Monday, June 10, 2013

Asam pantotenat

Asam pantotenat 
Asam pantotenat pertama kali diisolasi dari khamir dan ekstrak hati oleh Roger Williams (Lehninger, 1990). Nama pantotenat diambil dari kata Yunani Panthos yang artinya di mana-mana, karena vitamin ini ditemukan pada semua bahan biologis. Secara komersial ditemukan dalam bentuk garam kalsium yang larut dalam air, rasa agak manis, dan stabil pada pemasakan normal (Winarno, 1997b). Asam pantotenat merupakan penyatuan dua macam derivat butirat dengan asam amino alanin (Suhardjo dan Kusharto, 1992). 

Asam pantotenat merupakan bagian dari koenzim (Koenzim A) yang dipergunakan untuk pembuatan zat lipoid (sterol) yang berfungsi pada proses perombakan karbohidrat, asam lemak, asam amino (Suhardjo dan Kusharto, 1992) khususnya yang berhubungan dengan produksi energi dan berperan juga pada metabolisme asam lemak dan lipida yang lain (Winarno, 1997b). 

Jarang ditemukan tanda-tanda kekurangan asam pantotenat, mungkin hal ini dikarenakan jumlah konsumsi asam pantotenat dalam jumlah kecil dan ditemukan hampir pada semua bahan pangan dan juga dapat disintetsis dalam usus oleh bakteri. Tampaknya asam pantotenat mempunyai hubungan dengan riboflavin dalam metabolisme dan ada kesamaan mengenai tanda-tanda defisiensi, seperti pada pellagra (Suhardjo dan Kusharto, 1992) dan pada percobaan kekerangan asam pantotenat pada manusia ditandai dengan mutah-mutah dan pada tikus dapat menjadikan pemutihan pada rambut (Winarno, 197b). Juga ditemukan kekurangan konsumsi asam pantotenat dapat menyebabkan rambut rontok, rambut putih, gangguan pada kulit dan syaraf dan pada kelenjar adrenal (Suhardjo dan Kusharto, 1992). 

Standar kebutuhan vitamin ini belum ditentukan dan asam pantotenat banyak terdapat pada hati, ragi, daging, padi-padian, susu (Suhardjo dan Kusharto, 1992) dan royal jelly atau persediaan makanan yang terdapat pada sarang lebah bagi calon ratu, ratu dan calon pekerja (Winarno, 1997b). 

Biotin 
Vitamin ini pertamakali ditemukan oleh Frits Kogl dari kristal kuning telur kering yang berperan pada faktor pertumbuhan yang diperlukan oleh khamir dan tikus yang diberi putih telur mentah. Di dalam putih telur terdapat protein avidin yang dapat mengikat kuat biotin sehingga tidak terserap oleh usus (Lehninger, 1990). Ada beberapa bentuk biaotin, yaitu destiobiotin dan oksibiotin yang terdapat dalam ragi dan bakteri (Winarno, 1997b). 

Biotin berfungsi sebagai koenzim dari berbagai enzim yang berperan dalam proses karboksilasi, dekarboksilasi dan reaksi deaminasi. Biotin sangat diperlukan dalam sintesis asam lemak, dan reaksi fiksasi CO2 pada proses peruraian piruvat menjadi oksaloasetat. Pada siklus Kreb's biotin juga diperlukan untuk perubahan asam suksinat menjadi fumarat dan oksalosuksinat menjadi ketoglutarat (Winarno, 1997b). 

Kekurangan biotin akan mengakibatkan dermatitis, atropi pada papila lidah, kulit kering, nyeri otot, anoreksia, nausea, hiperkolesteremia dan abnormalitas pada elektero kardiogram (Suhardjo dan Kusharo, 1992). 

Konsusmsi harian biotin bagi orang dewasa150 mg dan pada menu normal sekitar 150 sampai 300 mcg. Sumber biotin yang utama terdapat dalam saluran pencernaan, karena mikroflora mampu membuatnya dalam jumlah banyak. Biotin juga terdapat pada jeroan, kuning telur, khamir (Winarno, 1997b), kedelai, bekatul, sayuran dan buah-buahan (Suhardjo dan Kusharto, 1992). 

Folasin 
Asam folat atau folasin pertama kali diisolasi dari daun bayam. Pemberian nama asam folat dari kata folium yang berarti daun. Molekul asam folat terdiri dari tiga komponen utama yaitu asam glutamat, asam p-aminobenzoat dan suatu turunan senyawa heterosiklik dengan cincin yang berdifusi atau pretidin. Asam folat tidak mempunyai aktivitas koenzim, tetapi akan aktif setelah terduksi secara enzimatik menjadi asam tetrahidrofolat atau FH4 (Lehninger, 1990). Untuk menjadi bentuk aktif asam folat diperlukan asam askorbat dan perubahan bentuk ini terjadi di dalam hati. Asam folat sedikit larut dalam air, mudah dioksidasi dalam larutan asam dan peka terhadap sinar matahari. Pada suhu kamar jika disimpan berupa larutan dan pemasakan normal asam folat banyak yang hilang (Winarno, 1997b). 

Asam folat diperlukan dalam proses metabolisme dan pembentukan sel darah merah yang baru sehingga dapat mencegah anemia, juga terlibat dalam metabolisme asam amino (glisin, tirosin, asam glutamat dan histidin), khusus berperan terhadap metabolisme asam amino metionin (Suhardjo dan Kusharto, 1992) dan berperan terhadap pembentukan timin yang merupakan salah satu komponen terpenting dalam DNA (Winarno, 1997b). 

Kekurangan asam folat dapat terjadi jika konsumsi asam folat rendah atau terjadinya gangguan pada saluran pencernaan, mengingat asam folat juga disintesis di dalam saluran pencernaan. Tanda-tanda kekurangan asam folat adalah terjadinya anemia (Winarno, 1997b). 

Konsumsi asam folat untuk orang dewasa 400 mcg, wanita hamil 600 mcg dan bayi dibawah umur satu tahun 50 mcg per hari (Winarno, 1997b). Bahan pangan yang banyak mengandung folasin antara lain sayur-sayuran daun, hati, ginjal, padi-padian utuh, biji-bijian berlemak dan kacang tanah (Suhardjo dan Kusharto, 1992). 

Vitamin B12 
Vitamin B12 merupakan vitamin yang paling kompleks dibanding dengan lainnya. Vitamin B12 yang diisolasi disebut sianokobalamin sebab molekul ini mengandung siano yang berikatan dengan kobalt. Pada bentuk koenzim vitamin B12 disebut 5'-deoksiadenosilkobalamin (Lehninger, 1990). Sianokobalamin larut dalam air, tahan terhadap panas, inaktif oleh cahaya, asam keras atau alkali dan hanya sedikit yang hilang oleh pemanasan normal (Winarno, 1997b). Sebelum diabsorbsi vitamin ini harus bergabung dengan protein yang merupakan faktor intristik dalam lambung (Gaman dan Sherrington, 1994). 

Vitamin B12 atau sianokobalamin berfungsi di dalam metabolisme lemak, protein dan karbohidrat, berperan dalam pembentukan sel darah merah dengan zat besi, membantu penyerapan vitamin A, membantu proses terbentuknya karoten menjadi vitamin A (Simorangkir dan Simorangkir, tt), menjaga agar sel-sel berfungsi normal terutama sel-sel saluran pencernaan, sistem urat syaraf dan susmsum tulang, diperlukan dalam sintesis DNA (Winarno, 1997b) dan bersama kolin dan asam folat berperan dalam sintesis asam amino metionin (Suhardjo dan Kusharto, 1992). 

Defisiensi vitamin B12 menimbulkan gejala-gejala dengan gangguan syaraf seperti rasa sakit pada lengan dan betis, susah jalan, gugup bicara, gangguan otak menyerupai schezophrenia, gelisah, neuritis, gangguan saat haid, bau badan busuk (Simorangkir dan Simorangkir, tt) dan penyakit pernicious anemia yaitu suatu penyakit yang mungkin bersifat keturunan dengan tidak berfungsinya faktor intristik sehingga vitamin B12 tidak dapat diserap (Winarno, 1997b). 

Angka kebutuhan vitamin B12 untuk orang dewasa 0,6 sampai 1,2 mcg, untuk orang diatas umur 11 tahun 3 mcg, untuk ibu hamil atau menyusui 4 mcg, untuk bayi 0,3 mcg dan untuk anak dibawah 10 tahun 1 sampa 2 mcg per hari (Winarno, 1997b). Bahan pangan sumber vitamin B12 antara lain hati, ginjal, daging (Suhardjo dan Kusharto, 1992), susu, ikan, telur (Gaman dan Sherrington, 1994), sayuran daun komprey, oncom dari bungkil kacang tanah, tempe, tauco dan kecap (Winarno, 1997b). 

Vitamin C 
Vitamin C pertama kali oleh Szent Gregory dari jeruk, kool dan adrenal korteks dan dinamakan asam heksuronik karena molekulnya mempunyai enam atom karbon yang bersifat mereduksi. Vitamin C merupakan derivat heksosa sehingga cocok digolongkan dalam karbohidrat. Vitamin ini dalam bentuk kristal putih sangat larut dalam alkohol dan air, stabil dalam keadaan kering tetapi mudah teroksidasi dalam keadaan larutan dalam suasana basa. Asam askorbat mudah teroksidasi menjadi asam dihidroaskorbat dan asam dihidroaskorbat mudah tereduksi menjadi asam askorbat (Suhardjo dasn Kusharto, 1992). Perlu diketahui bahwa vitamin C merupakan vitamin yang paling mudah rusak karena terjadi oksidasi dan panas saat pemasakkan (Gaman dan Sherrington, 1994). 

Asam askorbat atau vitamin C mempunyai beberapa fungsi antara lain: berperan dalam pembentukan protein kolagen yang berfungsi sebagai penyusun jaringan kulit, ligamentum dan tulang, mempercepat penyembuhan luka, berperan dalam pembentukan sel darah merah dan mencegah pendarahan, memperkuat daya tahan tubuh terhadap zat-zat penyebab alergi, membantu dalam pengobatan batuk dan selesma, berperan dalam metabolisme fenilalanin, tirosin dan kalsium, melindungi zat dari oksidasi, riboflavin, viamin A dan Vitamin E, melindungi otak dan sumsum dari radikal bebas dan berfungsi dalam pembentukan adrenalin (Simorangkir dan Simorangkir, tt). 

Defisiensi vitamin C dapat menyebabkan scurvy dengan gejala utama memar dan pendarahan spontan dibawah kulit, gusi menjadi hitam dan seperti spons, luka retak dan tidak cepat sembuh (Gaman dan Sherrington, 1994), juga menyebabkan deformasi tulang, gigi goyah dan mudah patah, anemia (Winarno, 1997b), sendi-sendi bengkak dan sakit, hidung berdarah, daya tahan terhadap penyakit menurun, keretakan dan pecahnya pembuluh drah yang bisa berakibat penyumbatan pada pembuluh darah sehingga bisa mengakibatkan serangan jantung dan stroke (Simorangkir dan Simorangkir, tt). Kebanyakan dosis vitamin C dapat mengakibatkan mencret, pembuatan gas di dalam usus meningkat, rasa panas sewaktu kencing dan timbul kudis di permukaan kulit (Simorangkir dan Simorangkir, tt). Kebutuhan vitamin C harian untuk orang dewasa 20 sampai 30 mg dan ibu hamil dan menyusui 40 sampai 60 mg (Winarno, 1997b). Sumber vitamin C terdapat dalam sayur-sayuran, buah-buahan segar dan susu (Gaman dan Sherrington, 1994).

No comments:

Post a Comment