Friday, June 21, 2013

Pengertian MONOLOG

MONOLOG
Monolog adalah kegiatan berkomunikasi atau berbicara yang dilakukan dalam satu arah. Dalam monolog ini hanya ada seorang pembicara, dan yang lain sebagai pendengar. Pembicaraan hanya terjadi dalam satu arah. Yang termasuk dalam bentuk berbicara monolog dan akan dibahas dalam bab ini adalah  perkenalan, bercerita, dan pembawa acara. Pidato juga termasuk jenis monolog, namun karena pidato ini memerlukan uraian yang panjang, maka dalam diktat Berbicara Retorik yang sederhana ini masalah pidato akan dibahas dalam bab tersendiri.

A. Perkenalan
            Perkenalan merupakan salah satu kegiatan berbicara yang sering dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Dengan perkenalan ini kita akan dikenal oleh orang lain dan akan menjadikan hubungan yang akrab. Perkenalan dapat dilakukan sendiri dan juga bisa diperkenalkan oleh orang lain. Dalam perkenalan, ada hal-hal yang perlu mendapat perhatian dari  orang yang memperkenalkan diri, atau pun orang yang diperkenalkan. Hal-hal yang akan disebutkan atau diperkenalkan perlu diperhatikan karena budaya daerah tertentu juga mempengaruhi apa yang akan disebutkan. Masalah usia kadang ada orang yang merasa  tidak suka untuk disebutkan dalam perkenalan.
            Widyamartaya (2002: 22-23) mengemukakan bahwa perkenalan dapat dilakukan dengan menyebutkan hal-hal berikut:
1.    Sekitar nama, makna dan latar pemberian nama, lebih-lebih bila ada sesuatu yang istimewa terkait dengan nama tersebut,
2.    Sekitar tempat tinggal: ceritakan tentang rumah, desa atau kampung Anda, lebih-lebih sesuatu yang istimewa, dan sebagainya,
3.    Sekitar hobi, sebab memilih hobi itu, bagaimana memupuk hobi itu, sudah berapa lama berlangsung, dan sebagainya,
4.    Sekitar keluarga, jumlah saudara, jumlah yang sudah berkeluar­ga/bekerja dan yang masih sekolah, pekerjaan ayah dan ibu, dan sebagainya,
5.    Sekitar cita-cita
6.    Pendidikan atau instansi tempat bekerja, dan sebagainya.

Dalam acara seminar atau acara yang lain, biasanya perkenalan dilakukan oleh orang lain, biasanya pemimpin sidang atau moderator. Hal-hal yang perlu diperkenalkan menurut Haryadi ( 1994) antara lain adalah:
1.    Nama pembicara termasuk gelar,
2.    Instansi dan jabatannya,
3.    Pengalaman di bidang akademik serta riwayat pekerjaannya,
4.    Pusat perhatian ilmiahnya,
5.    Data hasil penelitian serta karya ilmiahnya terutama yang berkaitan dengan topik pembicaraan.
Menurut Asdi S. Dipodjojo (1982: 45-46) untuk memperkenalkan pembicara ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, yaitu:
1.    Lakukan perkenalan itu dengan sungguh-sungguh, penuh khitmat dan hormat. Hindari sikap dan suara yang bernada sinis dalam memperkenalkan pembicara.
2.    Lakukan yang wajar, artinya hormat dan khitmat tetapi tidak berlebih-lebihan atau over acting.
3.    Perkenalan boleh juga dibumbui dengan humor dalam batas tetap menjaga perasaan pembicara,
4.    Usahakan jangan terlalu banyak memakan waktu untuk perkenalan itu, sehingga perhatian pendengar tidak terpindahkan dari pembicara ke ketua sidang,
5.    Berbicaralah yang cukup  terpindahkan dari pembicara ke ketua sidang,
6.    Berbicaralah yang cukup keras dan jelas, berilah tekanan kata-kata yang perlu, misalnya nama pembicara, judul pembicaraan, dan lain-lain.

B.   Bercerita
            Bercerita atau mendongeng adalah menyampaikan rangkaian peristiwa yang dialami oleh sang tokoh.  Tokoh cerita tersebut dapat berupa manusia, binatang, dan makhluk-makhluk lain, baik tokoh-tokoh nyata maupun tokoh-tokoh rekaan.
            Sebelum bercerita, perlu dilakukan pemilihan cerita yang akan disampaikan. Menurut Wilson Nadeak (1987: 15) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih cerita, di antaranya adalah:
1.    Untuk siapa cerita itu?
2.    Apa yang hendak dikemukakan atau diajarkan melalaui cerita itu?
3.    Bagaimana sumbernya, apakah layak dipercaya?
4.    Apakah akan membangkitkan rasa pemberani, penurut, atau  pengabdi?
5.    Apakah cerita itu memang baik untuk diceritakan?
            Dalam menyampaikan cerita atau bercerita harus memperhatikan unsur-unsur cerita yang ada dalam cerita. Unsur cerita yang diperhatikan tersebut antara lain adalah: (1) para tokoh dengan karakternya masing-masing, (2) setting atau latar tempat terjadinya peristiwa, (3) alur atau jalan cerita, dan (4) amanat atau tema cerita.
            Menurut Haryadi (1994) keterampilan bercerita ini menuntut berbagai kemampuan, di antaranya adalah kemampuan:
1.    mengingat-ingat unsur cerita,
2.    menggunakan bahasa yang baik secara improfisasi,
3.    meragakan adegan,
4.    menyelipkan humor yang segar,
5.    menghayati cerita, dan
6.    menyampaikan amanat.

            Sementara itu, latihan bercerita dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan, antara lain:

  1. Reproduksi cerita, yaitu dengan cara membaca cerita, memahami  dan mengahayatinya kemudian menceritakan cerita tersebut kepada pihak lain. 
  2. Cerita berantai, yaitu dengan cara bercerita yang dilakukan oleh seseorang kepada temannya, dan temannya ini diminta menceritakan kembali kepada teman lainnya, dan seterusnya sampai semua mendapat giliran untuk menyampaikan cerita yang diterimanya kepada teman yang lain, dan
  3. Bercerita bebas, yaitu bercerita tentang pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain yang dianggap paling menarik dalam hidup  secara bebas.

No comments:

Post a Comment