Hubungan kholesterol dengan kesehatan
Kholesterol merupakan faktor fundamental dalam resiko jantung koroner dan arterosklerosis. Penyumbatan pembuluh darah bisa diawali dengan luka pada pembuluh koroner yang disebabkan oleh trauma, infeksi, iritasi, iskemia, gesekan tekanan darah karena hipertensi dan faktor lainnya. Luka ini akan menahan elemen kholesterol tertentu yang mengambang dalam darah dan membentuk jaringan fibrus dan deposit kalsium, sehingga timbul benjolan yang tidak rata di dalam pembuluh koroner. Pada jangka lama kholesterol akan membentuk lapisan-lapisan secara perlahan-lahan sehingga akan mempersempit lumen pembuluh darah koroner (Baraas, 1993).
Untuk menjaga kesehatan supaya terhindar dari resiko penyakit pembuluh darah maka diperlukan pengaturan pemakaian zat lemak dalam makanan sesuai dengan kebutuhan tubuh. Dianjurkan untuk mengurangi makanan dengan kandungan lemak jenuh yang tinggi dan meningkatkan makanan dengan kandungan lemak tak jenuh (Simorangkir dan Simorangkir, tt). Asam lemak jenuh dapat meningkatkan kholesterol dalam darah, terutama asam lemak jenuh laurat, miristat dan palmitat (Vessby, 1994).
Sebaliknya asam lemak tak jenuh rantai panjang dapat menurunkan kandungan kholesterol dalam darah (Martin et al., 1984). Pengaturan jumlah kholesterol dalam darah juga bisa dilaksanakan dengan pengaturan protein transpor, yaitu menurunkan LDL dan menaikkan HDL. LDL mempunyai sifat sangat anterogenik yaitu mampu menyebabkan proses pengapuran pada dinding pembuluh darah tetapi HDL mampu menyedot timbunan kholesterol pada jaringan dan mengirim ke hepar dan selanjutnya membuangnya ke empedu. LDL dikenal dengan nama kholesterol jelek dan HDL dikenal dengan kholesterol baik (Baraas, 1993).
Vitamin
Pemberian nama vitamin pertama kali dicetuskan oleh Funk, kata vitamin ber arti mutlak bagi hidup. Secara umum vitamin diartikan sebagai senyawa kimia yang sangat esensial dibutuhkan oleh tubuh walaupun dalam jumlah yang sangat kecil untuk keperluan pemeliharaan kesehatan dan pertumbuhan normal (Suhardjo dan Kusharto, 1992). Vitamin disebut juga mikronutrien karena dibutuhkan oleh tubuh manusia pada jumlah miligram atau mikrogram per hari. Vitamin diperlukamn dalam jumlah sedikit karena vitamin bekerja sebagai katalisator yang memungkinkan transformasi kimia makronutrien yang biasa disebut metabolisme (Lehninger, 1990). Dalam bahan pangan vitamin terdapat dalam jumlah relatif kecil dan terdapat dalam bentuk provitamin atau calon vitamin yang berupa vitamin belum aktif dan vitamin aktif. Provitamin di dalam tubuh akan diubah menjadi bentuk kimia sehingga menjadi satu atau lebih bentuk vitamin yang aktif (Winarno, 1997b).
Ada tigabelas vitamin yang kita kenal yaitu: vitamin A (Akseroftol), B1 (Tiamin), B2 (Ribovlavin), B6 (Piridoksin), Niasin (Asam nikotinat), Asam pantotenat , Biotin, Asam folin (Asam pteroilglutamat), B12 (Kobalamin), C (Asam askorbat), D (Kalsiferol), E (Tokoferol) dan K (Fillokhinon). Dari tigabelas vitamin tersebut digolongkan dalam dua kelas yaitu yang larut dalam lemak (A, D, E, K) dan vitamin larut dalam air (B1, B2, B6, Niasin, Asam pantotenat, Biotin, Asam folin, B12, C). Vitamin B1 sampai B12 biasa disebut vitamin B kompleks (Suhardjo dan Kusharto, 1992).
Secara garis besar vitamin dibutuhkan untuk pertumbuhan, sebagai prekusor esensial enzim dan melindungi juga menyembuhkan berbagai macam penyakit. Pada perkembangannya ternyata vitamin merupakan unsur komponen esensial pada koenzim dan gugus protestik enzim yang amat berperan pada proses metabolisme tubuh (Lehninger, 1990).
Vitamin A (Akseroftol)
Vitamin A merupakan jenis vitamin yang aktif dan terdapat dalam berbagai bentuk, yaitu: vitamin A alkohol (retinol), A akdehid (retinal), A asam (asam terinoat) dan A ester (ester retinil). Vitamin A pada umumnya stabil terhadap panas, asam dan alkali, tetapi mudah teroksidasi oleh udara dan rusak bila dipanaskan pada suhu tinggi baik melalui udara maupun sinar (Winarno, 1997b).
Vitamin A di dalam tumbuhan berupa senyawa isoprenoid atau yang dikenal dengan nama karoteonoid yang oleh hewan secara enzimatik dapat diubah menjadi vitamin A, misal pada Beta-karoten yang merupakan prekusor vitamin A di dalam usus kecil dengan enzim akan dipotong menjadi vitamin A (Lehninger, 1990).
Vitamin A mempunyai beberapa fungsi yang diuraikan oleh Simorangkir dan Simorangkir (tt):
1. Membantu pertumbuhan dan perbaikkan sel yang rusak di dalam tubuh.
2. Memelihara kesehatan kulit.
3. Memelihara mulut, hidung, kerongkongan dan paru-paru yang mudah terinfeksi.
4. Merangsang pelepasan asam lambung untuk membantu pencernaan.
5. Menolong pengerasan tulang dan gigi.
6. Menolong dalam pembuatan sel-sel darah.
7. Memelihara kesehatan mata.
8. Menolong dalam produksi RNA.
Provitamin A berupa pigmen berwarna kuning atau oranye yang memberi warna pada ubi, wortel, labu kuning, jagung kuning dan sayur-sayuran hijau (Suhardjo dan Kusharto, 1992). Sumber bahan pangan hewani mengandung vitamin A terutama pada sus, keju, kuning telur, hati dan berbagai ikan yang tinggi kandungan lemaknya (Winarno, 1997b).
Kebanyakan vitamin A (hipervitaminosis) dapat menyebabkan toksin dalam tubuh, yang ditandai dengan cengeng, bengkak disekitar tulang-tulang yang panjang dan kulit kering dan gatal pada anak-anak. Pada orang dewasa ditandai dengan sakit kepala, mual dan diare (Suhardjo dan Kusharto, 1992). Kekurangan vitamin A akan menyebabkan penyakit xerofthalmia atau keratinasi pada konjungtiva mata dan nyctalopia atau rabun senja (Winarno, 1997b).
Satuan takaran untuk vitamin A adalah International Unit (IU) atau Satuan Internasional (SI). Jumlah kebutuhan vitamin A untuk bayi dan anak-anak dibawah 10 tahun 1.200 sampai 2.400 IU, orang dewasa 3.500 sampai 4.000 IU (Winarno, 1997b), wanita menyusui 800 SI dan wanita hamil 6.000 SI (Suhardjo dan Kusharto, 1992).
Vitamin D
Ada dua vitamin D yang penting, yaitu vitamin D2 atau ergo kalsiferol dan Vitamin D3 atau 7-dehidrokholesterol kolikolaferol (Winarno, 1997b). Vitamin D termasuk dalam golongan zat organik yang dikenal sebagai senyawa sterol, yaitu senyawa dengan molekul besar yang mengandung gugus alkohol dan mempunyai sifat larut dalam lemak. Sterol senyawa yang tahan panas, oksidasi, asam dan basa tetapi peka terhadap cahaya yang mempunyai gelombang pendek atau ultraviolet (Suhardjo dan Kusharto, 1992).
Vitamin D mempunyai fungsi antara lain seperti berikut seperti yang dikemukakan oleh Simorangkir dan Simorangkir (tt):
1. Membantu penyerapan kalsium dan asimilasi fosforuntuk pertumbuhan tulang pada anak-anak yang
sedang tumbuh.
2. Mengatur kestabilan susunan syaraf, denyutan jantung, dan pengentalan darah yang normal.
Vitamin D terdapat hampir pada semua bahan pangan dan dapat diproduksi sendiri oleh tubuh bila kulit terkena sinar matahari maka kolesterol yang ada pada lapisa kulit akan diubah menjadi vitamin D (Simorangkir dan Simorangkir, tt). Provitamin D yang terdapat dalam tumbuhan dan hewan akan menghasilkan vitamin D yang berbeda jika kena sinar matahari. Pada tumbuhan ergosterol yang merupakan provitamin D2 akan dirombak menjadi vitamin D2 dan derivat kolesterol pada hewan akan yang merupakan provitamin D3 dirombak menjadi vitamin D3 (Suhardjo dan Kusharto, 1992).
Kebanyakan vitamin D akan mengakibatkan pengerasan dinding pembuluh darah dan saluran-saluran dlam ginjal. Gejala-gejala yang timbul jika dosis vitamin D yang terlalu tinggi yaitu hilang nafsu makan, mual , muntah-muntah, mencret, otot lemah, pusing, pengapuran jaringan-jaringan jantung, pembuluh darah dan paru-paru (Simorangkir dan Simorangkir (tt). Kekurangan vitamin D akan mengakibatkan gangguan penyerapan kalsium dan fosfor pada saluran pencernaan dan gangguan mineralisasi struktur tulang dan gigi. Tiga jenis keadaan yang dijumpai pada penderita kekurangan vitamin D:
1. Ricketsia, diderita oleh anak-anak yang ditandai dengan bengkoknya kaki sehingga membentuk huruf O.
2. Tetani, gejala yang ditandai dengan bengkoknya pergelangan tangan dan sendi akibat rendahnya kalsium
dalam serum dan rusaknya kelenjar paratiroid.
3. Osteomalacia, diderita oleh orang-orang dewasa seperti pada ricketsia (Winarno, 1997b).
Jumlah kebutuhan vitamin D untuk bayi dan anak-anak 400 IU (10 mg) per hari (Winarno, 1997b) dan ibu hamil tambahan 400 SI sehari Suhardjo dan Kusharto, 1992) atau secara umum 400 IU per hari (Simorangkir dan Simorangkir (tt).
Vitamin E
Vitamin E terdiri dari tiga jenis molekul, alfa, beta dan gama-tokoferol, dari ketiga jenis tersebut alfa-tokoferol adalah jenis yang terpenting (Lehninger, 1990). Vitamin E juga bersifat sebagai antioksidan, mencegah oksidasi vitamin A dalam saluran pencernaan dan mencegah oksidasi asam lemak tak jenuh (Winarno, 1997b).
Vitamin E mempunyai beberapa fungsi antara lain sebagai antioksidan lemak sehingga mencegah terjadinya radikal bebas penyebab kanker, mencegah oksidasi vitamin C dan B kompleks dalam saluran pencernaan, membantu pernapasan sel dan otot, membesarkan saluran pembuluh darah dan mencegah terjadinya pengentalan darah, (Simorangkir dan Simorangkir, tt). Dari berbagai fungsi tersebut maka vitamin E digunakan untuk berbagai percobaan pengobatan terhadap gangguan menstruasi, pencegahan keguguran, meningkatkan produksi susu, dan sebagai obat gangguan kardiovaskular (Winarno, 1997b).
Kekurangan vitamin E menyebabkan sel-sel darah merah pecah, mengganggu penyerapan zat besi, mengganggu produksi hemoglobin, mengganggu pemakaian beberapa asam amino tertentu, mengganggu fungsi kelenjar pituatari dan adrenal, kemerosotan otot pada testes sehingga akan mandul, keguguran dan kelahiran bayi prematur dan timbulnya penyakit jantung, arteroklerosis dan kanker. Pada kondisi kekurangan vitamin E yang berkepanjangan bisa menyebabkan penyakit saluran pencernaan, penyumbatan saluran empedu dan peradangan pankreas. Pada kondisi pemakaian vitamin E dosisi tinggi dapat menaikkan tekanan darah sehingga tidak dianjurkan unutk penderita penyakit tegangan darah tinggi (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
Angka kebutuhan vitamin E untuk bayi dibawah satu tahun 4 sampai 5 SI, untuk wanita 12 SI, untuk pria dewasa 15 SI (Winarno, 1997b), anak-anak dan remaja 7 sampai 12 IU, ibu hamil dan menyusui 15 IU dan orang yang baru sakit 300 sampai 600 IU per hari (Simorangkir dan Simorangkir, tt). Vitamin E banyak terdapat pada minyak lembaga gandum, minyak jagung, padi-padian, sayuran daun, hati, lemak, telur, mentega dan susu (Suhardjo dan Kusharto, 1992).
Vitamin K
Pada kebanyakan tanaman tingkat tinggi bentuk utama vitamin K berupa vitamin K1 dan K2, yang merupakan golongan naftokuinon dengan rantai sisi isoprenoid yang berbeda panjangnya (Lehninger, 1990). Vitamin K1 mula-mula ditemukan dengan isolasi dari rumput alfafa dan K2 diisolasi dari tepung ikan busuk, juga dapat disintesis dalam saluran pencernaan oleh bakteri. Vitamin K juga dapat diproduksi secara sintesis dengan nama manadion atau vitamin K3 yang mempunyai kekuatan tiga kali dibanding vitamin K. Vitamin K larut dalam lemak dan tahan panas tetapi mudah rusak oleh radiasi, asam dan alkali (Winarno, 1997b).
Vitamin K berfungsi sebagai pembantu pembentukan suatu enzim di dalam hati yang disebut protrombin yang berfungsi sebagai koagulan pada pembekuan darah (Simorangkir dan Simorangkir, tt). Protrombin merupakan protein plasma darah yang merupakan prekusor inaktif dari trombin, yang berfungsi sebagai enzim yang mengubah protein fibrinogen plasma darah menjadi fibrin yang merupakan protein serat yang dapat menggabungkan gumpalan darah atau koagulasi darah (Lehninger, 1990).
Kekurangan vitamin K dapat menyebabkan beberapa penyakit seperti celiac diseases (salah cerna dalam usus), sprue (salah cerna pada orang dewasa), colitis, dan pendarahan yang tidak bisa berhenti. Vitamin K dapat digunakan untuk mengurangi folume darah ketika haid, mengurangi rasa kejang dan keguguran. Penggunaan vitamin K yang berlebihan dapat menyebabkan penimbunan cadangan vitamin K yang dapat meracuni tubuh (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
Angka kebutuhan vitamin K harian untuk bayi baru lahir 1 sampai 5 mg dan orang dewasa 300 sampai 500 mcg (Simorangkir dan Simorangkir, tt). Vitamin K banyak terdapat pada sayuran hijau seperti bayam, kobis, bunga kol (Winarno, 1997b), kuning telur, minyak kedelai dan hati Suhardjo dan Kusharto, 1992).
0 komentar:
Post a Comment