KEGEMUKAN SEBAGAI SALAH SATU PENGHAMBAT AKTIVITAS JASMANI BAGI ANAK
Oleh: Fathan Nurcahyo
Dosen Jurusan Pendidikan Olahraga (POR) Fakultas
llmu Keolahragaan (FIK), Universitas
Negeri Yogyakarta (UNY)
Abstrak
Kegemukan (obesitas) adalah suatu keadaan di mana
berat badan seseorang berada di atas 120 % dari berat badan relatif (BBR) atau
berada di atas 27 dari indeks masa tubuh (IMT).
Anak yang mengalami kegemukan cenderung malas bergerak
dan beraktivitas jasmani (manja) sehingga akan berakibat pada pengalaman dan
keterampilan motoriknya serta kebugaran jasmaninya menjadi terbatas, kurang
baik dan kurang berkembang. Menurut pendapat dari Mutohir dan Gusril (2004:
26-28), gerak dasar utama merupakan pola gerak yang inherent yang membentuk
dasar untuk gerak-gerak terampil yang kompleks dan khas. Gerak dasar inherent
tersebut mencakup tiga hal yaitu: 1) Keterampilan gerak dasar lokomotor yaitu
perilaku gerak yang mengubah atau berpindah dari satu tempat ke tempat lain, contohnya
seperti: merayap, merangkak, meluncur, berjalan, berlari, melompat, meloncat,
berguling, dan memanjat. 2) Keterampilan gerak dasar nonlokomotor yaitu
perilaku gerak yang melibatkan anggota badan atau bagian togok di dalam gerak
yang mengitari sendi atau poros tetapi posisi badan tetap berada satu tempat
dan melakukan pola gerak yang dinamis, contohnya seperti: menarik, mendorong,
mengayun, menghentikan, mengulur, menekuk, meliuk, dan memutar. 3) Keterampilan
gerak dasar manipulatif yaitu perilaku gerak yang digambarkan dan
mengkombinasikan gerak-gerak dari tangan, mata (visual), dan kaki, serta kadang-kadang dengan modalitas sentuhan (tactile modality) yang dilakukan secara
terkoordinir, contohnya seperti: menendang, menangkap, mengeblok, memukul, dan
menggenggam.
Apabila seorang anak mengalami kegemukan maka anak akan
cenderung malas bergerak sehingga berakibat pada tingkat penguasaan keterampilan
gerak dasarnya akan menjadi terhambat dan juga tingkat kebugaran jasmaninya
akan relatif kurang baik. Untuk mencegah terjadinya kegemukan maka sangat
disarankan untuk melakukan olahraga secara teratur, mengatur menu dan porsi
makan, minum dan makan yang berserat untuk melancarkan pencernaan, apabila
sudah terjadi kelebihan berat badan atau mungkin kegemukan maka disarankan
untuk melakukan diet (mengurangi porsi makan).
Kata
Kunci: kegemukan, aktivitas
jasmani Anak
Di dalam kehidupan sehari-hari
manusia selalu dihadapkan pada pemenuhan kebutuhan pokok. Kebutuhan pokok
tersebut yang paling utama adalah makanan dan minuman. Pemilihan menu dan pola
makan kadang kurang di perhatikan, baik kualitas maupun kuantitasnya sehingga
akan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan dan perkembangan tubuh seseorang.
Pada era globalisasi ini, tidak
bisa dipungkiri bahwa perkembangan dan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
banyak sekali berpengaruh terhadap diri dan lingkungan di sekitar. Kemajuan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi diberbagai bidang memberikan dampak yang
positif dan negatif bagi seseorang. Salah satu contoh dampak negatif dari kemajuan
ilmu pengetahuan dan teknologi adalah banyaknya aktivitas manusia yang
digantikan peranannya oleh sebuah mesin atau robot yang berakibat pada
menurunnya mobilitas gerak manusia dan tingkat kebugaran jasmani seseorang. Selain
itu juga banyaknya makanan atau minuman cepat saji yang dilengkapi dengan bahan
pengawet atau pemanis buatan juga berakibat kurang baik bagi kesehatan tubuh
manusia.
Kompleksnya tingkat kepentingan
dan kebutuhan manusia yang tidak terbatas saat ini memaksa bagi setiap orang
untuk selalu bekerja tanpa henti, sehingga kurang memperhatikan waktu
istirahat, aktifitas jasmani dan rekreasi serta menu dan pola makan yang sehat
dan higienis, terlebih kebanyakan orang tua atau keluarga karier. Banyak
keluarga karier kurang memperhatikan kesehatan dan kebugaran anak-anaknya,
karena kebanyakan dari orangtua atau keluarga tersebut hanya berpikir bagaimana
cara mencari, menimbun harta kekayaan dan memenuhi segala kebutuhannya.
Orangtua atau keluarga karier kebanyakan hanya berpikir bahwa apabila
anak-anaknya banyak atau lahap makan dan terpenuhi gizinya sehingga terlihat
gemuk yang berarti bahwa tubuhnya sehat dan kuat. Orangtua atau keluarga karier
kebanyakan tidak berpikir bahwa selain adanya faktor keturunan (genetika),
penumpukan gizi dan energi di dalam tubuh dalam jangka waktu yang lama juga
dapat menyebabkan terjadinya kegemukan atau obesitas apabila tidak diimbangi
dengan aktivitas jasmani atau rekreasi. Sesungguhnya tubuh yang gemuk kurang
baik bagi kesehatan, baik bagi orang dewasa maupun bagi anak-anak, karena pada tubuh
yang gemuk biasanya mudah terserang penyakit (mudah sakit dan tidak bugar).
Anak-anak yang memiliki berat tubuh
yang berlebihan atau mengalami kegemukan (obesitas) biasanya sering diejek atau
dicemooh oleh teman-temannya sehingga anak tersebut menjadi anak yang pemalu, cenderung
manja dan malas-malasan. Anak yang mengalami obesitas biasanya memiliki
kebiasaan ngemil yang tinggi (makan-makanan ringan), banyak menyendiri, banyak
berdiam diri di kamar/di rumah, mudah dan lebih banyak tidur, sehingga kurang
atau bahkan tidak suka beraktivitas jasmani dan berolahraga (fisik). Anak yang
mengalami obesitas biasanya di rumah lebih menyukai permainan game fantasi (play station). Dengan jarang bergerak atau beraktifitas jasmani
maka anak akan kurang bugar, pengalaman dan tingkat ketrampilan geraknya juga
kurang, baik gerak lokomotor, nonlokomotor, maupun manipulatif. Anak yang mengalami
obesitas selain ketrampilan geraknya akan cenderung kaku, tidak lincah, dan
juga mudah terserang penyakit karena daya tahan fisiknya juga kurang baik, tetapi
biasanya juga memiliki kelebihan pada keseimbangan tubuh yang relatif baik. Sebagai
akibat lebih lanjut dari keadaan tersebut dapat mengakibatkan pertumbuhan dan
perkembangan motorik anak menjadi tidak stabil atau terganggu.
Berat badan merupakan ekspresi
atau deskripsi dari keadaan keseimbangan dalam bentuk variabel tertentu atau
merupakan indikator dari baik buruknya penyediaan atau pemenuhan dari zat gizi
yang diserap oleh tubuh. Pola dan menu makan yang tidak teratur tanpa
memikirkan seberapa besar kalori dan zat gizi yang diperlukan leh tubuh akan
dapat berdampak pada anak yaitu kekurangan gizi sehingga tubuhnya akan kurus,
lebah, daya tahan atau kebugaran jasmaninya berangsur-angsur akan turun
(rendah). Demikian juga sebaliknya apabila anak mengalami kelebihan gizi maka
berat tubuhnya akan meningkat yang kemudian menjadi gemuk (obesitas) sehingga
akan mengurangi atau membatasi kemampuan dan ketrampilan gerak anggota
tubuhnya.
Berat badan sering digunakan
sebagai cara untuk mengevaluasi keseimbangan antara asupan makanan yang masuk
ke dalam tubuh dengan energi yang digunakan atau dikeluarkan untuk
beraktivitas. Porsi makan yang banyak dan peningkatan gizi secara global dan
semakin jarang beraktivitas dapat menyebabkan tubuh manusia akan menjadi
semakin cepat gemuk (obesitas).
KEGEMUKAN (OBESITAS)
Obesitas
adalah suatu keadaan yang melebihi dari berat badan relatif (ideal) seseorang,
sebagai akibat penumpukan zat gizi terutama karbohidrat, protein dan lemak.
Kondisi tersebut disebabkan oleh ketidakseimbangan antara konsumsi energi dan
kebutuhan energi, yaitu konsumsi makanan (yang terlalu banyak) dibandingkan
dengan kebutuhan atau pemakaian energi (yang lebih sedikit), (Budiyanto, 2002:
7). Menurut pendapat Budiyanto (2002: 10), Untuk menentukan obesitas diperlukan
kriteria yang berdasarkan pengukuran antropometri dan atau pemeriksaan
laboratorik, pada umumnya digunakan:
- Pengukuran berat
badan (BB) yang dibandingkan dengan standar dan disebut obesitas bilamana
BB > 120 % BB standar.
- Pengukuran berat
badan dibandingkan tinggi badan (BB/TB). Dikatakan obesitas bila BB/TB
> persentile ke 95 atau > 120 %
atau Z-score = + 2 SD.
- Pengukuran lemak
subkutan dengan mengukur skinfold thickness (tebal lipatan
kulit/TLK).
- Sebagai indikator
obesitas bila TLK Triceps >
persentil ke 85.
- Pengukuran lemak
secara laboratorik, misalnya densitometri, hidrometri dsb. yang tidak
digunakan pada anak karena sulit dan tidak praktis. DXA adalah metode yang
paling akurat, tetapi tidak praktis untuk di lapangan.
- Indeks Massa
Tubuh (IMT) > 27,0/kg/m2.
Lebih
lanjut menurut pendapat yang dikemukakan oleh Akhmadi (2010:
1-2), berat badan (BB) yang ideal bagi seseorang dapat dirumuskan sebagai
berikut:
1. Berat Badan Relatif (BBR)
Berat Badan (kg) X 100 % = %
Tinggi Badan (cm) – 100
Nilai Standar:
a.
< 90 % = Underweight
b.
90 – 100 % = Berat Normal
c.
> 110 % = Overweight
d.
> 120 % = Obesitas/Gemuk
2. Indeks Masa Tubuh (IMT)
Berat Badan (kg) =
Tinggi Badan X Berat Badan (m2)
Nilai Standar:
a.
< 18,5 = maka dapat dikatakan IMT Kurang
b.
18,5 – 25 = maka dapat dikatakan IMT Normal
c.
25 – 27 = maka dapat dikatakan IMT Lebih
d. > 27 = maka dapat
dikatakan sebagai Obesitas atau Kegemukan
Berdasarkan uraian di atas maka dapat disimpulkan bahwa, kegemukan
(obesitas) adalah suatu keadaan di mana berat badan seseorang berada di atas
120 % dari berat badan relatif (BBR) atau berada di atas 27 dari indeks masa
tubuh (IMT).
DAFTAR PUSTAKA
Akhmadi. (2010). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta: PT Rineka Cipta.
Budiyanto. (2002). Obesitas dan Perkembangan Anak. Jakarta: Grafindo Persada.
Djoko Pekik Irianto. (2000). Panduan Latihan Kebugaran yang Efektif dan Aman. Yogyakarta: Lukman Offset.
Erminawati. (2009). Kebugaran dan Kesehatan. Jakarta: Ricardo.
J. Matakupan. (1995). Teori Bermain. Jakarta: Depdikbud, Universitas Terbuka.
Mutohir dan Gusril (2004). Olahraga Kesehatan: Jakarta: Depdiknas.
M. Furqon. H. (2002). Pembinaan olahraga usia dini. Surakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan Keolahragaan (Puslitbang-OR) Universitas Sebelas Maret, Surakarta.
Siti Partini S. (1995). Psikologi perkembangan. Yogyakarta: FIP-IKIP Yogyakarta.
0 komentar:
Post a Comment