Vitamin B1
Vitamin B1 atau tiamin mengandung sistem dua cincin, suatu pirimidin dan tiaziol. Pada jaringan hewan terdapat sebagai tiamin pirofosfat yang merupakan bentuk koenzim (Lehninger, 1990). Bentuk murni tiamin adalah tiamin hidroklorida. Vitamin ini untuk pertamakalinya ditemukan di Indonesia pada tahun 1897 oleh sarjana Belanda yang bernama Eijkman, yaitu pada ayam yang menderita penyakit mirip beri-beri pada manusia, yang kemudian dapat diisolasi oleh Donanth dan William dalam bentuk kristal. Karena senyawa tersebut banyak mengandung sulfur dalam molekulnya maka disebut thioamine atau tiamin (Winarno, 1997b).
Tiamin berfungsi sebagai koenzim dalam perubahan glukosa menjadi tenaga, membantu kesehatan syaraf sehingga bisa membantu pertumbuhan sifat mental, membantu proses pertumbuhan pada anak-anak, memelihara kesehatan lambung, usus dan jantung, memelihara nafsu makan yang baik dan mencegah penimbunan lemak pada pembuluh nadi (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
Kekurangan tiamin dapat menyebabkan penyakit polyneuritis (gangguan transmisi syaraf/syaraf kekurangan energi) dan beri-beri yang pada awalnya ditandai dengan kelelahan, hilang nafsu makan, berat badan terus menurun dan gangguan pencernaan yang pada akhirnya terjadi gangguan kerja syaraf dengan terbentuknya oedem atau penumpukan cairan pada jaringan (Winarno, 1997b). Kelebihan dosis pemakaian tiamin dapat menyebabkan gangguan pada keseimbangan diantara vitamin B kompleks (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
Angka kebutuhan tiamin harian 0,4 sampai 0,7 mg untuk anak-anak dibawah 10 tahun, orang dewasa 0,7 sampai 1 mg dan wanita hamil dan menyusui 0,2 sampai 0,3 mg (Winarno, 1997b). Sumber bahan pangan mengandung tiamin antara lain selaput gandum, beras, padi-padian (Simorangkir dan Simorangkir, tt), daging (Suhardjo dan Kusharto, 1992), ikan, telur dan lalapan (Winarno, 1997b).
Vitamin B2
Vitamin B2 atau riboflavin pertama kali diisolasi dari susu dan menampakkan warna kuning karena terdapat cincin isoaloksasin yang kompleks (Lehninger, 1990). Pemberian nama riboflavin kerena vitamin B2 dibentuk oleh senyawa ribosa (gula dengan lima karbon) dengan suatu zat yang memberikan warna kuning oranye dan pada larutan akan mengalami fluoresensi dengan warna kuning kehijauan. Riboflavin larut dalam air dan tahan panas didalam larutan netral atau asam namun dapat rusak dalam larutan basa atau bila kena sinar matahari (Suhardjo dan Kusharto, 1992).
Riboflavin berfungsi menolong proses metabolisme karbohidrat, protein dan lemak, membantu proses pernapasan, memelihara kesehatan mata, kulit, rambut dan kuku (Simorangkir dan Simorangkir, tt) dan pertumbuhan tubuh (Winarno, 1997b).
Kekurangan riboflavin pada wanita-wanita hamil mengakibatkan penyakit cheilosis dengan gejala retak-retak pada kulit disudut-sudut bibir, kerak-kerak pada kulit, bibir dan lidah, pada mata mengakibatkan mata sensitif terhadap cahaya dan mudah lelah yang diikuti dengan kekaburan mata (Winarno, 1997b), di bawah kelopak mata terasa ada pasir, susah kencing, vagina gatal, kekuatan dan semangat menurun, pertumbuhan lambat dan pencernaan terganggu, kanker dan katarak. Pemakaian riboflavin yang berlebihan akan berakibat terbuangnya vitamin B kompleks yang lain melalui air seni (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
Konsumsi harian riboflavin per orang per hari untuk bayi antara 0,4 dan 0,6 mg, anak-anak sampai umur 10 tahun 0,8 sampai 1,2 mg, orang dewasa antara 1,2 dan 1,6 mg, wanita hamil 1,5 mg dan wanita menyusui 1,7 mg (Winarno, 1997b). Riboflavin banyak terdapat pada jaringan tumbuhan dan hewan. Tanaman muda mempunyai kandungan riboflavin lebih banyak dari pada yang tua (Suhardjo dan Kusharto, 1992). Hati, lidah, daging, susu, telur dan Brewer's Yeast merupakan sumber riboflavin yang baik (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
Niasin
Niasin atau asam nikotinat atau vitamin B3 merupakan senyawa yang larut dalam air, sangat stabil terhadap panas maupun oksidasi, tidak dipengaruhi oleh asam dan basa dan merupakan struktur asam pirimidin 3-karboksilat yang mudah berubah menjadi senyawa fisiologis yaitu nikotinamid (Suhardjo dan Kusharto, 1992). Asam nikotinat di pasaran berbentuk padat berwarna putih, berbentuk kristal dan mudah larut dalam air. Di dalam tubuh akan diubah menjadi amida yaitu nikotinamida. Nikotinamida juga dapat dibentuk di dalam tubuh dari asam amino triptofan (Gaman dan Sherrington, 1994).
Niasin mempunyai fungsi membentuk bagian dari sistem enzim yang berhubungan dengan oksidasi glukosa dan pelepasan energi dalam sel (Gaman dan Sherrington, 1994), sebagai koenzim pada metabolisme lemak dan protein dalam tubuh, memperlancar peredaran darah, menurunkan kholesterol dalam darah, menjaga kesehatan syaraf, kulit, lidah, alat pencernaan dan untuk membuat hormon-hormon sex (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
Kekurangan niasin akan mengakibatkan penyakit pellagra dengan ciri spesifik sakit tenggorokan, lidah dan mulut serta terjadi dermatitis yang sangat khas pada bagian badan yang tidak tertutup seperti tangan, lengan, siku, kaki, kulit serta leher (Winarno, 1997b), otot-otot lemas, lekas letih, hilang nafsu makan, salah cerna kulit pecah, nafas berbau busuk, bisul-bisul, tidak bisa tidur, lekas marah, mual, muntah-muntah, sakit kepala, sakit gusi, tegang dan depresi. Pemakaian niasin secara berlebihan akan mengakibatkan gejala gatal-gatal, sakit kepala, merusak hati, penyakit gout karena menghalangi pengeluaran asam urat lewat air seni, depresi dan penyakit lambung (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
Ukuran kecukupan niasin untuk pria 16 mg, wanita 13 mg, anak-anak 9 sampai 16 mg (Simorangkir dan Simorangkir, tt), wanita hamil dan menyusui 19 sampai 20 mg, gadis umur 13 sampai 19 tahun 16 sampai 17 mg dan pemuda umur 13 sampai 19 tahun 21 sampai 25 mg (Suhardjo dan Kusharto, 1992). Bahan pangan sumber niasin terdistribusi secara luas pada pangan nabati dan hewani, seperti, khamir, daging, ikan, keju, kacang-kacangan, serelia, susu, telur, kentang dan bir (Gaman dan Sherrington, 1994).
Vitamin B5
Vitamin B5 merupakan vitamin yang larut dalam air, mudah rusak dalam asam seperti cuka dan basa seperti baking soda. Vitamin B5 di dalam darah terdapat banyak pada bagian plasma dan kelebihannya dibuang melalui urin (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
Vitamin B5 berfungsi untuk meningkatkan daya tahan tubuh untuk menghadapi situasi yang menegangkan, mengurangi keriput pada kulit, melindungi sel-sel dari radiasi, memperlancar gerakan pencernaan, mencegah kemerosotan urat syaraf, mencegah stres, dan kehabisan tenaga, menolong pembentukan antibodi dan mengurangi keracunan akibat antibiotika (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
Kekurangan vitamin B5 menimbulkan gejala-gejala muntah-muntah, gelisah, sakit perut, kejang otot, peka terhadap insulin dan infeksi pada rongga pernapasan (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
Angka kebutuhan harian vitamin B5 untuk orang dewasa mengkonsumsi 5 sampai 10 mg dan untuk pengobatan 50 sampai 200 mg (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
Vitamin B6
Ada tiga bentuk senyawa vitamin B6 yang erat hubungannya, yaitu piridoksin, piridoksal dan piridoksamin yang saling bertukar di dalam makhluk hayati (Lehninger, 1990). Di dalam perdagangan vitamin ini dalam bentuk hidrokhorid. Piridoksal bersifat larut dalam air dan alkohol dan stabil terhadap panas dalam larutan asam dan relatif stabil dalam basa yang kurang larut, namun sangat stabil terhadap sinar ultraviolet dan sinar tampak (Suhardjo dan Kusharto, 1992).
Vitamin B6 atau piridoksin mempunyai fungsi sebagai bagian dari sistem enzim yang berperan pada metabolisme protein (Gaman dan Sherrington, 1994), metabolisme lemak (Suhardjo dan Kusharto, 1992), membantu proses penyerapan vitamin B12, berperan pada produksi asam lambung, sel darah merah, antibodi dan magnesium, mengoptimalkan funsi asam linoleat, koenzim metabolisme karbohidrat, melancarkan proses pelepasan glikogen dari hati untuk membangkitkan tenaga, membantu proses perubahan triptofan menjadi niasin dan memelihara keseimbangan natrium dan kalium (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
Kekurangan vitamin B6 menyebabkan kerusakan kulit, syaraf motorik terganggu, kelainan pada darah (Winarno, 1997b), timbulnya penyakit sawan (Gaman dan Sherrington, 1994), rendahnya kadar gula dalam darah sehingga toleransi tubuh terhadap gula rendah dan tubuh sangat peka terhadap insulin, kerontokan pada rambut, penimbunan air dalam tubuh saat kehamilan, kebas dan kejang pada betis dan lengan, gangguan penglihatan, encok dan gangguan pada jantung. Kelebihan pemakaian vitamin B6 akan menggangu keseimbangan vitamin B kompleks (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
Angka kecukupan vitamin B6 untuk manusia 2 mg dan untuk orang yang mengkonsumsi protein rendah (40 sampai 50 g/hari) diperlukan 1,2 sampai 1,5 mg (Winarno, 1997b). Sumber piridoksin adalah daging, hati, serelia, kacang-kacangan (Gaman dan Sherrington, 1994), kentang, ubi jalar, sayuran, susu (Winarno, 1997b) dan Brewer's Yeast (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
No comments:
Post a Comment