Friday, June 7, 2013

Karya Tulis Ilmiah POPULER

Karya Tulis Ilmiah POPULER 
Sasaran Belajar
Pada akhir perkuliahan ini mahasiswa dapat : 
1. membedakan berbagai jenis karya tulis ilmiah populer. 
2. menjelaskan dan membuat out line karya tulis ilmiah populer. 
3. membuat karya tulis ilmiah populer (dalam kerja kelompok) dan mendis­kusikannya dalam kelas. 
4. memproses karya tulis ilmiah populer yang layak muat untuk diusulkan di mass media daerah atau ibukota. 
5. menjelaskan jenis-jenis penelitian dan menyusun proposal penelitian. 

PENDAHULUAN 
1. Pengertian Tulisan Ilmiah Populer 
Karya tulis ilmiah dalam bentuk tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan yang disebar luaskan melalui media massa, juga sering disebut artikel. Apakah yang dimaksud dengan artikel? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), artikel ialah karya tulis lengkap di majalah, surat kabar, dan sebagainya (Depdikbud, 1990:49). Ditinjau dari isinya, tulisan ilmiah populer ada berbagai jenis, misalnya tentang ekonomi, teknik, elektronika, pendidikan dan sebagainya. Kadar ilmiah dari setiap jenis tulisan ilmiah populer banyak ditentukan oleh latar belakang pendidikan, wawasan dan tentunya pengalaman menulis dari setiap penulisnya. Misalnya, tulisan ilmiah populer di bidang pendidikan selayaknya banyak ditulis oleh guru atau pendidik, karena merekalah orang-orang yang memiliki wawasan luas dan mempunyai banyak pengalaman tentang proses pendidikan di lapangan. 

Pada tingkatan ini (menulis artikel) penulis dituntut agar dapat mengerahkan kemampuan menulis yang lebih baik dibandingkan dengan menyusun diktat pelajaran. Namun Among Kurnia Ebo (1995:13) mem­beri dorongan kepada penulis seperti berikut: 

Sebenarnya setiap orang terpelajar (termasuk guru), bisa menulis artikel atau tulisan ilmiah populer. Tetapi kenyataannya, mengapa tidak semua orang terpelajar, bahkan sarjana sekalipun, bisa menulis artikel? Jawabannya sangat sederhana, karena tidak semua orang terpelajar memiliki kebiasaan menulis artikel atau tidak memiliki kebiasan menulis. Berapa ratuspun teori teknis menulis artikel dipelajari, ia takkan pernah bisa menulis artikel jika tak pernah memaksa diri secara terus-menerus untuk menulis. 

2. Teknik Menulis Karya Tulis Ilmiah Populer 
Slamet Soeseno dalam buku Teknik Penulisan Ilmiah Populer dalam Among Kurnia Ebo (1995:17) mengemukakan lima langkah pokok penulisan artikel, yaitu penelaahan tema, memilih pola penggarapan, pengumpulan petunjuk literatur (daftar pustaka), pengumpulan informasi paling aktual, dan pembuatan catatan, barulah mulai menulis. Among Kurnia Ebo (1995:17) mengemukakan langkah-langkah yang lebih sederhana dan rinci, yang intinya seperti berikut: 

Pertama, memilih topik, artinya memilih pokok permasalahan yang akan disoroti, seperti tentang agama, pendidikan, politik, budaya, ekonomi, dan sebagainya. Agar dipilih satu topik saja untuk satu artikel. 

Kedua, menentukan tema. Setelah topik dipilih, lalu diteruskan dengan menetapkan tema, karena tema adalah penyempitan dari topik. Tema merupakan pikiran dasar, landasan cerita yang langsung menunjuk kepada aspek-aspek permasalahan, yang dijabarkan ke dalam pemba­hasan dari awal sampai akhir. Pembahasan agar jangan menyimpang dari tema sebagai relnya. Contoh, tema yang dapat dikembangkan oleh guru SD, yaitu tentang: 

· IKIP, PGRI, dan Kesejahteraan Guru. (Suparlan, Republika: 25 Nopember 1995). 
· Nasib Guru. (M. Amien Rais, Republika: 28 Nopember 1996). 
· Bagaimana Seharusnya Menafsirkan NEM. (Ngadimun Hd, Lampung Post: 4 Agustus 1997). 
· Guru Masa Depan. (Sunanto, Buletin Dinas P dan K Tk.I Lampung: Februari 1998). 
· Upaya meningkatkan gairah belajar siswa menjelang Ebtanas. Belum dibuat 

Ketiga, mengumpulkan bahan, artinya sebelum kita mulai menulis terlebih dahulu perlu dilakukan pengumpulan bahan-bahan, data atau keterangan yang diperlukan sebagai bahan atau data pendukung tulisan yang akan disusun. Bahan-bahan yang perlu dikumpulkan berkaitan dengan tema di atas, misalnya buku-buku tentang kiat belajar, keterang­an-keterangan orang tua siswa, data yang menggambarkan ketatnya persaingan merebut bangku di SLTP Negeri. 

Keempat, membuat kalimat judul. Setelah topik, tema ditelaah secara jelas, sambil mengumpulkan bahan-bahan, sebelum memulai mem­buat outline (draf tulisan) sebaiknya ditetapkan terlebih dahulu kalimat judul. Ini akan digunakan sebagai pedoman dalam melakukan langkah-langkah berikutnya. Namun dapat saja setelah penulisan berakhir, kalimat judulnya perlu dirubah. 

Kelima, memilih pola penggarapan, artinya model pembahasan yang digunakan dalam menulis artikel. Menurut Slamet Soeseno dalam Among Kurnia Ebo (1995:19) mengemukakan lima pola artikel, yang intinya sebagai berikt. 
  • pola pemecahan masalah, artinya penulis mengemukakan saran pemecahan atau alternatif pemecahan suatu permasalahan, 
  • pola pendapat dan alasan pemikiran, artinya pendapat-pendapat dan pemikiran penulis tentang suatu hal yang memerlukan pendapat publik, 
  • pola kronologis, yaitu tulisan tentang jalannya peristiwa yang dikemu­ka­kan secara kronologis (runtut) menurut waktu kejadian­, 
  • pola pembandingan, artinya penulis membanding-bandingkan antara dua atau lebih hal, dengan tujuan untuk diketahui aspek untung-rugi­nya, atau baik-buruknya, dan 
  • pola abstraksi-deskripsi, artinya penulis mengabstraksikan dan meng­gam­barkan suatu peristiwa yang dituangkan ke dalam bentuk tabel, grafik-grafik yang disertai penjelasan-penjelasan, dengan tujuan agar pembaca mudah memahami tentang sesuatu. 
Penulis dimungkinkan menggunakan lebih dari satu pola sekaligus, jika memang diperlukan untuk membuat lebih menarik atau lebih meyakinkan kadar ilmiah dari suatu karya tulis. 

Keenam, membuat garis besar atau kerangka karangan (outline). Garis besar atau kerangka karangan dibuat agar dapat digunakan sebagai pedoman tentang aspek-aspek apa saja yang akan dibahas. Apa-apa yang perlu dikemukakan dan bagaimana menyusun kalimat-kalimat pendahu­luan, agar pembaca tertarik ingin mengetahui isi artikel. Pada bagian isi hal apa dulu yang perlu dikemukakan, dilanjutkan dengan hal-hal apa dan akhirnya apa-apa yang perlu dikemukakan pada bagian penutup. Bagi orang yang telah terbiasa menulis, outline hanya dibuat sekedarnya saja, bahkan ada yang langsung menulis. Sekedar contoh, outline dengan tema ‘Bagaimana Seharusnya Menafsirkan NEM’, seperti berikut ini : 

Bagaimana Seharusnya Menafsirkan NEM Judul 
Pendahuluan 
- Isu di masyarakat tentang pembicaraan NEM di awal tahun ajaran Pendahuluan 
- Pengertian NEM 

Bagaimana seharusnya menafsirkan NEM ? 
- Oleh Kepala Sekolah, Guru, dan Instansi terkait 
- Orangtua-pun perlu tahu menafsirkan NEM 

Upaya peningkatan kualitas tamatan SD 
- Perlu program yang jelas 
- Ditentukan oleh usaha bersama dan terpadu 

Beberapa pihak yang menentukan akan sejauh mana kualitas murid tamatan SD 
- Pengawas Isi 
- Kepala Sekolah 
- Guru kelas 
- Orang tua siswa 

Kesimpulan 
- Kesimpulan pembahasan di atas, dan penekanan dengan kata-kata kunci Kesimpulan 

Ketujuh, memulai atau membuka karangan. Bagi penulis pemula, sering mengalami kesulitan saat memulai mengarang. Memang hanya untuk membuka karangan sering dilakukan sampai berjam-jam, bingung apa-apa yang akan ditulis terlebih dahulu, yaitu yang enak dan dapat menarik perhatian pembaca. Untuk mengatasi hal ini Among Kurnia Ebo (1995:19-20) memberi alternatif bahwa beberapa jenis intro (pembuka) tulisan yang dapat digunakan antara lain intro statemen, intro abstraksi, intro analogi, intro narasi, intro deskripsi, intro cuplikan kata mutiara atau karya sastra, intro sapaan langsung, atau intro pertanyaan. Tinggal memilih mana yang disukai dan sesuai dengan tema tulisan. 

Kedelapan, membangun dan menutup karangan. Setelah penulis berhasil membuka suatu tulisan, selanjutnya gagasan-gagasan berikutnya mudah terus mengalir. Penulis tinggal menyusun dari kalimat ke kalimat dalam satu alenia, dan dari alenia ke alenia, tentunya jika dapat tetap berpedoman kepada outline. Dimungkinkan setelah penulisan berjalan, penulis perlu merubah outline karena ternyata ada yang tidak sesuai. Dalam menutup tulisan, pembaca diajak kepada kesimpulan dari semua yang dikemukakan dalam pembahasan sehingga setelah selesai membaca suatu tulisan, pembaca dapat memperoleh kesan atau memahami inti permasalahannya. 

Satu hal yang perlu diperhatikan bahwa tulisan ilmiah populer (artikel) yang kita susun agar tidak keluar dari spesialisasi keahlian kita masing-masing. Satu contoh, guru SD tulisannya dengan topik seputar pendidikan sekolah dasar, yang berpendidikan S1 Bahasa Indonesia agar selalu memilih topik seputar bahasa Indonesia. Sebab jika menyimpang, resikonya tidak akan dapat diperhitungkan untuk memperoleh angka kredit di bidang pembinaan profesi. Mass media cetak siap menampung tulisan kita, baik itu surat kabar, majalah atau buletin-buletin. Jika diperlukan, dalam buku Kiat Menembus Kolom dan Rubrik Media Massa (Among Kurnia Ebo, 1995:74-75) dimuat 49 alamat lengkap surat kabar dan tabloid yang terbit di Indonesia. 

RINGKASAN 

TUGAS LATIHAN 
1. Mahasiswa berlatih membuat out line karya tulis ilmiah populer. 
2. Dalam kelompok, mahasiswa membuat karya tulis ilmiah populer dan mendiskusikannya dalam kelas. 
3. Mahasiswa memproses karya tulis ilmiah populer yang layak muat untuk diusulkan di mass media cetak daerah atau ibukota.

No comments:

Post a Comment