Sunday, April 27, 2014

PENTINGNYA KOMUNIKASI BISNIS LINTAS BUDAYA

PENTINGNYA KOMUNIKASI BISNIS LINTAS BUDAYA : Menyikapi era perdagangan bebas dan globalisasi, maka perusahaan-perusahaan besar mencoba melakukan bisnis secara global. Perusahaan-perusahaan besar yang beroperasi di Indonesia baik di bidang manufaktur, perdagangan barang dan jasa, pada umumnya menggunakan konsultan asing untuk membantu pengembangan perusahaan mereka. Demikian pula sebaliknya, perusahaan-perusahaan besar di Indonesia juga ada yang mengembangkan bisnisnya ke berbagai negara.

Mencermati tren atau kecenderungan yang ada saat ini, maka komunikasi bisnis lintas budaya menjadi sangat penting artinya bagi terjalinnya harmonisasi bisnis di antara mereka. Bagaimanapun juga diperlukan suatu pemahaman bersama antara dua orang atau lebih dalam melakukan komunikasi lintas budaya baik melalui tulisan (termasuk komunikasi lewat internet) maupun lisan (bertatap muka langsung).

Semakin banyak munculnya pola kerjasama maupun kesepakatan ekonomi di berbagai kawasan dunia saat ini akan menjadikan betapa pentingnya komunikasi bisnis lintas budaya. Saat ini beberapa pola kerja ekonomi di berbagai kawasan dunia, seperti kawasan ASEAN (AFTA=ASEAN Free Trade Area), kawasan Kanada (CFTA=Canada Free Trade Area), kawasan Asia-Pasifik (APEC), kawasan Amerika Utara (NAFTA=North American Free Trade Area), kawasan Eropa Tengah (CEFTA=Central European Free Trade Agreement), kawasan Eropa (EFTA=European Free Trade Area), dan kawasan Amerika Latin (LAFTA= Latin American Free Trade Association).

Singkat kata, dengan makin terbukanya peluang perusahaan multinasional masuk ke wilayah suatu negara dan didorong dengan makin pesatnya perkembangan teknologi informasi, maka ketika itulah kebutuhan terhadap komunikasi bisnis lintas budaya menjadi makin penting artinya.

BUDAYA DAN KOMPONENNYA 
1. Pengertian Budaya 
Budaya diartikan sebagai pemograman kolektif atas pikiran yang membedakan anggota-anggota suatu kategori orang dari kategori lainnya. Juga budaya sebagai system sharing atas simbol-simbol, kepercayaan, sikap, nilai-nilai, harapan, dan norma-norma untuk berperilaku. 

Dalam hal ini yang menjadi kata kunci budaya adalah pemrograman kolektif, yang menggambarkan suatu proses yang mengikat setiap orang segera setelah ia dilahirkan ke dunia ini. Semua anggota dalam budaya memiliki asumsi yang serupa tentang bagaimana seseorang berpikir, berperilaku, dan berkomunikasi. 

Sebagai contoh, di Jepang ketika seorang bayi baru lahir, tahun-tahun awal kelahirannya si bayi tidur di kamar orangtuanya sendiri. Sementara itu, di Inggris dan Amerika bayi yang baru lahir ditempatkan di kamar yang berbeda beberapa minggu atau bulan kemudian. 

Beberapa budaya ada yang dibentuk dari berbagai kelompok yang berbeda-beda dan terpisah, namun ada juga yang memiliki kecenderungan yang homogen. Kelompok berbeda yang berada dalam wilayah budaya mayoritas lebih tepat dikatakan sebagai subbudaya. Indonesia adalah sebuah contoh negara yang memiliki subbudaya yang sangat beragam baik etnis maupun agama. Hal ini berbeda dengan Jepang yang hanya memiliki beberapa subbudaya dan cenderung bersifat homogen. 

2. Komponen Budaya 
Budaya biasanya memiliki beberapa komponen, seperti budaya material, lembaga sosial, sistem kepercayaan, estetika, dan bahasa. 

Budaya material dibedakan ke dalam dua bagian, yaitu teknologi dan ekonomi. Teknologi mencakup teknik yang digunakan untuk merubah atau membentuk material menjadi suatu produk yang dapat berguna bagi masyarakat pada umumnya. 

Ekonomi dalam hal ini dimaksudkan sebagai suatu cara yang digunakan oleh orang yang menggunakan segala kemampuannya untuk menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi dirinya maupun orang lain. Termasuk di dalam nya adalah segala bentuk kegiatan yang menghasilkan barang dan jasa, distribusi, konsumsi, cara pertukaran, dan penghasilan yang diperoleh dari kegiatan kreasi. 

Kemudian, lembaga sosial dan pendidikan adalah suatu lembaga yang berkaitan dengan cara bagaimana seseorang berhubungan dengan orang lain, mengorganisasikan kegiatan mereka untuk dapat hidup secara harmonis dengan yang lain, dan mengajar perilaku yang dapat diterima oleh generasi berikutnya. Kedudukan pria dan wanita dalam suatu masyarakat, keluarga, kelas sosial dan kelompok umur dapat ditafsirkan secara berbeda/berlainan dalam setiap budaya. 

Selanjutnya, sistem kepercayaan atau keyakinan yang dianut oleh suatu masyarakat akan berpengaruh terhadap sistem nilai yang ada di masyarakat tersebut. Keyakinan yang dianut oleh suatu masyarakat juga akan mempengaruhi kebiasaan-kebiasaan mereka, bagaimana mereka memandang hidup dan kehidupan ini, jenis produk yang mereka konsumsi, dan bagaimana cara mereka membeli suatu produk. Bahkan jenis pakaian yang dikenakan, jenis makanan yang dikonsumsi, dan bacaan yang dibaca setiap harinya, sebenarnya juga tak lepas dari pengaruh yang kuat atas keyakinan atau kepercayaan yang dianut seseorang. 

Komponen budaya yang lainnya adalah estetika. Estetika berkaitan dengan seni, dongeng, hikayat, musik, drama, dan tari-tarian. Nilai-nilai estetika yang ditunjukkan masyarakat dalam berbagai peran tentunya perlu dipahami secara benar, agar pesan yang disampaikan mencapai sasaran secara efektif. Contohnya, dalam masyarakat Barat ada anggapan bahwa angka 13 adalah angka yang akan membawa kesialan. Oleh karena itu, seringkali dijumpai bahwa penomoran untuk perumahan atau kamar-kamar hotel, angka 13 dilewati atau diubah menjadi 14 A yang seharusnya nomor 13. Contoh lain adalah angka 4 yang bagi orang Jepang diartikan sebagai simbol kematian. Oleh karena itu, orang Jepang tidak mau menggunakan nomor 4 yang dalam bahasa Jepang disebut shi. 

Dan akhirnya, bahasa juga merupakan salah satu komponen budaya. Bahasa adalah suatu cara yang digunakan seseorang dalam mengungkapkan sesuatu melalui simbol-simbol tertentu kepada orang lain. Bahasa juga merupakan salah satu komponen budaya yang paling sulit pemahamannya. Meskipun demikian, bahasa sangatlah penting untuk dipelajari dan dipahami dengan benar, sehingga melalui bahasa orang dapat memperoleh empati dan simpati dari orang lain.

KETERAMPILAN KOMUNIKASI BISNIS LINTAS BUDAYA
Seseorang tidak dapat mengatasi berbagai hambatan bahasa dan budaya secara sempurna, tetapi seseorang akan mudah berkomunikasi secara efektif dengan orang-orang yang memiliki budaya berbeda, bila ia bekerja bersama-sama di dalamnya. Cara seperti ini akan mempermudah seseorang di dalam beradaptasi dengan lingkungannya yang baru. Praktek merupakan salah satu cara yang cukup baik untuk meningkatkan kemampuan berkomunikasi.

Belajar mengenai budaya tertentu sebenarnya merupakan suatu cara yang dapat dilakukan oleh seseorang untuk menemukan bagaimana mengirim dan menerima pesan-pesan lintas budaya secara efektif. Namun demikian, ada dua hal penting yang perlu diingat, yaitu pertama, jangan terlalu yakin bahwa seseorang akan dapat memahami budaya orang lain secara utuh atau sempurna. Kedua, jangan mudah terbawa kepada pola generalisasi terhadap perilaku seseorang dari budaya yang berbeda.

Berikut ini adalah beberapa TIPS yang diperlukan seseorang ketika berhubungan orang lain yang memiliki budaya yang berbeda.
  • Asumsikan berbeda hingga suatu persamaan telah terbukti. Jangan berasumsi bahwa orang lain memiliki pandangan sama sampai benar-benar menjadi kenyataan.
  • Berani mengambil tanggung jawab saat berkomunikasi. Jangan berasumsi bahwa ini adalah pekerjaan orang lain untuk berkomunikasi dengan orang lain.
  • Tidak memberi pendapat. Belajar mendengar suatu cerita yang utuh dan terimalah perbedaan tanpa memberikan pendapat atau penilaian tentang mereka.
  • Tunjukkan suatu penghargaan. Belajar bagaimana suatu penghargaan dikomunikasikan melalui gerak isyarat, kontak mata, dan sejenisnya dalam berbagai budaya yang berbeda.
  • Empati. Sebelum menyampaikan suatu pesan, cobalah untuk membayangkan perasaan orang lain bagaimana dan mengapa berkomunikasi.
  • Menahan sikap mendua. Belajar untuk mengendalikan kekecewaan pada situasi yang membingungkan.
  • Lihat sesuatu yang superfisial. Jangan diganggu dengan sesuatu seperti pakaian, penampilan, atau ketidaknyamanan lingkungan.
  • Sabar dan tekun. Ketika seseorang berkomunikasi dengan orang lain yang memiliki budaya berbeda, jangan mudah menyerah.
  • Mengenal bias budaya Anda sendiri. Belajar untuk mengidentifikasi ketika asumsi Anda berbeda dengan orang lain.
  • Fleksibel/luwes. Siap merubah kebiasaan atau sikap Anda ketika berkomunikasi dengan orang yang memiliki budaya yang berbeda.
  • Tekankan pada hal-hal yang biasa. Carilah kesamaan untuk menjalin suatu kerjasama.
  • Mengirim pesan yang jelas. Membuat sinyal verbal dan nonverbal yang jelas dan konsisten.
  • Tingkatkan kepekaan budaya Anda. Belajar tentang berbagai kebiasaan dan praktek, sehingga seseorang perlu waspada terhadap potensi munculnya kesalahpahaman.
  • Bersifat individual. Berkomunikasi dengan setiap orang sebagai individu, bukanlah mewakili kelompok lain.
  • Belajar secara langsung. Investigasi setiap budaya, sehingga Anda tahu kapan mengirim suatu pesan dengan cara langsung atau tidak langsung.
  • Memperlakukan tafsiran Anda sebagai dugaan. Saat Anda memahami budaya asing, hati-hati terhadap umpan balik yang dilakukan si penerima pesan.-

Referensi (Rujukan Pembahasan) 
  • Adler, Ronald B. and Jeanne M. Elmhorst. 1996. Communicating at Work: Principles and Practices for Business and Professions. Fifth Edition. New York: McGrawH-Hill.
  • Katz, Bernard. 1994. Turning Practical Communication into Business Power. (Terjemahan). Jakarta: PT. Pustaka Binaman Pressindo.
  • Luthans, Fred. 1973. Organizational Behavior. New York: McGraw-Hill.
  • Pace, R. Wayne and Don F. Faules. 1998. Komunikasi Organisasi: Strategi Meningkatkan Kinerja Perusahaan. (Terjemahan). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
  • Purwanto, Djoko. 2003. Komunikasi Bisnis. Jakarta: Penerbit Erlangga.
  • Tubbs, Stewart L. and Sylvia Moss. Human Communication. (Terjemahan). Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Demikianlah sedikit penjelasan tentang Pentingnya Komunikasi Bisnis Lintas Budaya, mudah-mudahan bisa berguna khususnya bati teman-teman Mahasiswa, terimakasih Salam Super.

No comments:

Post a Comment