Monday, June 17, 2013

BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH)

BENIGNA PROSTAT HIPERPLASIA (BPH) 
I. PENGERTIAN 
Istilah hipertrofi sebenarnya kurang tepat karena yang terjadi adalah hiperplasia kelenjar periuretra yang mendesak jaringan prostat yang asli ke perifer dan menjadi kapsul bedah. (Anonim FK UI 1995). 
Prostat adalah jaringan fibromuskuler dan jaringan kelenjar yang terlihat persis di inferior dari kandung kencing. Prostat normal beratnya + 20 gr, didalamnya berjalan uretra posterior + 2,5 cm. 
Pada bagian anterior difiksasi oleh ligamentum puboprostatikum dan sebelah inferior oleh diafragma urogenitale. Pada prostat bagian posterior bermuara duktus ejakulatoris yang berjalan miring dan berakhir pada verumontanum pada dasar uretra prostatika tepat proksimal dari spingter uretra eksterna. 

II. PATOFISIOLOGI 
Proses pembesaran prostat terjadi secara perlahan-lahan sehingga perubahan pada saluran kemih juga terjadi secara perlahan-lahan. Pada tahap awal setelah terjadinya pembesaran prostat, resistensi pada leher buli-buli dan daerah prostat meningkat, serta otot destrusor menebal dan merenggang sehingga timbul sakulasi atau divertikel. Fase penebalan destrusor ini disebut fase kompensasi. Apabila keadaan berlanjut, maka destrusor menjadi lelah dan akhirnya mengalami dekompensasi dan tidak mampu lagi untuk berkontraksi sehingga terjadi retensio urin yang selanjutnya dapat menyebabkan hidronefrosis dan disfungsi saluran kemih atas. 

III. ETIOLOGI 
Penyebab secara pasti belum diketahui, namun terdapat faktor resiko umur dan hormon androgen (Anonim,FK UI,1995). Pada umur diatas 50 tahun, pada orang laki-laki akan timbul mikronodule dari kelenjar prostatnya. 

1V. GAMBARAN KLINIS 
Gejala-gejala pembesaran prostat jinak dikenal sebagai Lower Urinary Tract Symptoms (LUTS),yang dibedakan menjadi: 
Gejala iritatif, yaitu sering miksi (frekuensi), terbangun pada malam hari untuk miksi (nokturia),perasaan ingin miksi yang sangat mendesak (urgensi),dan nyeri pada saat miksi (disuria). 
Gejala obstruktif adalah pancaran melemah, rasa tidak puas setelah miksi, kalau mau miksi harus menunggu lama, harus mengedan,kencing terputus-putus,dan waktu miksi memanjang yang akhirnya menjadi retensi urin dan inkontinen karena overflow. (Anonim,FK UI,1995). 

Pathway 
Pembesaran prostat 
Retensi leher buli dan tek prostat 
Otot destrusor menebal + merenggang 
Dekompensasi (hyperplasia ) 
Nyeri Retensi urine hidronefrosis 
Tindakan operasi 
Self care deficit Nyeri tind invasife cemas 

V.PEMERIKSAAN PENUNJANG 
1. Pemeriksaan colok dubur 
Pemeriksaan colok dubur dapat memberikan kesan keadaan tonus sfingter anus, mukosa rektum, kelainan lain seperti benjolan dalam rektum dan prostat. Pada perabaan melalui colok dubur dapat diperhatikan konsistensi prostat, adakah asimetri, adakah nodul pada prostat, apakah batas atas dapat diraba. Derajat berat obstruksi dapat diukur dengan menentukan jumlah sisa urine setelah miksi spontan. Sisa miksi ditentukan engan mengukur urine yang masih dapat keluar dengan kateterisasi. Sisa urine dapat pula diketahui dengan melakukan ultrasonografi kandung kemih setelah miksi. 

2. Pemeriksaan laboratorium 
a. Analisis urin dan pemeriksaan mikroskopik urin, elektrolit, kadar ureum kreatinin. 
b. Bila perlu Prostate Spesific Antigen (PSA), untuk dasar penentuan biopsi. 

3. Pemeriksaan radiologi : 
a. Foto polos abdomen 
b. BNO-IVP 
c. Systocopy 
d.Cystografi 
e. USG 

VI. PENATALAKSANAAN 
1. Terapi medikamentosa 
2. Terapi bedah : Waktu penanganan untuk tiap pasien bervariasi tergantung beratnya gejala dan komplikasi.
    Indikasi terapi bedah yaitu : 
a. Retensio urin berulang 
b. Hematuria 
c. Tanda penurunan fungsi ginjal 
d. Infeksi saluran kencing berulang 
e. Tanda-tanda obstruksi berat yaitu divertikel,hidroureter, dan hidronefrosis. 
f. Ada batu saluran kemih.

No comments:

Post a Comment