Perlunya Perusahaan Memiliki Simpanan
1. Beberapa Pengertian
Keuntungan yang diperoleh perusahaan atau usaha produksi ada baiknya sekian persen disisihkan sebagai simpanan perusahaan atau usaha produksi. Manfaat simpanan sangat besar terutama kalau perusahaan atau usaha industri tengah mengalami kesulitan kekurangan modal, sedangkan usaha mendapatkan investasi atau permodalan ternyata mengalami halangan dan kesulitan, halangan misalnya karena bunga yang ditawarkan tinggi, kesulitan tidak ada investor atau kreditur yang mau menanamkan modalnya atau memberikan kredit sejumlah yang diperlukan dengan tingkat bunga yang wajar.
Terutama dalam usaha produksi pertanian, kepentingan akan modal usaha sewaktu-waktu diperlukan, mengingat usaha di bidang ini sangat terpengaruh oleh keadaan alam. Kita perhatikan saja usaha produksi pertanian yang telah berlangsung dengan baik, dengan didukung budget yang mantap, karena mengalami kebanjiran atau kekeringan, maka produksi mengalami kegagalan total, sehingga modal yang telah ditanam menjadi mubazir. Dalam keadaan demikian usaha produksi harus dilangsungkan terus atau diulangi, dan memerlukan budget baru dengan pembiayaan yang tepat (mengingat musim dan lain-lain). Untuk kepentingan budget baru inilah peranan simpanan perusahaan/usaha produksi adalah demikian menentukan.
Simpanan perusahaan/usaha produksi berasal dari keuntungan yang disisihkan atau tidak dibagikan dan menghasilkan sejenis modal yang menanggung resiko. Baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif merupakan suatu cara pembentukan modal yang penting.
Kuantitatif karena simpanan perusahaan/usaha produksi itu merupakan satu-satunya cara yang dapat membentuk modal yang menanggung resiko dan segera atau langsung dapat dikuasai oleh perusahaan atau usaha produksi tanpa menghiraukan tinggi rendahnya keuntungan yang diharapkan.
Kuantitatif, simpanan perusahaan/usaha produksi sulit diukur terutama dalam jangka pendek, karena simpanan demikian banyak yang terjadi secara rahasia, bahkan bagi perusahaan/usaha produksi sendiri sering kali sulit mengukur besarnya simpanan nettonya.
Beberapa penyebab yang mendorong perusahaan/usaha produksi untuk melakukan simpanan adalah sebagai berikut :
Simpanan-simpanan umumnya dibagi atas :
a. Simpanan keluarga,
b. Simpanan perusahaan
c. Simpanan pemerintah
d. Simpanan institusional (hasil penanaman modal kolektif)
Yang akan kita uraikan selanjutnya yaitu “simpanan perusahaan”. Hukum-hukum yang berlaku bagi simpanan perusahaan, hukum-hukum ini dalam mempengaruhi simpanan perusahaan (baik kuantitatif maupun kualitatif) kenyataannya berlainan dengan hukum-hukum yang mempengaruhi simpanan perseorangan. Jelasnya sebagai berikut.
Simpanan negatif hanya terjadi dalam beberapa hal saja, misalnya bila dilakukan kebijakan stabilisasi dividen, jelasnya apabila pembayaran dividen diambil dari dagangan. Selain itu simpanan negatif akan terjadi karena kerugian yang menimpa perusahaan sebagai akibat pimpinan yang kurang baik, atau karena pertimbangan-pertimbangan sosial bagi para karyawan, para pelanggan atau para rekanan. Juga dapat dianggap sebagai simpanan negatif sekiranya perusahaan itu merugi karena mempertahankan maksud baiknya.
Simpanan yang hilang, dalam hal ini kerugian yang tidak dapat dihindarkan jangan dianggap sebagai simpanan negatif, karena ini merupakan simpanan yang hilang. Kalau simpanan negatif mengembalikan bentuk dari simpanan (kekayaan) menjadi pendapatan, maka simpanan yang hilang tidak menjadi apa-apa.
1. Beberapa Pengertian
Keuntungan yang diperoleh perusahaan atau usaha produksi ada baiknya sekian persen disisihkan sebagai simpanan perusahaan atau usaha produksi. Manfaat simpanan sangat besar terutama kalau perusahaan atau usaha industri tengah mengalami kesulitan kekurangan modal, sedangkan usaha mendapatkan investasi atau permodalan ternyata mengalami halangan dan kesulitan, halangan misalnya karena bunga yang ditawarkan tinggi, kesulitan tidak ada investor atau kreditur yang mau menanamkan modalnya atau memberikan kredit sejumlah yang diperlukan dengan tingkat bunga yang wajar.
Terutama dalam usaha produksi pertanian, kepentingan akan modal usaha sewaktu-waktu diperlukan, mengingat usaha di bidang ini sangat terpengaruh oleh keadaan alam. Kita perhatikan saja usaha produksi pertanian yang telah berlangsung dengan baik, dengan didukung budget yang mantap, karena mengalami kebanjiran atau kekeringan, maka produksi mengalami kegagalan total, sehingga modal yang telah ditanam menjadi mubazir. Dalam keadaan demikian usaha produksi harus dilangsungkan terus atau diulangi, dan memerlukan budget baru dengan pembiayaan yang tepat (mengingat musim dan lain-lain). Untuk kepentingan budget baru inilah peranan simpanan perusahaan/usaha produksi adalah demikian menentukan.
Simpanan perusahaan/usaha produksi berasal dari keuntungan yang disisihkan atau tidak dibagikan dan menghasilkan sejenis modal yang menanggung resiko. Baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif merupakan suatu cara pembentukan modal yang penting.
Kuantitatif karena simpanan perusahaan/usaha produksi itu merupakan satu-satunya cara yang dapat membentuk modal yang menanggung resiko dan segera atau langsung dapat dikuasai oleh perusahaan atau usaha produksi tanpa menghiraukan tinggi rendahnya keuntungan yang diharapkan.
Kuantitatif, simpanan perusahaan/usaha produksi sulit diukur terutama dalam jangka pendek, karena simpanan demikian banyak yang terjadi secara rahasia, bahkan bagi perusahaan/usaha produksi sendiri sering kali sulit mengukur besarnya simpanan nettonya.
Beberapa penyebab yang mendorong perusahaan/usaha produksi untuk melakukan simpanan adalah sebagai berikut :
- Adanya kenyataan yang sering dialami mengenai kesulitan permodalan sebagai akibat kurangnya modal yang menanggung resiko dan oleh karenanya timbul perbandingan yang negatif dengan utang perusahaan yang lebih besar.
- Juga sebagai tindakan berhati-hati dari para usahawan sehubungan dengan adanya kemungkinan-kemungkinan yang tidak dapat dihindari yang disebabkan karena kurang tepatnya kebijakan penilaian dan penghapusan persediaan yang dilakukan dalam perusahaan/usaha produksi, sehingga karena ini pula para usahawan memutuskan untuk melakukan untuk melakukan kebijakan pembagian/penyisihan keuntungan dengan hati-hati.
Simpanan-simpanan umumnya dibagi atas :
a. Simpanan keluarga,
b. Simpanan perusahaan
c. Simpanan pemerintah
d. Simpanan institusional (hasil penanaman modal kolektif)
Yang akan kita uraikan selanjutnya yaitu “simpanan perusahaan”. Hukum-hukum yang berlaku bagi simpanan perusahaan, hukum-hukum ini dalam mempengaruhi simpanan perusahaan (baik kuantitatif maupun kualitatif) kenyataannya berlainan dengan hukum-hukum yang mempengaruhi simpanan perseorangan. Jelasnya sebagai berikut.
- Simpanan perusahaan berasal dari keuntungan netto (bersih) pendapatan perusahaan yang merupakan sumber pendapatan yang dapat berubah-ubah dengan kuat.
- Simpanan perusahaan dilakukan tanpa pengorbanan karena yang berkorban adalah persero-persero atau mereka yang turut bergabung dalam usaha produksi pertanian.
- Simpanan perusahaan dilakukan dengan hasrat yang timbul dari masalah permodalan perusahaan/usaha produksi dan dipengaruhi oleh psikologi perusahaan/usaha produksi.
- Selain itu simpanan perusahaan/usaha produksi secara kuantitatif dan kualitatif hanya dapat ditaksir secara kasar.
Simpanan negatif hanya terjadi dalam beberapa hal saja, misalnya bila dilakukan kebijakan stabilisasi dividen, jelasnya apabila pembayaran dividen diambil dari dagangan. Selain itu simpanan negatif akan terjadi karena kerugian yang menimpa perusahaan sebagai akibat pimpinan yang kurang baik, atau karena pertimbangan-pertimbangan sosial bagi para karyawan, para pelanggan atau para rekanan. Juga dapat dianggap sebagai simpanan negatif sekiranya perusahaan itu merugi karena mempertahankan maksud baiknya.
Simpanan yang hilang, dalam hal ini kerugian yang tidak dapat dihindarkan jangan dianggap sebagai simpanan negatif, karena ini merupakan simpanan yang hilang. Kalau simpanan negatif mengembalikan bentuk dari simpanan (kekayaan) menjadi pendapatan, maka simpanan yang hilang tidak menjadi apa-apa.
2. Simpanan sebagai cadangan untuk stabilisasi
Tujuan simpanan perusahaan/usaha produksi yang pertama yaitu untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan di kemudian hari. Ini disebut cadangan konjungtur, maksudnya agar dalam masa depresi dapat digunakan. Cadangan harus diusahakan agar mempunyai bentuk yang likuid. Dalam saat-saat yang kritis misalnya, memiliki uang tunai dapat lebih berharga dari pada instalasi-instalasi yang indah. Selain itu berlaku pula ketentuan-ketentuan, semakin besar utang, semakin besar pula diperlukan cadangan.
Berdasarkan tujuan yang telah disebutkan di atas, cadangan-cadangan konjungtur harus ditanam sedemikian rupa agar dalam jangka pendek dapat dijadikan alat-alat likuid (mudah diuangkan) bila sewaktu-waktu diperlukan. Penanaman yang paling aman yaitu apabila cadangan konjungtur tersebut tidak ditanam, dengan perkataan lain ditahan dalam bentuk yang likuid, atau digunakan untuk melunasi utang-utang asal ada kepastian bagi perusahaan/usaha produksi akan dapat menarik pinjaman-pinjaman apabila diperlukan, hal demikian ini memungkinkan apabila jumlah utang-utang tidak terlalu besar.
Dalam hal penanaman cadangan tersebut ada baiknya pula jika ditanam dalam kertas-kertas negara, atau dalam obligasi yang jangka waktunya tidak terlalu panjang.
Penanaman cadangan konjungtur dalam saham-saham tidak dapat dipertanggungjawabkan. Kurs saham dapat dikatakan lebih goncang dibandingkan dengan penanaman-penanaman modal lain, selain itu cadangan konjungtur biasanya harus dijadikan likuid bukan hanya pada waktu perusahaan/usaha produksi sendiri sedang mengalami kesulitan, melainkan justru pada waktu perusahaan-perusahaan secara keseluruhan sedang menderita.
Penanaman cadangan konjungtur atau cadangan stabilisasi sesuai dengan kebijakan perusahaan/usaha produksi tidak ada buruknya kalau dilakukan dalam perusahaan sendiri. Kebijaksanaan itu misalnya dengan mengingat :
Sama halnya dengan cadangan stabilisasi yaitu cadangan-cadangan yang mempunyai tujuan-tujuan tertentu.
3. Simpanan perusahaan sebagai cadangan untuk permodalan ekspansi
Simpanan perusahaan/cadangan konjungtur hanya dapat dipergunakan untuk ekspansi apabila ekspansi itu membutuhkan modal untuk jangka pendek.
Pada umumnya sukar bagi perusahaan-perusahaan untuk menentukan berapa lama modal itu dibutuhkan, dan tidak dapat pula dipastikan likuiditas perusahaannya dalam tahun-tahun yang akan datang. Ekspansi-ekspansi secara besar-besaran memerlukan modal tetap untuk jangka panjang.
Penarikan modal sendiri atau modal pinjaman tergantung pada faktor sebagai berikut :
a. Keadaan keuangan pada waktu yang lampau harus baik
b. Struktur keuangan yang kuat
c. Ekspansi yang akan dijalankan memberikan harapan akan keuntungan
d. Obligasi ataupun saham mempunyai perasaan yang luas.
Dalam prakteknya ekspansi dilaksanakan secara berangsur-angsur dan kebutuhan akan modalpun pada mulanya tidak begitu besar. Kebutuhan akan modal yang besar baru akan terasa setelah ekspansi memberikan harapan baik dan memberikan cukup pengalaman untuk memperluasnya.
Permodalan ekspansi dari keuntungan kemungkinan mengembangkan inisiatif. Bagi perusahaan-perusahaan/usaha produksi kecil permodalan ekspansi dari keuntungan merupakan satu-satunya jalan, karena perusahaan-perusahaan demikian tidak pat turut serta dalam pasar modal. Dalam setiap pertumbuhan suatu perusahaan/usaha produksi selalu dijumpai suatu masa krisis, yaitu saat dimana kekuatan modal pengusaha dan sahabat-sahabatnya tidak cukup lagi untuk menutupi kebutuhan perusahaan/usaha produksinya, sedangkan perusahaan tersebut belum juga cukup besar untuk menarik modal dari pasar modal. Dalam keadaan demikian, jalan satu-satunya bagi perusahaan yaitu berusaha agar dapat tumbuh terus dari keuntungan yang diperoleh sampai tiba saatnya perusahaan menjadi cukup besar dan berkemampuan mengeluarkan emisi.
Tujuan simpanan perusahaan/usaha produksi yang pertama yaitu untuk menjaga kemungkinan-kemungkinan di kemudian hari. Ini disebut cadangan konjungtur, maksudnya agar dalam masa depresi dapat digunakan. Cadangan harus diusahakan agar mempunyai bentuk yang likuid. Dalam saat-saat yang kritis misalnya, memiliki uang tunai dapat lebih berharga dari pada instalasi-instalasi yang indah. Selain itu berlaku pula ketentuan-ketentuan, semakin besar utang, semakin besar pula diperlukan cadangan.
Berdasarkan tujuan yang telah disebutkan di atas, cadangan-cadangan konjungtur harus ditanam sedemikian rupa agar dalam jangka pendek dapat dijadikan alat-alat likuid (mudah diuangkan) bila sewaktu-waktu diperlukan. Penanaman yang paling aman yaitu apabila cadangan konjungtur tersebut tidak ditanam, dengan perkataan lain ditahan dalam bentuk yang likuid, atau digunakan untuk melunasi utang-utang asal ada kepastian bagi perusahaan/usaha produksi akan dapat menarik pinjaman-pinjaman apabila diperlukan, hal demikian ini memungkinkan apabila jumlah utang-utang tidak terlalu besar.
Dalam hal penanaman cadangan tersebut ada baiknya pula jika ditanam dalam kertas-kertas negara, atau dalam obligasi yang jangka waktunya tidak terlalu panjang.
Penanaman cadangan konjungtur dalam saham-saham tidak dapat dipertanggungjawabkan. Kurs saham dapat dikatakan lebih goncang dibandingkan dengan penanaman-penanaman modal lain, selain itu cadangan konjungtur biasanya harus dijadikan likuid bukan hanya pada waktu perusahaan/usaha produksi sendiri sedang mengalami kesulitan, melainkan justru pada waktu perusahaan-perusahaan secara keseluruhan sedang menderita.
Penanaman cadangan konjungtur atau cadangan stabilisasi sesuai dengan kebijakan perusahaan/usaha produksi tidak ada buruknya kalau dilakukan dalam perusahaan sendiri. Kebijaksanaan itu misalnya dengan mengingat :
- Bahwa pada tahun-tahun yang baik biasanya disertai pula oleh kebutuhan akan modal yang cukup besar, baik untuk persediaan bahan mentah, piutang atau alat-alat produksi tetap, sedangkan apabila perusahaan sedang mengalami kemunduran kebutuhan akan modal menjadi turun.
- Apabila struktur perusahaan sedemikian rupa hingga di masa-masa konjungtur sedang menurun masih ada keuntungan bruto, maka cadangan-cadangan dapat dipergunakan untuk menutup kebutuhan akan modal dalam masa konjungtur tinggi dan selanjutnya keuntungan yang diterima dijadikan cadangan konjungtur.
Sama halnya dengan cadangan stabilisasi yaitu cadangan-cadangan yang mempunyai tujuan-tujuan tertentu.
3. Simpanan perusahaan sebagai cadangan untuk permodalan ekspansi
Simpanan perusahaan/cadangan konjungtur hanya dapat dipergunakan untuk ekspansi apabila ekspansi itu membutuhkan modal untuk jangka pendek.
Pada umumnya sukar bagi perusahaan-perusahaan untuk menentukan berapa lama modal itu dibutuhkan, dan tidak dapat pula dipastikan likuiditas perusahaannya dalam tahun-tahun yang akan datang. Ekspansi-ekspansi secara besar-besaran memerlukan modal tetap untuk jangka panjang.
Penarikan modal sendiri atau modal pinjaman tergantung pada faktor sebagai berikut :
a. Keadaan keuangan pada waktu yang lampau harus baik
b. Struktur keuangan yang kuat
c. Ekspansi yang akan dijalankan memberikan harapan akan keuntungan
d. Obligasi ataupun saham mempunyai perasaan yang luas.
Dalam prakteknya ekspansi dilaksanakan secara berangsur-angsur dan kebutuhan akan modalpun pada mulanya tidak begitu besar. Kebutuhan akan modal yang besar baru akan terasa setelah ekspansi memberikan harapan baik dan memberikan cukup pengalaman untuk memperluasnya.
Permodalan ekspansi dari keuntungan kemungkinan mengembangkan inisiatif. Bagi perusahaan-perusahaan/usaha produksi kecil permodalan ekspansi dari keuntungan merupakan satu-satunya jalan, karena perusahaan-perusahaan demikian tidak pat turut serta dalam pasar modal. Dalam setiap pertumbuhan suatu perusahaan/usaha produksi selalu dijumpai suatu masa krisis, yaitu saat dimana kekuatan modal pengusaha dan sahabat-sahabatnya tidak cukup lagi untuk menutupi kebutuhan perusahaan/usaha produksinya, sedangkan perusahaan tersebut belum juga cukup besar untuk menarik modal dari pasar modal. Dalam keadaan demikian, jalan satu-satunya bagi perusahaan yaitu berusaha agar dapat tumbuh terus dari keuntungan yang diperoleh sampai tiba saatnya perusahaan menjadi cukup besar dan berkemampuan mengeluarkan emisi.
4. Simpanan perusahaan sebagai cadangan untuk perbaikan modal
Dalam keadaan bagaimana juga perusahaan akan selalu berikhtiar memperbaiki struktur-struktur permodalannya, hal ini dapat dikatakan pula bahwa perusahaan/usaha produksi akan berdaya upaya memperkecil persentase modal pinjaman jika dibandingkan dengan jumlah modal perusahaan seluruhnya.
Perbaikan-perbaikan ini dapat dicapai dengan cara :
a. Menahan keuntungan – modal sendiri naik
b. Melunasi utang dengan keuntungan – modal pinjaman berkurang
Penahanan keuntungan dapat diartikan untuk memperbaiki likuiditas. Pada umumnya merupakan tindakan yang sehat, karena akan melepaskan perusahaan dari beban-beban tetap dan dari pengaruh pergeseran modal sendiri dan modal pinjaman yang merupakan akibat dari perubahan-perubahan kemungkinan-kemungkinan dan tingkat harga. Keuangannya menjadi lebih stabil dan memperoleh kemungkinan yang lebih besar untuk menarik modal jika diperlukan.
Terjadinya uang biasanya disebabkan karena sulitnya memperoleh modal yang menanggung resiko, terutama bagi perusahaan/usaha produksi kecil, selain itu karena sifat penyimpan sebagian besar takut memikul resiko perusahaan. Karena itu perusahaan-perusahaan memperebutkan uang yang kana ditanam dan menaikkan balas jasanya. Akan tetapi, dalam memperoleh permodalan dengan pinjaman jangka pendek hendaknya hati-hati, pinjaman demikian baik dilakukan apabila ada harapan pelunasannya dari hasil perusahaan dalam jangka waktu yang sesuai. Tidak jarang pula terjadi karena adanya utang, langsung memaksa perusahaan untuk menahan keuntungan meskipun tidak ada perjanjian secara formal tetapi kedua belah pihak menganggap hal demikian adalah wajar, bahkan di Amerika menurut J.L. Mey, Jr. ada kewajiban menyimpan secara formal yang dicantumkan sebagai persyaratan.
Kebutuhan akan cadangan konjungtur untuk kepentingan ekspansi akan bertambah besar apabila harapan akan memperoleh keuntungan bertambah besar. Kebutuhan akan cadangan itu untuk pelunasan utang akan bertambah besar pula apabila harapan akan memperoleh keuntungan berkurang atau telah ada dalam depresi. Perusahaan/usaha produksi yang beruntung dan masih menerima laba/keuntungan akan bercermin kepada perusahaan-perusahaan yang sudah terjepit dan akan segera berusaha melunasi utang-utangnya sebelum keuntungan yang diterimanya mengalami penurunan.
Dalam menghadapi depresi, perusahaan-perusahaan yang sekarang sangat menyadari akan adanya masa-masa depresi, sehingga dalam masa konjungtur pun meningkat (naik) perusahaan-perusahaan yang sekarang selalu berjaga-jaga kalau-kalau depresi sedang membayanginya. Pada umumnya di masa konjungtur naik perusahaan-perusahaan sudah mulai menyimpan untuk investasi ekspansi, perasaan takut terhadap depresi belum memperlihatkan pengaruhnya yang khusus terhadap politik penyimpangan perusahaan.
Apabila hasrat investasi mulai menurun (pada akhir masa konjungtur naik) maka alasan untuk menyimpan bagi investasi ekspansi sebagian besar akan hilang, namun pada saat itu pula timbul hasrat menyimpan untuk memperbaiki permodalan, sebab pada saat-saat tersebut perusahaan membayangkan kemungkinan menurunnya kesempatan mendapatkan keuntungan. Pada saat-saat demikian beberapa perusahaan akan mulai menyimpan bagi pelunasan utang-utang, karena ada kemungkinan bahwa ekspansi yang telah dilakukan dimodali dengan modal pinjaman.
Apabila perusahaan itu menderita kerugian, permodalannya akan mundur/menurun, karena kerugian menelan modal sendiri. Apabila selanjutnya perusahaan mendapatkan keuntungan kembali, yang pertama-tama harus dilakukan adalah mengembalikan terlebih dahulu apa yang hilang, dengan penahanan keuntungan yang lebih besar sumber-sumber ini harus digunakan untuk mengurangi secara terlebih dahulu utang-utangnya, baru apabila keadaan mengizinkan melakukan investasi. Saldo kerugian perbaikannya hanya dapat dilakukan dengan “reorganisasi”, melunasi utang-utang dan atau menambah modal sendiri. Reorganisasi demikian hanya dapat dilakukan atau mungkin dapat dicapai tujuannya apabila para kreditur turut membantu, misalnya mereka atau yang lain memberikan tambahan modal sendiri. Yang terakhir ini hanya mungkin apabila harapan akan mendapat keuntungan di kemudian hari memang baik. Sambil menunggu tercapainya perbaikan, perusahaan tersebut sebaiknya berusaha memperbaiki perbaikan modal sendiri dan modal pinjaman dengan mempergunakan sumber-sumber permodalan internal. Namun demikian, ada perusahaan yang masih enggan melakukan reorganisasi karena dalam pandangannya dan pandangan kebanyakan orang reorganisasi itu sama halnya dengan bangkrut.
Perlu ditambahkan: bukan pinjaman jangka pendek saja yang membahayakan, tetapi juga pinjaman jangka panjang, terlebih-lebih apabila pinjaman itu diambil secara besar-besaran. Selanjutnya apa yang diartikan dengan modal pinjaman disini mencakup semua uang jangka pendek yang dapat segera diminta kembali antara lain pinjaman bank dan utang pajak, demikian pula utang-utang yang dikonsolidasi.
Tentang simpanan perusahaan rahasia di muka telah disinggung bahwa simpanan perusahaan kebanyakan terjadi secara rahasia di muka telah disinggung bahwa simpanan perusahaan kebanyakan terjadi secara rahasia, dan bahkan pengusaha sendiri seringkali tidak mengetahui secara pasti berapa besarnya simpanan tersebut. Simpanan rahasia perusahaan pada umumnya berbentuk sebagai berikut :
a. Investasi secara diam-diam atas beban biaya eksploitasi
b. Penghapusan alat-alat produksi yang dipercepat
c. Penghapusan dari jumlah-jumlah yang lebih tinggi dari harga pembelian alat-alat produksi.
d. Penilaian yang lebih rendah dari persediaan-persediaan pada akhir tahun.
e. Mempertinggi cadangan untuk pengeluaran-pengeluaran yang akan datang.
f. Kreditur-kreditur fiktif
Nomor a sampai dengan d menekan penilaian aktiva, sedangkan nomor e dan f memperbesar penilaian pasiva. Simpanan yang negatif dan rahasia adalah lebih berbahaya, karena kreditur dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya dapat dirugikan.
5. Beberapa keberatan terhadap permodalan internasional
- Keberatan pertama
Bahwa dengan dilakukannya permodalan internal, modal yang seharusnya disalurkan ke pasar modal agar dapat dipergunakan untuk investasi yang bermotif, tidak dapat dilaksanakan.
Muhs Cs berpendapat bahwa selama perusahaan pemegang monopoli menguasai jumlah tertentu persediaan modal masyarakat, mereka akan merugikan industri-industri yang tidak berorganisasi dalam memodali perusahaannya, dan memaksa mereka menambah kekurangan aktualnya dengan menarik modal pinjaman.
Sehubungan dengan keberatan di atas, dapat diterangkan bahwa apa yang terjadi di atas disebut persediaan modal masyarakat mempunyai pengertian yang statis yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Simpanan yang berasal dari keuntungan sudah tentu menambah persediaan modal masyarakat.
Bertentangan dengan pendapat Valk dan Muhs di atas dapat diterangkan pula bahwa dengan adanya perusahaan-perusahaan yang mempergunakan modal yang berasal dari keuntungan, bahkan mengurangi kesibukan usaha mempergunakan simpanan keluarga, sehingga dengan demikian bagi perusahaan-perusahaan yang selebihnya, pasar modal tidak menjadi sempit.
Penahanan modal oleh perusahaan mengurangi kesempatan bagi penerima dividen untuk membentuk modal, tetapi keuntungan yang dibagikan malahan sebagian besar akan dipergunakan untuk konsumsi, sedangkan apabila ditahan dalam perusahaan maka seluruhnya akan dipakai untuk pembentukan modal baru. Hanya sudah tentu ada kemungkinan bahwa investasinya oleh perusahaan dilakukan dalam lapangan yang kurang rendabel, dan inilah keberatannya yang harus dipertimbangkan dengan keuntungan-keuntungan lainnya yang berasal dari permodalan interval.
- Keberadaan Kedua
Penarikan modal yang tidak melalui pasar modal menyebabkan banyaknya investasi yang lepas dari pemilikan pasar modal yang bertindak sebagai koordinator semua investasi.
Dengan demikian modal dapat dipakai secara kurang berhasil guna, padahal sebenarnya akan banyak perusahaan yang dapat menjalankan modal tersebut dengan lebih rendabel, tetapi tidak mendapat kesempatan.
Di samping itu apabila hasrat ekspansi didorong o dasar-dasar emosional, maka bahayanya lebih banyak lagi, sedangkan dorongan yang bersifat emosional itu kurang sekali pengekangannya, karena lepas dari pemilikan. Juga merupakan bahaya bagi masyarakat apabila modal itu dipergunakan secara berlebihan atau keliru dalam usaha-usaha konsentrasi.
Investasi secara rahasia menyebabkan adanya investasi-investasi yang sama oleh beberapa perusahaan. Mengenai hal ini terdapat 3 hal yang harus dikemukakan, yaitu :
Apabila perusahaan bersifat otonom dalam permodalannya hingga sama sekali tidak membutuhkan hubungan dengan pasar modal disebabkan mempunyai modal yang cukup dari keuntungan, maka perusahaan tersebut akan lepas sama sekali dari pengawasan pasar modal. Inilah bahaya yang nyata. Di samping itu permodalan semata-mata dari keuntungan menyebabkan pula timbulnya tenaga-tenaga yang mengalihkan pengawasan pasar modal terhadap kehidupan perusahaan, ke arah kekuasaan politik.
Tentang penahanan keuntungan setelah ekspansi, sewaktu membahas simpanan perusahaan yang berhubungan dengan investasi telah dikemukakan adanya hubungan yang harmonis antara simpanan perusahaan dengan investasi, dimana terdapat waktu-waktu yang bersamaan. Sesungguhnya waktu-waktu yang bersamaan tidak merupakan syarat mutlak. Sering kali merupakan politik yang bijaksana untuk memodali investasi dengan pinjaman dan baru setelah itu dari keuntungan yang diterima membentuk simpanan untuk kepentingan pelunasan utang/pinjaman tersebut. Hal demikian ini yang menyebabkan harapan-harapan untuk memperoleh keuntungan dan pajak dapat mempengaruhi besarnya investasi. Menyimpan setelah investasi berlangsung baik untuk jangka waktu pendek maupun waktu panjang.
Dalam jangka waktu pendek apabila dimodali dengan cadangan-cadangan yang sebenarnya dimaksudkan untuk pajak atau deviden. Dalam jangka waktu panjang dengan hipotik atau obligasi. Karena itu hubungan antara penahanan keuntungan dan ekspansi sebenarnya juga terdapat apabila simpanan perusahaan ditujukan u melunasi utang.
6. Pengaruh gejala konjungtur terhadap simpanan perusahaan
Besarnya modal yang menanggung resiko pada prinsipnya menentukan besarnya penarikan modal pinjaman dan sekaligus luasnya perusahaan, struktur permodalan mempengaruhi investasi, reinvestasi dan simpanan perusahaan. Sehat dan tidaknya struktur permodalan ditentukan oleh hal-hal berikut
a. kualitas modal pinjaman (jangka waktu, bunga)
b. Kemungkinan penarikan modal di kemudian hari dalam berbagai bentuk.
c. Perbandingan beban dan keuntungan dari modal pinjaman
Selanjutnya pengaruh selama konjungtur terhadap simpanan perusahaan, dapat dikemukakan dengan menarik kesimpulan dari uraian-uraian sebelumnya sebagai berikut :
a. Kemungkinan membentuk simpanan yang mempunyai korelasi yang positif dengan gerakan konjungtur.
b. Motivasi untuk membentuk simpanan yang mempunyai korelasi yang negatif dengan gerakan konjungtur.
Dalam membicarakan pengaruh inflasi dan deflasi terhadap pembentukan simpanan perusahaan, demi untuk mempermudah maka yang akan dibahas hanya mengenai masalah inflasi, sebab bagi deflasi berlaku juga azas-azas yang sama. Dalam hal ini beberapa pengaruhnya yang penting yang akan dibahas.
- Pengaruh pajak
Dapat kita anggap bahwa semua keuntungan dikurangi penghapusan menurut harga pembelian, dibebani pajak. Apabila inflasi berjalan dengan cepat maka akibatnya ialah pajak akan menarik terlalu banyak keuntungan bersih yang riil, dan dengan demikian simpanan perusahaan menjadi negatif.
- Pengaruh tantieme
Pada perusahaan-perusahaan/usaha produksi besar pembayaran tantieme pada umumnya didasarkan atas keuntungan yang perhitungannya sama dengan perhitungan pajak. Dengan demikian maka pengaruhnya pun bersamaan dengan pengaruh pajak, bahkan mungkin lebih kuat, karena biasanya para pemegang saham dibayarkan pula pembagian keuntungan yang lebih besar untuk mengimbangi pembayaran pajak dan lain-lain.
Selain itu, ada pula perusahaan-perusahaan yang :
Kenaikan tingkat harga menyebabkan adanya perubahan dalam hubungan antara perusahaan dengan para krediturnya. Untuk kerugian kreditur dan keuntungan perusahaan, jelas pendapatan kreditur menurun, keuntungan perusahaan naik. Dengan demikian kemungkinan perusahaan untuk membentuk simpanan bertambah besar.
- Pengaruh keuntungan kekayaan
Pengaruh ini erat hubungannya dengan pengaruh bunga. Beban utang-utang sebelum terjadinya inflasi menjadi lebih ringan. Struktur permodalan menjadi lebih baik, keharusan untuk menanam modal yang menanggung resiko tidak lagi mendesak dan akibatnya motivasi untuk menyimpan menjadi lemah. Apalagi keuntungan kekayaan dibagikan akan terjadi simpanan negatif (arti dari simpanan negatif telah dikemukakan).
Yang dimaksud dengan keuntungan kekayaan yaitu. Keuntungan karena permodalan partial dari aktiva dengan modal pinjaman, yang dilihat dari sudut pandangan masyarakat adalah keuntungan kekayaan, akan tetapi dari sudut modal sendiri merupakan keuntungan riil privat ekonomis.
- Pengaruh kekeliruan pandangan
Menurut Keynes, orang biasa menganggap keadaan yang telah lampau sebagai “keadaan normal”. Seringkali inflasi atau deflasi dianggap hanya keadaan sementara, sehingga dalam inflasi orang-orang tidak menghiraukan u /membentuk simpanan.
Karena pengaruh kekeliruan pandangan ini dalam inflasi kebanyakan keuntungan dibagikan sehingga tidak ada simpanan.
Demikianlah pengaruh gejala konjungtur terhadap simpanan perusahaan. Dari ke-5 pengaruh di atas hanya pengaruh bunga yang menguntungkan simpanan pada waktu keadaan sedang dalam inflasi, jelasnya sewaktu gejala-gejala inflasi telah tampak.
Dalam keadaan bagaimana juga perusahaan akan selalu berikhtiar memperbaiki struktur-struktur permodalannya, hal ini dapat dikatakan pula bahwa perusahaan/usaha produksi akan berdaya upaya memperkecil persentase modal pinjaman jika dibandingkan dengan jumlah modal perusahaan seluruhnya.
Perbaikan-perbaikan ini dapat dicapai dengan cara :
a. Menahan keuntungan – modal sendiri naik
b. Melunasi utang dengan keuntungan – modal pinjaman berkurang
Penahanan keuntungan dapat diartikan untuk memperbaiki likuiditas. Pada umumnya merupakan tindakan yang sehat, karena akan melepaskan perusahaan dari beban-beban tetap dan dari pengaruh pergeseran modal sendiri dan modal pinjaman yang merupakan akibat dari perubahan-perubahan kemungkinan-kemungkinan dan tingkat harga. Keuangannya menjadi lebih stabil dan memperoleh kemungkinan yang lebih besar untuk menarik modal jika diperlukan.
Terjadinya uang biasanya disebabkan karena sulitnya memperoleh modal yang menanggung resiko, terutama bagi perusahaan/usaha produksi kecil, selain itu karena sifat penyimpan sebagian besar takut memikul resiko perusahaan. Karena itu perusahaan-perusahaan memperebutkan uang yang kana ditanam dan menaikkan balas jasanya. Akan tetapi, dalam memperoleh permodalan dengan pinjaman jangka pendek hendaknya hati-hati, pinjaman demikian baik dilakukan apabila ada harapan pelunasannya dari hasil perusahaan dalam jangka waktu yang sesuai. Tidak jarang pula terjadi karena adanya utang, langsung memaksa perusahaan untuk menahan keuntungan meskipun tidak ada perjanjian secara formal tetapi kedua belah pihak menganggap hal demikian adalah wajar, bahkan di Amerika menurut J.L. Mey, Jr. ada kewajiban menyimpan secara formal yang dicantumkan sebagai persyaratan.
Kebutuhan akan cadangan konjungtur untuk kepentingan ekspansi akan bertambah besar apabila harapan akan memperoleh keuntungan bertambah besar. Kebutuhan akan cadangan itu untuk pelunasan utang akan bertambah besar pula apabila harapan akan memperoleh keuntungan berkurang atau telah ada dalam depresi. Perusahaan/usaha produksi yang beruntung dan masih menerima laba/keuntungan akan bercermin kepada perusahaan-perusahaan yang sudah terjepit dan akan segera berusaha melunasi utang-utangnya sebelum keuntungan yang diterimanya mengalami penurunan.
Dalam menghadapi depresi, perusahaan-perusahaan yang sekarang sangat menyadari akan adanya masa-masa depresi, sehingga dalam masa konjungtur pun meningkat (naik) perusahaan-perusahaan yang sekarang selalu berjaga-jaga kalau-kalau depresi sedang membayanginya. Pada umumnya di masa konjungtur naik perusahaan-perusahaan sudah mulai menyimpan untuk investasi ekspansi, perasaan takut terhadap depresi belum memperlihatkan pengaruhnya yang khusus terhadap politik penyimpangan perusahaan.
Apabila hasrat investasi mulai menurun (pada akhir masa konjungtur naik) maka alasan untuk menyimpan bagi investasi ekspansi sebagian besar akan hilang, namun pada saat itu pula timbul hasrat menyimpan untuk memperbaiki permodalan, sebab pada saat-saat tersebut perusahaan membayangkan kemungkinan menurunnya kesempatan mendapatkan keuntungan. Pada saat-saat demikian beberapa perusahaan akan mulai menyimpan bagi pelunasan utang-utang, karena ada kemungkinan bahwa ekspansi yang telah dilakukan dimodali dengan modal pinjaman.
Apabila perusahaan itu menderita kerugian, permodalannya akan mundur/menurun, karena kerugian menelan modal sendiri. Apabila selanjutnya perusahaan mendapatkan keuntungan kembali, yang pertama-tama harus dilakukan adalah mengembalikan terlebih dahulu apa yang hilang, dengan penahanan keuntungan yang lebih besar sumber-sumber ini harus digunakan untuk mengurangi secara terlebih dahulu utang-utangnya, baru apabila keadaan mengizinkan melakukan investasi. Saldo kerugian perbaikannya hanya dapat dilakukan dengan “reorganisasi”, melunasi utang-utang dan atau menambah modal sendiri. Reorganisasi demikian hanya dapat dilakukan atau mungkin dapat dicapai tujuannya apabila para kreditur turut membantu, misalnya mereka atau yang lain memberikan tambahan modal sendiri. Yang terakhir ini hanya mungkin apabila harapan akan mendapat keuntungan di kemudian hari memang baik. Sambil menunggu tercapainya perbaikan, perusahaan tersebut sebaiknya berusaha memperbaiki perbaikan modal sendiri dan modal pinjaman dengan mempergunakan sumber-sumber permodalan internal. Namun demikian, ada perusahaan yang masih enggan melakukan reorganisasi karena dalam pandangannya dan pandangan kebanyakan orang reorganisasi itu sama halnya dengan bangkrut.
Perlu ditambahkan: bukan pinjaman jangka pendek saja yang membahayakan, tetapi juga pinjaman jangka panjang, terlebih-lebih apabila pinjaman itu diambil secara besar-besaran. Selanjutnya apa yang diartikan dengan modal pinjaman disini mencakup semua uang jangka pendek yang dapat segera diminta kembali antara lain pinjaman bank dan utang pajak, demikian pula utang-utang yang dikonsolidasi.
Tentang simpanan perusahaan rahasia di muka telah disinggung bahwa simpanan perusahaan kebanyakan terjadi secara rahasia di muka telah disinggung bahwa simpanan perusahaan kebanyakan terjadi secara rahasia, dan bahkan pengusaha sendiri seringkali tidak mengetahui secara pasti berapa besarnya simpanan tersebut. Simpanan rahasia perusahaan pada umumnya berbentuk sebagai berikut :
a. Investasi secara diam-diam atas beban biaya eksploitasi
b. Penghapusan alat-alat produksi yang dipercepat
c. Penghapusan dari jumlah-jumlah yang lebih tinggi dari harga pembelian alat-alat produksi.
d. Penilaian yang lebih rendah dari persediaan-persediaan pada akhir tahun.
e. Mempertinggi cadangan untuk pengeluaran-pengeluaran yang akan datang.
f. Kreditur-kreditur fiktif
Nomor a sampai dengan d menekan penilaian aktiva, sedangkan nomor e dan f memperbesar penilaian pasiva. Simpanan yang negatif dan rahasia adalah lebih berbahaya, karena kreditur dan pihak-pihak yang berkepentingan lainnya dapat dirugikan.
5. Beberapa keberatan terhadap permodalan internasional
- Keberatan pertama
Bahwa dengan dilakukannya permodalan internal, modal yang seharusnya disalurkan ke pasar modal agar dapat dipergunakan untuk investasi yang bermotif, tidak dapat dilaksanakan.
Muhs Cs berpendapat bahwa selama perusahaan pemegang monopoli menguasai jumlah tertentu persediaan modal masyarakat, mereka akan merugikan industri-industri yang tidak berorganisasi dalam memodali perusahaannya, dan memaksa mereka menambah kekurangan aktualnya dengan menarik modal pinjaman.
Sehubungan dengan keberatan di atas, dapat diterangkan bahwa apa yang terjadi di atas disebut persediaan modal masyarakat mempunyai pengertian yang statis yang tidak sesuai dengan kenyataannya. Simpanan yang berasal dari keuntungan sudah tentu menambah persediaan modal masyarakat.
Bertentangan dengan pendapat Valk dan Muhs di atas dapat diterangkan pula bahwa dengan adanya perusahaan-perusahaan yang mempergunakan modal yang berasal dari keuntungan, bahkan mengurangi kesibukan usaha mempergunakan simpanan keluarga, sehingga dengan demikian bagi perusahaan-perusahaan yang selebihnya, pasar modal tidak menjadi sempit.
Penahanan modal oleh perusahaan mengurangi kesempatan bagi penerima dividen untuk membentuk modal, tetapi keuntungan yang dibagikan malahan sebagian besar akan dipergunakan untuk konsumsi, sedangkan apabila ditahan dalam perusahaan maka seluruhnya akan dipakai untuk pembentukan modal baru. Hanya sudah tentu ada kemungkinan bahwa investasinya oleh perusahaan dilakukan dalam lapangan yang kurang rendabel, dan inilah keberatannya yang harus dipertimbangkan dengan keuntungan-keuntungan lainnya yang berasal dari permodalan interval.
- Keberadaan Kedua
Penarikan modal yang tidak melalui pasar modal menyebabkan banyaknya investasi yang lepas dari pemilikan pasar modal yang bertindak sebagai koordinator semua investasi.
Dengan demikian modal dapat dipakai secara kurang berhasil guna, padahal sebenarnya akan banyak perusahaan yang dapat menjalankan modal tersebut dengan lebih rendabel, tetapi tidak mendapat kesempatan.
Di samping itu apabila hasrat ekspansi didorong o dasar-dasar emosional, maka bahayanya lebih banyak lagi, sedangkan dorongan yang bersifat emosional itu kurang sekali pengekangannya, karena lepas dari pemilikan. Juga merupakan bahaya bagi masyarakat apabila modal itu dipergunakan secara berlebihan atau keliru dalam usaha-usaha konsentrasi.
Investasi secara rahasia menyebabkan adanya investasi-investasi yang sama oleh beberapa perusahaan. Mengenai hal ini terdapat 3 hal yang harus dikemukakan, yaitu :
- Keberatan tidak dapat diajukan terhadap pemahaman keuntungan yang dimaksudkan bagi keperluan pelunasan utang
- Juga mengenai investasi dengan modal eksternal/pasar modal tidak dapat mengetahui secara pasti sampai dimana investasi telah dilakukan, terutama bagi investasi yang dimodali dengan pinjaman,
- Kemungkinan untuk menyimpan rahasia investasi sebenarnya tidak begitu besar karena hubungan-hubungan perusahaan melalui pelanggan dan rekanan terlalu dekat. Investasi yang sama sering terjadi karena masing-masing konkuren percaya akan dirinya bahwa mereka dapat bersaing. Dengan demikian keberatan terhadap adanya bahaya investasi yang sama oleh beberapa perusahaan harus ditinjau dari sudut lain.
Apabila perusahaan bersifat otonom dalam permodalannya hingga sama sekali tidak membutuhkan hubungan dengan pasar modal disebabkan mempunyai modal yang cukup dari keuntungan, maka perusahaan tersebut akan lepas sama sekali dari pengawasan pasar modal. Inilah bahaya yang nyata. Di samping itu permodalan semata-mata dari keuntungan menyebabkan pula timbulnya tenaga-tenaga yang mengalihkan pengawasan pasar modal terhadap kehidupan perusahaan, ke arah kekuasaan politik.
Tentang penahanan keuntungan setelah ekspansi, sewaktu membahas simpanan perusahaan yang berhubungan dengan investasi telah dikemukakan adanya hubungan yang harmonis antara simpanan perusahaan dengan investasi, dimana terdapat waktu-waktu yang bersamaan. Sesungguhnya waktu-waktu yang bersamaan tidak merupakan syarat mutlak. Sering kali merupakan politik yang bijaksana untuk memodali investasi dengan pinjaman dan baru setelah itu dari keuntungan yang diterima membentuk simpanan untuk kepentingan pelunasan utang/pinjaman tersebut. Hal demikian ini yang menyebabkan harapan-harapan untuk memperoleh keuntungan dan pajak dapat mempengaruhi besarnya investasi. Menyimpan setelah investasi berlangsung baik untuk jangka waktu pendek maupun waktu panjang.
Dalam jangka waktu pendek apabila dimodali dengan cadangan-cadangan yang sebenarnya dimaksudkan untuk pajak atau deviden. Dalam jangka waktu panjang dengan hipotik atau obligasi. Karena itu hubungan antara penahanan keuntungan dan ekspansi sebenarnya juga terdapat apabila simpanan perusahaan ditujukan u melunasi utang.
6. Pengaruh gejala konjungtur terhadap simpanan perusahaan
Besarnya modal yang menanggung resiko pada prinsipnya menentukan besarnya penarikan modal pinjaman dan sekaligus luasnya perusahaan, struktur permodalan mempengaruhi investasi, reinvestasi dan simpanan perusahaan. Sehat dan tidaknya struktur permodalan ditentukan oleh hal-hal berikut
a. kualitas modal pinjaman (jangka waktu, bunga)
b. Kemungkinan penarikan modal di kemudian hari dalam berbagai bentuk.
c. Perbandingan beban dan keuntungan dari modal pinjaman
Selanjutnya pengaruh selama konjungtur terhadap simpanan perusahaan, dapat dikemukakan dengan menarik kesimpulan dari uraian-uraian sebelumnya sebagai berikut :
a. Kemungkinan membentuk simpanan yang mempunyai korelasi yang positif dengan gerakan konjungtur.
b. Motivasi untuk membentuk simpanan yang mempunyai korelasi yang negatif dengan gerakan konjungtur.
Dalam membicarakan pengaruh inflasi dan deflasi terhadap pembentukan simpanan perusahaan, demi untuk mempermudah maka yang akan dibahas hanya mengenai masalah inflasi, sebab bagi deflasi berlaku juga azas-azas yang sama. Dalam hal ini beberapa pengaruhnya yang penting yang akan dibahas.
- Pengaruh pajak
Dapat kita anggap bahwa semua keuntungan dikurangi penghapusan menurut harga pembelian, dibebani pajak. Apabila inflasi berjalan dengan cepat maka akibatnya ialah pajak akan menarik terlalu banyak keuntungan bersih yang riil, dan dengan demikian simpanan perusahaan menjadi negatif.
- Pengaruh tantieme
Pada perusahaan-perusahaan/usaha produksi besar pembayaran tantieme pada umumnya didasarkan atas keuntungan yang perhitungannya sama dengan perhitungan pajak. Dengan demikian maka pengaruhnya pun bersamaan dengan pengaruh pajak, bahkan mungkin lebih kuat, karena biasanya para pemegang saham dibayarkan pula pembagian keuntungan yang lebih besar untuk mengimbangi pembayaran pajak dan lain-lain.
Selain itu, ada pula perusahaan-perusahaan yang :
- Membayar tantieme dari keuntungan setelah dikurangi cadangan-cadangan menurut ketentuan-ketentuan dalam anggaran dasarnya.
- Membayar tantieme secara sukarela berdasarkan kebijaksanaan pengurusnya
- Membayar gaji pokok tetap tanpa menghiraukan perubahan tingkat harga dan tantieme dianggapnya sebagai kompensasi
Kenaikan tingkat harga menyebabkan adanya perubahan dalam hubungan antara perusahaan dengan para krediturnya. Untuk kerugian kreditur dan keuntungan perusahaan, jelas pendapatan kreditur menurun, keuntungan perusahaan naik. Dengan demikian kemungkinan perusahaan untuk membentuk simpanan bertambah besar.
- Pengaruh keuntungan kekayaan
Pengaruh ini erat hubungannya dengan pengaruh bunga. Beban utang-utang sebelum terjadinya inflasi menjadi lebih ringan. Struktur permodalan menjadi lebih baik, keharusan untuk menanam modal yang menanggung resiko tidak lagi mendesak dan akibatnya motivasi untuk menyimpan menjadi lemah. Apalagi keuntungan kekayaan dibagikan akan terjadi simpanan negatif (arti dari simpanan negatif telah dikemukakan).
Yang dimaksud dengan keuntungan kekayaan yaitu. Keuntungan karena permodalan partial dari aktiva dengan modal pinjaman, yang dilihat dari sudut pandangan masyarakat adalah keuntungan kekayaan, akan tetapi dari sudut modal sendiri merupakan keuntungan riil privat ekonomis.
- Pengaruh kekeliruan pandangan
Menurut Keynes, orang biasa menganggap keadaan yang telah lampau sebagai “keadaan normal”. Seringkali inflasi atau deflasi dianggap hanya keadaan sementara, sehingga dalam inflasi orang-orang tidak menghiraukan u /membentuk simpanan.
Karena pengaruh kekeliruan pandangan ini dalam inflasi kebanyakan keuntungan dibagikan sehingga tidak ada simpanan.
Demikianlah pengaruh gejala konjungtur terhadap simpanan perusahaan. Dari ke-5 pengaruh di atas hanya pengaruh bunga yang menguntungkan simpanan pada waktu keadaan sedang dalam inflasi, jelasnya sewaktu gejala-gejala inflasi telah tampak.
7. Peranan simpanan perusahaan untuk memperbaiki permodalan sewaktu menghadapi krisis.
Dalam keadaan krisis ekonomi, pada umumnya perusahaan-perusahaan sukar untuk mengadakan emisi saham. Untuk memperbaiki permodalan dapat dilakukan menurut dua cara, yaitu :
a. Dari simpanan perusahaan bersih.
b. Pengembalian pinjaman dari uang desinvestasi
Cara yang kedua (b) kurang menarik, karena dengan melakukan cara kedua akan berarti pembaharuan atau modernisasi alat-alat produksi untuk sementara harus ditangguhkan. Apabila cara kedua ditempuh maka kesibukan-kesibukan dalam perusahaan/usaha produksi akan berkurang yang mana menimbulkan tendensi depresi. Jadi, sebaiknya kita menempuh cara yang pertama saja.
Cara pertama penggunaannya ada 2 macam, yaitu :
a. Untuk investasi
b. Untuk melunasi pinjaman-pinjaman atau pembentukan cadangan likuiditas
Penggunaan simpanan perusahaan untuk investasi berarti akan terjadi perbaikan permodalan satu kali, sedang untuk pelunasan pinjaman atau pembentukan cadangan likuiditas berarti akan terjadi perbaikan permodalan dua kali, yang jelas modal sendiri bertambah dan hutang berkurang.
8. Inflasi dan simpanan perusahaan
Dalam menguraikan proses-proses inflasi, simpanan perusahaan selalu meminta perhatian yang cukup, selalu ada kemungkinan bahwa inflasi terjadi bersama-sama dengan berubahnya bagian simpanan perusahaan dalam pendapatan nasional. Ini akan mempengaruhi simpanan perusahaan yang akan terjadi dan selain itu juga akan mempengaruhi hasrat investasi dari para pengusaha.
Perubahan pembagian pendapatan nasional dan arah pergeseran ditentukan oleh :
a. Jalannya pembagian upah
b. Jalannya produksi nasional dalam keadaan inflasi
c. kebijaksanaan menentukan harga
Usaha pemerintah untuk menekan harga-harga produk konsumsi, atau kebijaksanaan perpajakan yang dilakukannya untuk menarik keuntungan-keuntungan perusahaan, dan dengan cara yang tidak langsung memperbesar daya beli para konsumen (subsidi dan lain-lain), semuanya penghapusan keuangan terhadap inflasi dan dengan demikian terbukalah jalan untuk inflasi yang vicious.
- Penghambatan terjadinya inflasi yang vicious
Inflasi yang vicious pada mass full employment hanya dapat ditahan dengan membatasi investasi atau konsumeris. Memang yang termudah adalah dengan membatasi investasi, akan tetapi pada umumnya jalan ini kurang memuaskan.
Kelangkaan akan produk yang disebabkan karena adanya inflasi, dengan pembatasan investasi tidak berubah untuk masa selanjutnya, sedangkan investasi justru diperlukan untuk menjamin kesempatan kerja dimasa yang akan datang.
Selain itu ditinjau dari sudut pengalaman dimana luasnya investasi bukankah telah dikekang dengan adanya kekurangan modal yang menanggung resiko, yang karenanya dapat menimbulkan stagnasi, maka berbahayalah untuk menghilangkan hasrat investasi justru pada sat dimana hasrat tersebut sedang timbul secara spontan.
Pembatasan konsumsi dalam jangka pendek merupakan jalan yang terbaik untuk melepaskan diri dari perkembangan inflasi, karena ada kemungkinan dari investasi yang mungkin dijalankan, dalam jangka panjang dengan menambah produktivitas akan dapat menurunkan harga. Pembatasan konsumsi dapat dicapai dengan cara sebagai berikut :
a. Memperbesar pajak
b. Pinjaman paksaan
c. Membiarkan harga penjualan naik tanpa menaikkan pendapatan
Kenaikan harga memperbesar keuntungan perusahaan dan yang penting yaitu agar sebagian besar dari keuntungan itu disimpan. Sebagian akan terjadi secara langsung dengan naiknya hasrat menyimpan. Sebagaimana telah dikemukakan ada kemungkinan simpanan ini dipergunakan oleh perusahaan untuk investasi lagi dan mungkin juga menambahnya dengan pinjaman-pinjaman.
Dengan demikian dapat dimengerti bahwa pemberian pinjaman yang elastis memperlemah tenaga-tenaga yang mengekang perkembangan inflasi.
Apabila pemerintah menariknya dengan politik perpajakan dan hasilnya disterilisasi akan terjadi tenaga deflator sebagai akibat dari :
Dalam keadaan krisis ekonomi, pada umumnya perusahaan-perusahaan sukar untuk mengadakan emisi saham. Untuk memperbaiki permodalan dapat dilakukan menurut dua cara, yaitu :
a. Dari simpanan perusahaan bersih.
b. Pengembalian pinjaman dari uang desinvestasi
Cara yang kedua (b) kurang menarik, karena dengan melakukan cara kedua akan berarti pembaharuan atau modernisasi alat-alat produksi untuk sementara harus ditangguhkan. Apabila cara kedua ditempuh maka kesibukan-kesibukan dalam perusahaan/usaha produksi akan berkurang yang mana menimbulkan tendensi depresi. Jadi, sebaiknya kita menempuh cara yang pertama saja.
Cara pertama penggunaannya ada 2 macam, yaitu :
a. Untuk investasi
b. Untuk melunasi pinjaman-pinjaman atau pembentukan cadangan likuiditas
Penggunaan simpanan perusahaan untuk investasi berarti akan terjadi perbaikan permodalan satu kali, sedang untuk pelunasan pinjaman atau pembentukan cadangan likuiditas berarti akan terjadi perbaikan permodalan dua kali, yang jelas modal sendiri bertambah dan hutang berkurang.
8. Inflasi dan simpanan perusahaan
Dalam menguraikan proses-proses inflasi, simpanan perusahaan selalu meminta perhatian yang cukup, selalu ada kemungkinan bahwa inflasi terjadi bersama-sama dengan berubahnya bagian simpanan perusahaan dalam pendapatan nasional. Ini akan mempengaruhi simpanan perusahaan yang akan terjadi dan selain itu juga akan mempengaruhi hasrat investasi dari para pengusaha.
Perubahan pembagian pendapatan nasional dan arah pergeseran ditentukan oleh :
a. Jalannya pembagian upah
b. Jalannya produksi nasional dalam keadaan inflasi
c. kebijaksanaan menentukan harga
Usaha pemerintah untuk menekan harga-harga produk konsumsi, atau kebijaksanaan perpajakan yang dilakukannya untuk menarik keuntungan-keuntungan perusahaan, dan dengan cara yang tidak langsung memperbesar daya beli para konsumen (subsidi dan lain-lain), semuanya penghapusan keuangan terhadap inflasi dan dengan demikian terbukalah jalan untuk inflasi yang vicious.
- Penghambatan terjadinya inflasi yang vicious
Inflasi yang vicious pada mass full employment hanya dapat ditahan dengan membatasi investasi atau konsumeris. Memang yang termudah adalah dengan membatasi investasi, akan tetapi pada umumnya jalan ini kurang memuaskan.
Kelangkaan akan produk yang disebabkan karena adanya inflasi, dengan pembatasan investasi tidak berubah untuk masa selanjutnya, sedangkan investasi justru diperlukan untuk menjamin kesempatan kerja dimasa yang akan datang.
Selain itu ditinjau dari sudut pengalaman dimana luasnya investasi bukankah telah dikekang dengan adanya kekurangan modal yang menanggung resiko, yang karenanya dapat menimbulkan stagnasi, maka berbahayalah untuk menghilangkan hasrat investasi justru pada sat dimana hasrat tersebut sedang timbul secara spontan.
Pembatasan konsumsi dalam jangka pendek merupakan jalan yang terbaik untuk melepaskan diri dari perkembangan inflasi, karena ada kemungkinan dari investasi yang mungkin dijalankan, dalam jangka panjang dengan menambah produktivitas akan dapat menurunkan harga. Pembatasan konsumsi dapat dicapai dengan cara sebagai berikut :
a. Memperbesar pajak
b. Pinjaman paksaan
c. Membiarkan harga penjualan naik tanpa menaikkan pendapatan
Kenaikan harga memperbesar keuntungan perusahaan dan yang penting yaitu agar sebagian besar dari keuntungan itu disimpan. Sebagian akan terjadi secara langsung dengan naiknya hasrat menyimpan. Sebagaimana telah dikemukakan ada kemungkinan simpanan ini dipergunakan oleh perusahaan untuk investasi lagi dan mungkin juga menambahnya dengan pinjaman-pinjaman.
Dengan demikian dapat dimengerti bahwa pemberian pinjaman yang elastis memperlemah tenaga-tenaga yang mengekang perkembangan inflasi.
Apabila pemerintah menariknya dengan politik perpajakan dan hasilnya disterilisasi akan terjadi tenaga deflator sebagai akibat dari :
- Sterilisasi pajak keuntungan itu sendiri
- Karena berkurangnya pembagian deviden (setelah dipotong pajak, dari sisanya perusahaan akan berusaha untuk menyimpannya sebagian).
- Karena pertumbuhan modal yang menanggung resiko kurang, hasrat investasi menjadi tertekan. Tertekannya pertambahan modal yang menanggung resiko akan berakibat terus terasa dan akan membatasi luas investasi untuk selanjutnya.
No comments:
Post a Comment