Thursday, June 27, 2013

DUNIA-PERTANIAN KITA TELAH BERUBAH

DUNIA-PERTANIAN KITA TELAH BERUBAH 
Pembangunan pertanian selama PJP I telah mengubah dunia-pertanian di Indonesia. Bila dahulu sektor pertanian menjadi tumpuan utama perekonomian negara, maka sekarang tidak lagi. Dulu pertanian Indonesia tidak mampu memproduksi beras untuk mencukupi kebutuhan penduduk, bakhan pernah menjadi negara pengimpor beras terbesar di dunia, maka berkat pembangunan kini Indonesia telah swa-sembada dalam produksi beras. Bukan hanya di bidang perberasan saja pertanian Indonesia mengalami kemajuan, tetapi juga dalam berbagai komoditas lainnya. Namun demikian dalam komoditas tertentu lainnya kebutuhan Indonesia terus meningkat, seperti jagung dan kedelai, sehingga sangat tergantung pada luar negeri. 

Keberhasilan pembangunan perekonomian Indonesia secara keseluruhan ternyata mendorong meningkatnya permintaan dan konsumsi komoditas-komoditas pertanian tertentu, seperti hortikutura, produk peternakan, produk perikanan dan produk perkebunan. Tidak saja meningkat dalam kuantitasnya, tetapi juga meningkat tuntutan kualitasnya. Sistem pemasaran dunia yang berubah (globalisasi) membuat pertanian Indonesia menghadapi tantangan baru untuk dapat bersaing dalam mutu, produktivitas dan efisiensi dengan dunia-pertanian negara-negara lain. 

Yang tidak boleh dilupakan ialah kenyataan bahwa para petani Indone-sia-lah yang juga telah berubah secara nyata. Pada umumnya profil populasi petani Indonesia telah berubah secara positif. Secara makro populasi petani telah menjadi lebih kecil jumlahnya secara persentil tetapi lebih tinggi kualitasnya, yang ditandai oleh lebih baiknya tingkat pendidikan mereka, lebih mengenal kemajuan, kebutuhannya meningkat, harapan-harapannya juga meningkat, dan pengetahuan dan keterampilannya bertani juga telah jauh lebih baik. Berkat penyuluhan-penyuluhan pembangunan selama ini, termasuk penyuluhan pertanian, para petani telah memiliki pola komunikasi yang terbuka. Mereka telah lebih mampu berkomunikasi dengan orang-orang dari luar sistem sosialnya, dan telah lebih mampu berkomunikasi secara non-personal melalui berbagai media massa. Petani dalam melakukan usaha tani bahkan telah mampu berorientasi pada pasar. 

Prasarana fisik pertanian seperti irigasi dan jaringan jalan juga sudah jauh lebih baik kondisinya dibandingkan pada awal PJP I. Demikian pula prasarana dan sarana telekomunikasi, serta tenaga listrik telah dapat menjangkau sebagian daerah-daerah pertanian. Semua sarana itu dapat dimanfaatkan oleh siapa saja termasuk para petani, dan memang telah secara nyata menyumbang pada pertumbuhan pertanian dan perkembangan petani. Dengan prasarana-prasara-na tadi diiringi kemajuan yang pesat di bidang elektronika, komunikasi massa melalui media elektronik juga telah menjangkau daerah-daerah pertanian. 

Meskipun perubahan-perubahan itu pada umumnya terjadi di semua daerah, namun haruslah diakui bahwa tingkat perubahan dan kemajuan yang dialami tidak merata disemua daerah. Ada daerah-daerah yang sudah lebih maju dari daerah lainnya, demikian pula ada daerah-daerah yang belum begitu maju dibandingkan dengan daerah lainnya. Yunus Jarmi dalam disertasinya (1994) mengidentifikasi adanya 3 kategori wilayah pertanian yang berbeda nyata tingkat kemajuannya. Perbedaan-perbedaan itu menyangkut prasarana fisik, produktifitas perta-niannya serta tingkat kemajuan petani-petaninya. Tiga kategori wilayah pertanian itu adalah : (1) Wilayah yang prasarananya relatif memadai (karena telah dibangun sejak jaman penjajahan), teknologi yang diterapkan sudah maju secara mantap, produktivitas tinggi, berorientasi pada pasar, dan (karenanya) para petaninya telah membutuhkan dan mencari secara aktif informasi-informasi pertanian. (2) Wilayah yang prasarananya baru dibangun tetapi belum memadai, mulai mengenal dan menerapkan teknologi maju tetapi belum mantap, produktivitas sedang, belum berorientasi ke pasar, dan belum aktif mencari informasi pertanian. (3) Wilayah yang relatif belum memiliki prasarana-prasarana pertanian, teknologi tradisional masih mendominasi, produktivitas rendah, petaninya masih tradisional dan perta-niannya masih bersifat subsisten, belum merasa memerlukan informasi per-tanian. 

Perubahan lain yang tak kalah penting artinya ialah perubahan kebi-jaksanaan pemerintah tentang pembangunan pertanian dan tentang Penyuluhan Pertanian itu sendiri. 泥emokrasi pertanian” pelaksanaannya sudah semakin diperluas, dalam arti masyarakat petani semakin berperan dalam pengambilan keputusan usaha taninya dan semakin diperhatikan kebutuhan serta harapan-harapannya. Kebijaksanaan desentralisasi semakin luas pula diterapkan di bidang pemerintahan. Termasuk dalam hal ini adalah pengalihan tanggung-jawab penyelenggaraan penyuluhan pertanian dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah. Kebijakan-kebijakan pertanian dan program-program dan program-program pertanian yang bersifat 都eragam nasional” di masa lalu, telah akan diubah menjadi yang bersifat spesifik lokal. Ini terbukti dengan telah diputuskannya pembentukan 17 Balai Pengkajian Teknologi Pertanian di daerah, dimana fungsi penelitian dan penyuluhan akan diintegrasikan. 

Semua perubahan yang sudah terjadi dan akan segera terjadi di dunia-pertanian itu perlu disimak dan diantisipasi secara dini dan tepat. Struktur dan mekanisme kelembagaan penyuluhan dan penelitian pertanian perlu disesu-aikan dengan kondisi dan kebutuhan baru yang ada di masyarakat pertanian. Fungsi dan peranan penyuluhan dan penelitian pertanian perlu dirumuskan kembali secara tepat; dan program-program penelitian dan penyuluhan perta-nian perlu disesuaikan dengan kebutuhan perkembangan dan pengembangan di dunia-pertanian. Bagaimanapun juga pertanian akan tetap menjadi fondasi perekonomian setiap negara. Bila pertaniannya tidak kuat, pastilah pereko-nomian negara itu rapuh. 

Ditulis Oleh : Unknown // 7:29 AM
Kategori:

1 komentar:

  1. yupz berhubung nengara kita negara agraris jadi jika sektor pertanian kurang memadai maka dapat berperngaruh pula terhada perekonomian bangsa !

    ReplyDelete