1. Defenisi oksigenasi
Oksigen memegang peranan penting dalam semua proses tubuh secara fungsional. Tidak adanya oksigen akan menyebabkan tubuh, secara fungsional, mengalami kemunduran atau bahkan kematian. Oleh karena itu, kebutuhan oksigen merupakan kebutuhan yang paling utama dan sangat vital bagi tubuh (Mubarak, 2007).
Oksigenasi adalah penambahan O2 ke dalam sistem ( kimia atau fisika). Oksigen merupakan gas yang tidak berwarna dan tidak berbau yang sangat dibutuhkan dalam proses metabolisme sel. (Mubarak, 2007).
2. Faktor Fisiologi
a. Menurunnya kapasitas pengingatan O2 seperti pada anemia.
b. Menurunnya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi saluran nafas bagian atas
c. Hipovolemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan transpor O2 terganggu.
d. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas, muskulus skeleton yang abnormal, penyakit kronik seperti TBC paru.
3. Faktor lingkungan
a. Tempat kerja ( polusi )
b. Suhu lingkungan
c. Ketinggian tempat dari permukaan laut
4. Perubahan Fungsi Pernafasan
a. Hiperventilasi
Hiperventilasi dapat disebabkan karena kecemasan, infeksi/sepsis, keracunan obat-obatan. Tanda dan gejala hiperventilasi adalah tatikardia, nafas pendek, nyeri dada, menurunya konsentrasi, disorientasi.
b. Hipoventilasi
Tanda-tanda dan gejala pada keadaan hipoventilasi adalah nyeri kepala, penurunan kesadaran, disoreitasi, ketidakseimbangan elektrolit, kejang.
c. Hipoksia
Hipoksia disebabkan oleh menurunya hemoglobin, berkurangnya konsentrasi O2 jika berada di puncak gunung, menurunya perfusi jaringan seperti syok, kerusakan/gangguan ventilasi. Tanda hipoksia adalah nadi meningkat, pernafasan cepat dan dalam, sesak nafas dan clubbing (Tarwoto, 2006).
Pengkajian
a. Riwayat Keperawatan
Riwayat keperawatan untuk status oksigenasi meliputi pengkajian tentang masalah pernafasan dulu dan sekarang ; gaya hidup ;adanya batuk, sputum, nyeri dan adanya faktor resiko untuk gangguan status oksigenasi.
1. Masalah pada pernafasan ( dulu dan sekarang)
2. Riwayat penyakit atau masalah pernafasan
a. Nyeri
b. Paparan lingkungan atau geografi
c. Batuk
d. Bunyi nafas mengi
e. Faktor risiko penyakit paru (mis perokok aktif/pasif)
f. Frekuensi infeksi pernafasan
g. Masalah penyakit masa lalu
h. Penggunaan obat
3. Adanya batuk dan penanganan
4. Kebiasaan merokok
5. Masalah pada fungsi sistem kardiovaskular
6. Faktor risiko yang memperberat masalah oksigenasi
a. Riwayat hipertensi, penyakit jantung,.
b. Merokok
c. Usia paruh baya atau lanjut
d. Obesitas
e. Diet tinggi-lemak
f. Peningkatan kolesterol
7. Riwayat penggunaan medikasi
8. Stresor yang dialami
9. Status atau kondisi kesehatan ( Mubarak, 2007 )
b. Pengkajian fisik
Inspeksi
Mengamati dari kepala sampai ujung kaki klien untuk mengkaji kulit dan warna membran mukosa, penampilan umum, tingkat kesadaran, keadekuatan sirkulasi sistemik, pola pernafasan, dan gerak dinding dada.
Palpasi
Dilakukan dengan meletakkan tumit tangan pemeriksa mendatar di atas dada klien. Saat palpasi, perawat menilai adanya fremitus taktil pada dada dan punggung klien dengan memintanya menyebutkan “ tujuh-tujuh” secara berulang. Jika klien mengikuti instruksi tersebut secara tepat, perawat akan merasakan adanya getaran pada telapak tanggannya Selain itu palpasi dilakukan untuk meraba adanya benjolan di aksila dan jaringan payudara. Palpasi pada ekstermitas menghasilkan data tentang sirkulasi perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna dan pengisian kapiler.
Perkusi
Perkusi dilakukan untuk menentukan ukuran dan bentuk organ dalam serta untuk mengkaji adanya abnormalitas, cairan, atau udara dalam paru. Perkusi sendiri dilakukan dengan menekan jari tengah pemeriksa mendatar di atas dada klien.Kemudian jari tersebut diketuk-ketuk dengan menggunakan ujung jari tengah atau jari telunjuk tengah sebelahnya. Normalnya, dada menghasilkan bunyi resonan.Pada penyakit tertentu ( mis; pneumotoraks, emfisema ), adanya udara pada dada atau paru-paru menimbulkan bunyi hipersonan atau bunyi drum.
Auskultasi adalah proses mendengarkan suara yang dihasilkan dalam tubuh. Auskultasi dapat dilakukan langsung atau dengan menggunakan stetoskop. Bunyi yang terdengar digambarkan berdasarkan nada, intensitas, durasi, dan kualitasnya. Untuk mendapatkan hasil yang lebih valid dan akurat, auskultasi sebaiknya dilakukan lebih dari satu kali. Pada pemeriksaan fisik paru, auskultasi dilakukan untuk mendengarkan bunyi nafas vesikuler, bronkial, bronkuvesikuler, ronkhi; juga untuk mengetahui adanya perubahan bunyi nafas serta lokasi dan waktu terjadinya ( Potter&Perry, 2005).
c. Pemeriksaan diagnostik
Beberapa jenis pemeriksaan diagnostik antara lain:
- Penilaian ventilasi dan oksigenasi : uji fungsi paru, pemeriksaan gas darah arteri, oksimetri, pemeriksaan darah lengkap.
- Tes struktur sistem pernafasan: sinar-x dada, bronkoskopi, scan paru.
- Deteksi abnormalitas sel dan infeksi saluran pernafasan: kultur kerongkongan, sputum, uji kulit, torakentesis ( Mubarak, 2007)
No comments:
Post a Comment