Monday, June 24, 2013

AKTIVITAS JASMANI OLAHRAGA ANAK

KEGEMUKAN SEBAGAI SALAH SATU PENGHAMBAT AKTIVITAS JASMANI BAGI ANAK
Oleh: Fathan Nurcahyo
Dosen Jurusan Pendidikan Olahraga (POR) Fakultas llmu Keolahragaan (FIK), Universitas Negeri Yogyakarta (UNY)
 

Abstrak
Kegemukan (obesitas) adalah suatu keadaan di mana berat badan seseorang berada di atas 120 % dari berat badan relatif (BBR) atau berada di atas 27 dari indeks masa tubuh (IMT).
Anak yang mengalami kegemukan cenderung malas bergerak dan beraktivitas jasmani (manja) sehingga akan berakibat pada pengalaman dan keterampilan motoriknya serta kebugaran jasmaninya menjadi terbatas, kurang baik dan kurang berkembang. Menurut pendapat dari Mutohir dan Gusril (2004: 26-28), gerak dasar utama merupakan pola gerak yang inherent yang membentuk dasar untuk gerak-gerak terampil yang kompleks dan khas. Gerak dasar inherent tersebut mencakup tiga hal yaitu: 1) Keterampilan gerak dasar lokomotor yaitu perilaku gerak yang mengubah atau berpindah dari satu tempat ke tempat lain, contohnya seperti: merayap, merangkak, meluncur, berjalan, berlari, melompat, meloncat, berguling, dan memanjat. 2) Keterampilan gerak dasar nonlokomotor yaitu perilaku gerak yang melibatkan anggota badan atau bagian togok di dalam gerak yang mengitari sendi atau poros tetapi posisi badan tetap berada satu tempat dan melakukan pola gerak yang dinamis, contohnya seperti: menarik, mendorong, mengayun, menghentikan, mengulur, menekuk, meliuk, dan memutar. 3) Keterampilan gerak dasar manipulatif yaitu perilaku gerak yang digambarkan dan mengkombinasikan gerak-gerak dari tangan, mata (visual), dan kaki, serta kadang-kadang dengan modalitas sentuhan (tactile modality) yang dilakukan secara terkoordinir, contohnya seperti: menendang, menangkap, mengeblok, memukul, dan menggenggam.
Apabila seorang anak mengalami kegemukan maka anak akan cenderung malas bergerak sehingga berakibat pada tingkat penguasaan keterampilan gerak dasarnya akan menjadi terhambat dan juga tingkat kebugaran jasmaninya akan relatif kurang baik. Untuk mencegah terjadinya kegemukan maka sangat disarankan untuk melakukan olahraga secara teratur, mengatur menu dan porsi makan, minum dan makan yang berserat untuk melancarkan pencernaan, apabila sudah terjadi kelebihan berat badan atau mungkin kegemukan maka disarankan untuk melakukan diet (mengurangi porsi makan).

Kata Kunci: kegemukan, aktivitas jasmani Anak
Di dalam kehidupan sehari-hari manusia selalu dihadapkan pada pemenuhan kebutuhan pokok. Kebutuhan pokok tersebut yang paling utama adalah makanan dan minuman. Pemilihan menu dan pola makan kadang kurang di perhatikan, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh seseorang.
Pada era globalisasi ini, tidak bisa dipungkiri bahwa perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi banyak sekali berpengaruh terhadap diri dan lingkungan di sekitar. Kemajuan ilmu pengetahuan dan tekhnologi diberbagai bidang memberikan dampak yang positif dan negatif bagi seseorang. Salah satu contoh dampak negatif dari kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi adalah banyaknya aktivitas manusia yang digantikan peranannya oleh sebuah mesin atau robot yang berakibat pada menurunnya mobilitas gerak manusia dan tingkat kebugaran jasmani seseorang. Selain itu juga banyaknya makanan atau minuman cepat saji yang dilengkapi dengan bahan pengawet atau pemanis buatan juga berakibat kurang baik bagi kesehatan tubuh manusia.
Kompleksnya tingkat kepentingan dan kebutuhan manusia yang tidak terbatas saat ini memaksa bagi setiap orang untuk selalu bekerja tanpa henti, sehingga kurang memperhatikan waktu istirahat, aktifitas jasmani dan rekreasi serta menu dan pola makan yang sehat dan higienis, terlebih kebanyakan orang tua atau keluarga karier. Banyak keluarga karier kurang memperhatikan kesehatan dan kebugaran anak-anaknya, karena kebanyakan dari orangtua atau keluarga tersebut hanya berpikir bagaimana cara mencari, menimbun harta kekayaan dan memenuhi segala kebutuhannya. Orangtua atau keluarga karier kebanyakan hanya berpikir bahwa apabila anak-anaknya banyak atau lahap makan dan terpenuhi gizinya sehingga terlihat gemuk yang berarti bahwa tubuhnya sehat dan kuat. Orangtua atau keluarga karier kebanyakan tidak berpikir bahwa selain adanya faktor keturunan (genetika), penumpukan gizi dan energi di dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama juga dapat menyebabkan terjadinya kegemukan atau obesitas apabila tidak diimbangi dengan aktivitas jasmani atau rekreasi. Sesungguhnya tubuh yang gemuk kurang baik bagi kesehatan, baik bagi orang dewasa maupun bagi anak-anak, karena pada tubuh yang gemuk biasanya mudah terserang penyakit (mudah sakit dan tidak bugar).
Anak-anak yang memiliki berat tubuh yang berlebihan atau mengalami kegemukan (obesitas) biasanya sering diejek atau dicemooh oleh teman-temannya sehingga anak tersebut menjadi anak yang pemalu, cenderung manja dan malas-malasan. Anak yang mengalami obesitas biasanya memiliki kebiasaan ngemil yang tinggi (makan-makanan ringan), banyak menyendiri, banyak berdiam diri di kamar/di rumah, mudah dan lebih banyak tidur, sehingga kurang atau bahkan tidak suka beraktivitas jasmani dan berolahraga (fisik). Anak yang mengalami obesitas biasanya di rumah lebih menyukai permainan game fantasi (play station). Dengan jarang bergerak atau beraktifitas jasmani maka anak akan kurang bugar, pengalaman dan tingkat ketrampilan geraknya juga kurang, baik gerak lokomotor, nonlokomotor, maupun manipulatif. Anak yang mengalami obesitas selain ketrampilan geraknya akan cenderung kaku, tidak lincah, dan juga mudah terserang penyakit karena daya tahan fisiknya juga kurang baik, tetapi biasanya juga memiliki kelebihan pada keseimbangan tubuh yang relatif baik. Sebagai akibat lebih lanjut dari keadaan tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan dan perkembangan motorik anak menjadi tidak stabil atau terganggu.
Berat badan merupakan ekspresi atau deskripsi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau merupakan indikator dari baik buruknya penyediaan atau pemenuhan dari zat gizi yang diserap oleh tubuh. Pola dan menu makan yang tidak teratur tanpa memikirkan seberapa besar kalori dan zat gizi yang diperlukan leh tubuh akan dapat berdampak pada anak yaitu kekurangan gizi sehingga tubuhnya akan kurus, lebah, daya tahan atau kebugaran jasmaninya berangsur-angsur akan turun (rendah). Demikian juga sebaliknya apabila anak mengalami kelebihan gizi maka berat tubuhnya akan meningkat yang kemudian menjadi gemuk (obesitas) sehingga akan mengurangi atau membatasi kemampuan dan ketrampilan gerak anggota tubuhnya.
Berat badan sering digunakan sebagai cara untuk mengevaluasi keseimbangan antara asupan makanan yang masuk ke dalam tubuh dengan energi yang digunakan atau dikeluarkan untuk beraktivitas. Porsi makan yang banyak dan peningkatan gizi secara global dan semakin jarang beraktivitas dapat menyebabkan tubuh manusia akan menjadi semakin cepat gemuk (obesitas).

KEGEMUKAN (OBESITAS)
Obesitas adalah suatu keadaan yang melebihi dari berat badan relatif (ideal) seseorang, sebagai akibat penumpukan zat gizi terutama karbohidrat, protein dan lemak. Kondisi tersebut disebabkan oleh ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan kebutuhan energi, yaitu konsumsi makanan (yang terlalu banyak) dibandingkan dengan kebutuhan atau pemakaian energi (yang lebih sedikit), (Budiyanto, 2002: 7). Menurut pendapat Budiyanto (2002: 10), Untuk menentukan obesitas diperlukan kriteria yang berdasarkan pengukuran antropometri dan atau pemeriksaan laboratorik, pada umumnya digunakan:
  1. Pengukuran berat badan (BB) yang dibandingkan dengan standar dan disebut obesitas bilamana BB > 120 % BB standar.
  2. Pengukuran berat badan dibandingkan tinggi badan (BB/TB). Dikatakan obesitas bila BB/TB > persentile ke 95 atau > 120 %  atau Z-score = + 2 SD.
  3. Pengukuran lemak subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan kulit/TLK).
  4. Sebagai indikator obesitas bila TLK Triceps > persentil ke 85.
  5. Pengukuran lemak secara laboratorik, misalnya densitometri, hidrometri dsb. yang tidak digunakan pada anak karena sulit dan tidak praktis. DXA adalah metode yang paling akurat, tetapi tidak praktis untuk di lapangan.
  6. Indeks Massa Tubuh (IMT) > 27,0/kg/m2.
Lebih lanjut menurut pendapat yang dikemukakan oleh Akhmadi (2010: 1-2), berat badan (BB) yang ideal bagi seseorang dapat dirumuskan sebagai berikut:
1.    Berat Badan Relatif (BBR)
Berat Badan (kg)                     X 100 % =               %
Tinggi Badan (cm) – 100

Nilai Standar:
a.    < 90 %         = Underweight
b.    90 – 100 % = Berat Normal
c.    > 110 %       = Overweight
d.    > 120 %       = Obesitas/Gemuk

2.    Indeks Masa Tubuh (IMT)
Berat Badan (kg)                                           =
Tinggi Badan X Berat Badan (m2)

Nilai Standar:
a.    < 18,5          = maka dapat dikatakan IMT Kurang
b.    18,5 – 25     = maka dapat dikatakan IMT Normal
c.    25 – 27        = maka dapat dikatakan IMT Lebih
d.    > 27             = maka dapat dikatakan sebagai Obesitas atau Kegemukan

Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa, kegemukan (obesitas) adalah suatu keadaan di mana berat badan seseorang berada di atas 120 % dari berat badan relatif (BBR) atau berada di atas 27 dari indeks masa tubuh (IMT).


DAFTAR PUSTAKA
Akhmadi. (2010). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.

Budiyanto. (2002). Obesitas dan Perkembangan Anak. Jakarta: Grafindo Persada.

Djoko Pekik Irianto. (2000). Panduan Latihan Kebugaran yang Efektif dan Aman. Yogyakarta: Lukman Offset.

Erminawati. (2009). Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta: Ricardo.
J. Matakupan. (1995). Teori Bermain. Jakarta: Depdikbud, Universitas Terbuka.

Mutohir dan Gusril (2004). Olahraga Kesehatan: Jakarta: Depdiknas.
M. Furqon. H. (2002). Pembinaan olahraga usia dini. Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Keolahragaan (Puslitbang-OR) Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

Siti Partini S. (1995). Psikologi perkembangan. Yogyakarta: FIP-IKIP Yogyakarta.

No comments:

Post a Comment