jiwa seseorang setelah melakukan suatu proses pengamatan.”

Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa tanggapan adalah kesan-kesan yang timbul sebagai hasil pengamata. Ini bermakna bahwa proses terjadinya tanggapan harus diawali oleh pengamatan, selanjutnya dari pengamatan tersebut menghasilkan kesan tersendiri bagi yang mengamati. Dengan demikian, menanggapi berarti seseorang harus mengetahui dan memahami apa isi berita yang dibacanya.

c. Isi Berita Koran
Tampubolon (1987:195) mengemukakan “Isi berita surat kabar terbagi kepada lima yaitu berita, opini, iklan, pemberitahuan dan fiksi.” Sesuai dengan pembatasan masalah, yang dikaji dalam teoritis ini adalah isi berita, bukan opini, iklan, pemberitahuan, atau fiksi. Berita adalah laporan yang benar pada waktunya tentang peristiwa yang terjadi dalam masyarakat.

Menurut Effendy (2005:154) mengemukakan,
“Ciri-ciri berita surat kabar adalah publisitas, universalitas, dan aktualitas. Publisitas ialah surat kabar diperuntukkan untuk umum, karenanya isi berita harus menyangkut kepentingan umum, bukan untuk golongan tertentu. Universalitas maksudnya adalah isi berita surat kabar harus memuat aneka berita mengenai kejadian–kejadian di seluruh dunia dan tentang segala aspek kehidupan manusia. Sedangkan aktualitas adalah kecepatan penyampaian laporan mengenai kejadian di masyarakat kepada khalayak. Masyarakat umumnya lebih menyenangi berita yang terbaru (terkini) daripada berita berita yang sudah pernah didengarnya.”

Selanjutnya Effendy (2005:155) mengatakan:
“Ditinjau dari isi, maka bobot isi berita surat kabar mencakup 5W + 1H (what = apa, who = siapa, where = dimana, when = kapan, why = mengapa, dan how = bagaimana). Hal ini disebabkan isi berita dapat diketahui dan dipahami oleh pembaca jika mengandung keenam unsur tersebut. Hilang dari salah satu unsur tersebut, mengindikasikan bahwa isi berita yang disajikan tidak lengkap dan tidak berbobot, sebab pembaca tidak mengetahui dan memahami isi berita dengan benar. Misalnya isi berita menceritakan bencana alam, namun dalam berita surat kabar tidak disebutkan di mana terjadi (where), maka isi berita terkesan ngambang.

Berikut ini akan dijelaskan unsur-unsur berita surat kabar satu per satu.
a. What
What artinya apa. Kata “apa” dimaksudkan adalah setelah membaca berita surat kabar, siswa mengetahui apa yang diceritakan pada berita tersebut. Misalnya isi berita bercerita tentang peristiwa erosi, maka yang ditekankan pada berita persoalan apa saja yang dibicarakan dalam peristiwa tersebut.

b. Who
Who berarti siapa, yakni siapa yang menjadi palaku erosi dari berita tersebut. Jika isi berita mengetengahkan penebangan hutan dan siapa yang menanggung akibatnya kelak.

c. Why
Why artinya mengapa. Kata “mengapa” dimaksudkan adalah bahwa isi berita harus mampu menceritakan mengapa peristiwa erosi bisa terjadi. Pada berita tentang penebangan hutan, maka yang dituntut kepada pembaca adalah mengapa peristiwa penebangan itu bisa terjadi.

d. Where
Where artinya dimana. Pada unsur ini yang ditekankan pada isi berita adalah menceritakan dimana peristiwa terjadi.

e. When
When artinya kapan. Pada unsur ini yang ditekankan pada isi berita adalah menceritakan kapan peristiwa itu terjadi.

f. How
How artinya bagaimana, yakni bagaimana peristiwa itu terjadi. Pada unsur ini yang ditekankan dari surat kabar adalah memberitahukan secara kronologis suatu peristiwa berlangsung dengan bahasa singkat dan padat.

Menurut Winarso (2005:110), “Dalam menyampaikan isi berita kepada masyarakat, maka redaktur surat tidak hanya menceritakan isi pokoknya saja, melainkan juga harus dibarengi dengan keterangan-keterangan pendukung, sehingga pembaca dapat memahami isi berita secara keseluruhan.” Dalam konteks wacana hal ini disebut ide pokok dan ide pendukung. Ide pokok berarti unsur utama yang harus ditonjolkan pada isi berita, sedangkan ide pendukung adalah gagasan-gagasan yang sifatnya menguatkan atau membuat isi berita menjadi lebih menarik.

Ide yang disampaikan redaktur surat kabar dapat ditangkap oleh pembaca. Jika dalam tulisan menggunakan ide pokok dan ide pendukung/penunjang, maka pembaca pun harus mengetahui man aide pokok dan ide pendukung dari isi berita yang dibacanya. Pembaca yang baik adalah pembaca yang mengetahui ide pokok dan ide pendukung seperti yang dimaksudkan oleh penulis, sehingga ada kesepahaman maksud antara penulis dengan pembaca.

Sebuah berita yang disajikan secara tertulis tanpa dibarengi dengan ide pendukung maka isi berita akan ditinggalkan pembaca. Ide pokok dan ide pendukung adalah ibarat kebutuhan manusia sehari-hari. Manusia hidup memerlukan kebutuhan pokok, namun di samping itu manusia berusaha mencari kebutuhan-kebutuhan pendamping (kebutuhan sekunder) sehingga hidup menjadi lebih sempurna. Demikian halnya dengan isi berita, di mana ide pokok harus dibarengi dengan ide pendukung. Baik tidaknya kualitas isi berita dari surat kabar banyak ditentukan oleh kemampuan redaktur untuk meletakkan ide pokok dengan ide pendukung secara tepat pada berita yang ditulisnya.

Setelah diketahui pengertian kemampuan, menanggapi dan isi berita dapat disimpulkan bahwa kemampuan menanggapi isi berita koran adalah kesanggupan siswa memberikan penilaian terhadap isi berita setelah melakukan kegiatan belajar meliputi tanggapan terhadap ide pokok dan ide pendukung dari isi berita.

2. Hakikat Teknik Cerita Pemula Diskusi (Discussion Starter Story)
a. Pengertian Discussion Starter Story
Sudjana (2001:119) mengemukakan bahwa Discussion Starter Story adalah teknik pemecahan masalah tentang situasi kehidupan yang khusus seperti ruang lingkup masalah, dan issu yang nyata. Teknik ini memberikan informasi tentang kasus tertentu kepada para peserta didik sehingga dengan informasi tersebut mereka dapat mengenal, memahami dan menganalisis kasus itu secara mendalam. Dengan studi kasus dapat ditemukan berbagai alternatif pemecahan masalah tersebut. Bahan belajar dapat dingakat dari bahan bacaan atau dari pengalaman langsung di lapangan. Kasus itu dapat disajikan secara lisan atau rekaman suatu kejadian. Isinya menggambarkan apa masalahnya, siapa yang terlibat, di mana, kapan, mengapa masalah itu timbul, dan bagaimana kemungkinan pemecahannya.



Langkah-langkah penggunaan

Langkah-langkah penggunaan teknik cerita pemula diskusi menurut Sudjana (2001:119) adalah sebagai berikut:

1. Pendidik, mugkin bersama peserta didik, menyiapakn bahan belajara yaitu suatu kasus yang sesuai dengan tujuan belajar yang telah dirumuskan.

2. Pendidik member penjelasan tentang:
  • Kegiatan apa yang harus dilakukan oleh para peserta didik, misalnya mereka akan mendiskusikan kasus itu.
  • Apabila dipandang perlu, ia membentuk kelompok-kelompok kecil sesuai dengan kebutuhan
  • Peranan pimpinan diskusi, pelapor dan para peserta
  • Pendidik membagaikan bagan belajar, seperti lembaran yang berisi uraian terlulis, kepada para peserta didik
  • Pendidik membantu peserta didik yang membutuhkan bimbingan dalam mengalisis dan memecahkan masalah yang diidentifikasi dari kasus itu, umpamanya dengan menyarankan langkah-langkah yang perlu ditempuh atau cara menggunakan data/informasi dalam kasus tersebut.
  • Pendidik atau salah seorang peserta didik merangkum hasil diskusi kelompok. Rangkuman ini antara lain memuat hal-hal sebagai berikut:

  • Masalah-masalah yang dihadapi
  • Alternative pemecahan masalah dan pilihan prioritas pemecahannya.
  • Program dan langkah-langkah pemecahan masalah.

Apabila studi kasus dilakukan oleh sub-sub kelompok maka perlu diadakan pelaporan hasil sub-sub kelompok itu dalam kelompok besar.

3. Pendidik bersama peserta didik mengevaluasi proses dan hasil pelaksanaan studi kasus.

b. Keunggulan dan Kelemahan Pembelajaran Discussion Starter Story

Keunggulan model pembelajaran Discussion Starter Story menurut Sudjana (2001:121) antara lain.
  1. Kasus dapat disajikan dengan berbagai bentuk (tertulis, lisan, film, slide, rekaman, atau permainan peran).
  2. Setiap peserta didik diberi kesempatan yang sama untuk menganalisis dan mengajukan informasi tentang alternatif pemecahan masalah.
  3. Peserta didik dapat mengenal masalah-masalah dari kehidupan nyata.
  4. Mengembangkan suasana bertukar pikiran dan pendapat dengan menggunakan pengetahuan dan keterampilan yang mereka miliki.

Sedangkan kelemahan model pembelajaran Discussion Starter Story menurut Sudjana (2001:121) antara lain.

1. Memerlukan kreativitas dan keterampilan dalam menyusun kasus yang dingkat dari kehidupan nyata.

2. Semua peserta didik tidak sama kepentingannya teradap masalah yang diajukan

3. Waktu yang diperlukan dapat bertambah, lebih-lebih apabila analisis kasus dilakukan secara mendalam.

4. Membutuhkan pimpinan diskusi yang terampil untuk menghindarkan perdebatan yang tidak perlu.



B. Kerangka Konseptual

Dalam mencapai hasil pembelajaran, banyak model pembelajaran yang dapat digunakan. Salah satu model pembelajaran yang banyak digunkan saat ini adalah pembelajaran kooperatif model Discussion Starter Story dan model pembandingnya adalah pembelajaran model Numbered Head Together (NHT). Kedua model tersebut digunakan untuk melihat model mana yang efektif digunakan untuk pembelajaran menanggapi isi berita.

Hasil belajar merupakan hasil dari interaksi guru dengan siswa yang terjadi dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang baik dan efektif apabila guru menggunakan satu atau lebih model pembelajaran di dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa. Hasil belajar pada penelitian ini adalah hasil yang dicapai melalui perbuatan belajar. Dalam hal ini hasil belajar menanggapi isi berita siswa yang diajar menggunakan model pembelajaran Discussion Starter Story dan Numbered Head Together (NHT).

Pembelajaran model Numbered Head Together (NHT) merupakan model pembelajaran yang bertumpu pada keterlibatan banyak siswa dalam menelaah materi yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Di satu sisi model pembelajaran NHT baik digunakan, namun dalam bidang studi Bahasa Indonesia khususnya dalam materi menanggapi isi berita, model pembelajaran NHT dirasa kurang cukup membantu bagi siswa. Dikarenakan dalam menemukan informasi berita melalui kegiatan menyimak, tidak hanya dibutuhkan juga kerjasama dan rasa tanggungjawab tiap-tiap anggota kelompok dalam menemukan informasi berita melalui kegiatan menyimak.

Kemampuan menanggapi isi berita merupakan kemampuan kesanggupan siswa memberikan penilaian terhadap isi berita setelah melakukan kegiatan belajar meliputi tanggapan terhadap ide pokok dan ide pendukung dari isi berita.

C. Hipotesis Penelitian
Bertitik tolak dari judul penelitian, maka hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini yakni Model pembelajaran Discussion Starter Story lebih efektif dibandingkan dengan model pembelajaran Numbered Head Together (NHT) dalam meningkatkan kemampuan menanggapi isi berita koran harian Kompas oleh siswa kelas X SMA Santo Thomas 3 Medan Tahun Pembelajaran 2009/2010.


BAB III METODOLOGI PENELITIAN
A. Lokasi dan Waktu Penelitian

1. Lokasi
Penelitian ini akan dilaksanakan di SMA Santo Thomas 3 Medan. Adapun pertimbangan peneliti memilih lokasi ini adalah:
  1. jumlah siswa di SMA Santo Thomas 3 Medan cukup memadai untuk dijadikan sampel penelitian sehingga data yang diperoleh lebih sahih
  2. di sekolah tersebut belum pernah diadakan penelitian mengenai judul dalam penelitian


2. Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada semester ganjil tahun pembelajaran 2009/2010.

B. Metode Penelitian
Metode penelitian merupakan hal yang penting dalam pelaksanaan penelitian. Adapun metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode eksperimen pretest-posttest kontrol group design. Metode ini digunakan karena peneliti ingin menggambarkan efektivitas model pembelajaran Discussion Starter Story dalam menanggapi isi berita.

C. Populasi dan Sampel
1. Populasi

Populasi adalah sekumpulan unsur atau elemen yang menjadi objek penelitian. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X SMA Santo Thomas 3 Medan Tahun pembelajaran 2009/2010 dibagi atas 6 (enam) kelas paralel (X -1 s/d X-6) dengan jumlah keseluruhan 240 orang siswa, sebagaimana terlihat pada tabel berikut:

2. Sampel
Arikunto, (2006:131) menyatakan bahwa “Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti.”

Jogianto (2008:75) mengatakan “pengambilan sampel secara cluster adalah pemilihan sampel dengan membagi populasi menjadi beberapa grup bagian (cluster) dan dari beberapa cluster kemudian dipilih secara random untuk menentukan sampel.”

Dalam penelitian ini populasi yang ada telah terbagi menjadi beberapa bagian berdasarkan kelas yang ada yaitu X-1 hingga X-6. Untuk menentukan sampel dalam penelitian ini, peneliti melakukan random terhadap populasi kelas yang ada dengan cara melakukan pengocokan. Karena penelitian ini merupakan penelitian eksperimen design two group maka proses pengocokan dilakukan dua kali.

Pengocokan pertama dilakukan untuk menentukan kelas kontrol dan pengocokan kedua untuk menentukan kelas eksperimen, setelah dilakukan pengocokan maka di dapat hasil kelas X-5 sebagai kelas kontrol dan kelas X-6 sebagai kelas eksperimen.

D. Defenisi operasional Variabel Penelitian
Untuk menghindari terjadinya kesalahpahaman serta untuk memperjelas permasalahan yang dibahas, maka perlu dirumuskan defenisi operasional variabel penelitian. Adapun defenisi operasional variable penelitian ini adalah Metode pembelajaran Discussion Starter Story merupakan suatu model pembelajaran kooperatif yang dirancang untuk memecahkan suatu masalah dengan kerja kelompok memilki tanggungjawab untuk mengajarkan materi pelajaran yang ia peroleh dalam kelompok ahli kepada rekan-rekannya di kelompok asal. Sehingga dari metode pembelajaran ini siswa diharapkan dapat bertanggungjawab mengenai materi pelajaran baik secara induvidu maupun secara kelompok.

Kemampuan menemukan informasi berita melalui kegiatan menanggapi yang diperoleh siswa atas kemampuannya dalam menemukan informasi berita yang terangkum dalam rumus 5W + 1 H yaitu what, who, where, who, when, and how yang merupakan unsur dalam berita pendidikan, lingkungan dan kebudayaa.

E. Desain Penelitian
Desain penelitian ini adalah kontrol group pre-test-post-test. Desain penelitian ini bertujuan untuk memperlihatkan perbedaan pencapaian antara kelompok eksperimen dengan pencapaian kelompok control

No comments:

Post a Comment