Sistem Etika
Etika secara umum dapat dibagi menjadi etika umum dan etika khusus. Etika umum berbicara mengenai kondisi-kondisi dasar bagaimana manusia beribadah. Secara etis, bagaimana manusia mengambil keputusan etis, teori-teori etika dan prinsip-prinsip moral dasar yang menjadi pegangan bagi manusia dalam bertindak secara tolok ukur dalam menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat dianalogikan dengan ilmu pengetahuan yang membahas mengenai pengertian umum dan teori-teori.
Etika khusus adalah penerapan prinsip-prinsip moral dasar dalam bidang kehidupan yang khusus. Etika khusus dibagi lagi menjadi dua, yaitu etika individual dan etika sosial. Etika individual menyangkut kewajiban sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota manusia. Tujuan dari etika sosial sendiri pada dasarnya adalah untuk menggugah kesadaran kita akan tanggung jawab kita sebagai manusia dalam kehidupan bersama dalam segala dimensinya.
1. Mitos Bisnis Amoral
Bisnis adalah bisnis, jangan dicampuradukkan dengan etika. Ungkapan di atas sering terdengar yang menggambarkan hubungan antar bisnis dan etika. Inilah ungkapan-ungkapan yang disebut mitos bisnis amoral. Ungkapan atau mitos ini menggambarkan dengan jelas paham atau kepercayaan orang bisnis sejauh mereka menerima mitos seperti itu tentang dirinya, kegiatannya, dan orang lain yang menjalin hubungan bisnis dengan mereka.
Kegiatan mereka adalah melakukan bisnis, maka yang menjadi perhatian mereka hanyalah memproduksi, mengedarkan, menjual serta membeli barang dan jasa dengan memperoleh keuntungan. Singkatnya yang menjadi pusat perhatian adalah bagaimana berusaha sekuat tenaga untuk mendatangkan keuntungan yang sebesar-besarnya.
Dalam kerangka bisnis amoral, bisnis diibaratkan sebagai permainan Judi, yang dapat menghalalkan segala cara untuk menang, untuk memperoleh keuntungan. Dasar pemikirannya adalah sebagai berikut: pertama, bisnis adalah sebuah bentuk persaingan. Dan sebagai suatu bentuk persaingan, semua orang yang terlibat di dalamnya selalu berusaha dengan segala cara dan upaya yaitu menang. Kedua, dalam persaingan, aturan yang digunakan berbeda dari aturan yang ada dalam kehidupan sosial pada umumnya. Maka aturan bisnis berbeda dari aturan sosial moral umumnya. Ketiga, orang yang mematuhi aturan moral akan berada dalam posisi yang tidak menguntungkan di tengah persaingan ketat yang menghalalkan segala acara. Dengan kata lain, di tengah persaingan bisnis yang ketat orang masih mau memperhatikan norma-norma moral akan merugi dan tersingkir dengan sendirinya.
Jadi bisa dikatakan dari mitos bisnis amoral adalah bisnis dan etika merupakan dua hal yang berbeda dan terpisah satu sama lain. Bisnis tidak bisa dinilai berdasarkan tolok ukur etika moralitas, karena pertimbangan-pertimbangan moral dan etika tidak tepat untuk bisnis. Konsekuensinya sudah sewajarnya bisnis tidak mempedulikan pertimbangan dan prinsip-prinsip etika. Singkatnya, berdasarkan uraian di atas bisnis tidak mengenal etika.
Namun disisi lain timbul banyak pertanyaan, apakah benar bahwa bisnis tidak mengenal etika dan tidak perlu memperhatikan etika? Apakah prinsip-prinsip dan aturan-aturan bisnis sedemikian berbeda dari prinsip-prinsip dan aturan moral?
Ada beberapa argumen yang dapat dikemukakan untuk menjawab pertanyaan tersebut. Pertama, bisnis diibaratkan dengan Judi dalam arti tertentu karena dalam bisnis orang dituntut untuk berani mengambil resiko. Dalam bisnis ada nilai manusiawi yang dipertaruhkan, mau tidak mau cara untuk memperoleh keuntungan atau menang juga harus manusiawi. Bisnis perlu dilandasi oleh pertimbangan-pertimbangan etis. Dengan menggunakan pandangan ideal, bisnis tidak hanya bertujuan untuk untung melainkan juga untuk memperjuangkan nilai-nilai yang manusiawi. Kedua, tidak benar bahwa sebagai suatu permainan dunia bisnis mempunyai aturan-aturan sendiri yang berbeda dari aturan yang berlaku dalam kehidupan sosial pada umumnya. Alasannya, karena bisnis adalah bagian dari aktivitas yang penting dari masyarakat yaitu hubungan antara manusia dengan manusia lainnya. Sebagai kegiatan antara manusia bisnis juga mengutuhkan etika sebagai pemberi pedoman dan orientasi bagi keputusan, kegiatan dan tindak tanduk manusia dalam berhubungan (bisnis) satu sama yang lainnya. Ketiga, bahwa dalam bisnis ada persaingan yang sangat hebat. Tidak ada orang yang menyangkal hal ini. Tetapi tidak benar bahwa orang yang mematuhi aturan modal akan berada dalam posisi yang tidak menguntungkan yaitu akan merugi, tersingkir dari persaingan. Jadi kalau mau berhasil dalam bisnis, kegiatan bisnisnya harus tetap memperhatikan prinsip-prinsip etika. Dan orang bisnis yang bersaing dengan tetap memperhatikan norma-norma etis pada iklim bisnis yang semakin profesional justru akan menang karena tetap dipercaya masyarakat. Keempat, adanya situasi khusus atau pengecualian yang menyimpang dalam kegiatan bisnis dan dari segi etika dibenarkan, tidak dengan sendirinya membenarkan bahwa bisnis tidak mengenal etika. Dalam kenyataan kita sering menemukan adanya praktik dalam situasi khusus yang jelas menyimpang dari prinsip norma etika. Tetapi ini jangan diterima sebagai hal yang pantas diberlakukan secara universal. Dan praktik dalam situasi khusus dibenarkan karena alasan atau pertimbangan yang rasional. Maka dari pengecualian yang dibenarkan jangan dijadikan alasan untuk menilai bahwa bisnis tidak mengenal etika. Kelima, pemberian dan berbagai aksi protes yang terjadi dimana-mana untuk mengecam berbagai pelanggaran dalam kegiatan bisnis yang tidak baik, ini menunjukkan bahwa masih banyak orang dan kelompok masyarakat menghendaki agar bisnis dijalankan secara baik dan tetap mengindahkan norma-norma etika. Jadi pada dasarnya bisnis tetap mengenal etika atau dengan kata lain bisnis memang punya etika.
3. Sumbangan Etika Bisnis
Setelah melihat perlunya etika bisnis kita perlu meninjau lebih jauh mengenai etika bisnis serta sumbangan yang diberikan. Etika bisnis boleh dikatakan merupakan suatu bidang etika khusus (terapan) yang baru berkembang pada awal tahun 1980-an. Dan sampai sekarang kebanyakan telaah tentang etika bisnis berasal dari Amerika.
Dalam semua bidang etika bisnis membantu para pelaku bisnis untuk mendekati masalah-masalah bisnis dengan sentuhan moral. Etika bisnis membantu para manajer, pelaku bisnis lainnya untuk menangkap hal yang tidak bisa ditangkap dengan mata ekonomi manajemen murni dan memecahkan banyak persoalan dengan menggunakan pendekatan yang lebih dari sekedar pendekatan ekonomi manajemen.
Etika bisnis menggugah bahwa dalam melakukan bisnis, kita tetap bertindak dan berperilaku sebagai manusia yang mempunyai matra etis. Dalam konteks bisnis sebagai suatu profesi yang luhur, etika bisnis mengajak kita untuk berusaha mewujudkan citra bisnis dan manajemen yang baik (etis).
Sebagai bidang kegiatan dalam suatu masyarakat yang melibatkan hampir semua anggota masyarakat. Entah sebagai pengusaha, manajer, pekerjaan maupun konsumen bisnis yang baik mempunyai sumbangan besar bagi kehidupan masyarakat pada umumnya.
No comments:
Post a Comment