Monolog
adalah kegiatan berkomunikasi atau berbicara yang dilakukan dalam satu arah.
Dalam monolog ini hanya ada seorang pembicara, dan yang lain sebagai pendengar.
Pembicaraan hanya terjadi dalam satu arah. Yang termasuk dalam bentuk berbicara
monolog dan akan dibahas dalam bab ini adalah
perkenalan, bercerita, dan pembawa acara. Pidato juga termasuk jenis
monolog, namun karena pidato ini memerlukan uraian yang panjang, maka dalam diktat
Berbicara Retorik yang sederhana ini masalah pidato akan dibahas dalam bab
tersendiri.
A. Perkenalan
Perkenalan
merupakan salah satu kegiatan berbicara yang sering dilakukan dalam kehidupan
sehari-hari. Dengan perkenalan ini kita akan dikenal oleh orang lain dan akan
menjadikan hubungan yang akrab. Perkenalan dapat dilakukan sendiri dan juga
bisa diperkenalkan oleh orang lain. Dalam perkenalan, ada hal-hal yang perlu
mendapat perhatian dari orang yang
memperkenalkan diri, atau pun orang yang diperkenalkan. Hal-hal yang akan
disebutkan atau diperkenalkan perlu diperhatikan karena budaya daerah tertentu
juga mempengaruhi apa yang akan disebutkan. Masalah usia kadang ada orang yang
merasa tidak suka untuk disebutkan dalam
perkenalan.
Widyamartaya (2002: 22-23) mengemukakan bahwa perkenalan
dapat dilakukan dengan menyebutkan hal-hal berikut:
1.
Sekitar
nama, makna dan latar pemberian nama, lebih-lebih bila ada sesuatu yang
istimewa terkait dengan nama tersebut,
2.
Sekitar
tempat tinggal: ceritakan tentang rumah, desa atau kampung Anda, lebih-lebih
sesuatu yang istimewa, dan sebagainya,
3.
Sekitar
hobi, sebab memilih hobi itu, bagaimana memupuk hobi itu, sudah berapa lama
berlangsung, dan sebagainya,
4.
Sekitar
keluarga, jumlah saudara, jumlah yang sudah berkeluarga/bekerja dan yang masih
sekolah, pekerjaan ayah dan ibu, dan sebagainya,
5.
Sekitar
cita-cita
6.
Pendidikan
atau instansi tempat bekerja, dan sebagainya.
Dalam acara seminar atau acara yang lain,
biasanya perkenalan dilakukan oleh orang lain, biasanya pemimpin sidang atau
moderator. Hal-hal yang perlu diperkenalkan menurut Haryadi ( 1994) antara lain
adalah:
1. Nama pembicara termasuk gelar,
2. Instansi dan jabatannya,
3. Pengalaman di bidang akademik serta riwayat pekerjaannya,
4. Pusat perhatian ilmiahnya,
5. Data hasil penelitian serta karya ilmiahnya terutama yang berkaitan
dengan topik pembicaraan.
Menurut Asdi S.
Dipodjojo (1982: 45-46) untuk memperkenalkan pembicara ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan, yaitu:
1.
Lakukan
perkenalan itu dengan sungguh-sungguh, penuh khitmat dan hormat. Hindari sikap
dan suara yang bernada sinis dalam memperkenalkan pembicara.
2.
Lakukan
yang wajar, artinya hormat dan khitmat tetapi tidak berlebih-lebihan atau over
acting.
3.
Perkenalan
boleh juga dibumbui dengan humor dalam batas tetap menjaga perasaan pembicara,
4.
Usahakan
jangan terlalu banyak memakan waktu untuk perkenalan itu, sehingga perhatian
pendengar tidak terpindahkan dari pembicara ke ketua sidang,
5.
Berbicaralah
yang cukup terpindahkan dari pembicara
ke ketua sidang,
6.
Berbicaralah
yang cukup keras dan jelas, berilah tekanan kata-kata yang perlu, misalnya nama
pembicara, judul pembicaraan, dan lain-lain.
Bercerita
atau mendongeng adalah menyampaikan rangkaian peristiwa yang dialami oleh sang
tokoh. Tokoh cerita tersebut dapat
berupa manusia, binatang, dan makhluk-makhluk lain, baik tokoh-tokoh nyata
maupun tokoh-tokoh rekaan.
Sebelum
bercerita, perlu dilakukan pemilihan cerita yang akan disampaikan. Menurut
Wilson Nadeak (1987: 15) ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam memilih
cerita, di antaranya adalah:
1. Untuk siapa cerita itu?
2. Apa yang hendak dikemukakan atau diajarkan melalaui cerita itu?
3. Bagaimana sumbernya, apakah layak dipercaya?
4. Apakah akan membangkitkan rasa pemberani, penurut, atau pengabdi?
5. Apakah cerita itu memang baik untuk diceritakan?
Dalam menyampaikan cerita atau bercerita harus
memperhatikan unsur-unsur cerita yang ada dalam cerita. Unsur cerita yang
diperhatikan tersebut antara lain adalah: (1) para tokoh dengan karakternya
masing-masing, (2) setting atau latar tempat terjadinya peristiwa, (3) alur
atau jalan cerita, dan (4) amanat atau tema cerita.
Menurut Haryadi (1994) keterampilan bercerita ini
menuntut berbagai kemampuan, di antaranya adalah kemampuan:
1.
mengingat-ingat
unsur cerita,
2.
menggunakan
bahasa yang baik secara improfisasi,
3.
meragakan
adegan,
4.
menyelipkan
humor yang segar,
5.
menghayati
cerita, dan
6.
menyampaikan
amanat.
Sementara
itu, latihan bercerita dapat dilakukan melalui berbagai kegiatan, antara lain:
- Reproduksi cerita, yaitu dengan cara membaca cerita, memahami dan mengahayatinya kemudian menceritakan cerita tersebut kepada pihak lain.
- Cerita berantai, yaitu dengan cara bercerita yang dilakukan oleh seseorang kepada temannya, dan temannya ini diminta menceritakan kembali kepada teman lainnya, dan seterusnya sampai semua mendapat giliran untuk menyampaikan cerita yang diterimanya kepada teman yang lain, dan
- Bercerita bebas, yaitu bercerita tentang pengalaman pribadi atau pengalaman orang lain yang dianggap paling menarik dalam hidup secara bebas.
No comments:
Post a Comment