Monday, August 5, 2013

Penyebab essensial karsinoma colorectal

ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO - Penyebab essensial karsinoma colorectal adalah karena proses perubahan genetik pada sel epitel mukosa colon. Faktor-faktor epidemiologi seperti usia, ras, gizi, status ekonomi, kebiasaan merokok, makan makanan panas atau yang di bakar terlalu sering, dll telah memberikan bukti-bukti risiko terhadap risiko terjadinya kanker colon. Tetapi faktor-faktor utama yang kini dipercaya mengawali munculnya karsinoma colon diantaranya adalah efek mutagen dari feses, intake daging yang berlebihan, asam sempedu yang tinggi dalam colon, gangguan intake vitamin dan mineral. 4

Mutagen feses
Komponen mutagen seperti fecapentaenes, 3-ketosteroids, dan heterocyclic amines yang terdapat di dalam feses dapat menimbulkan interaksi dari digesti dan produk makanan. Komponen ini menimbulkan reaksi molekul DNA yang merugikan menjadi sel karsinoma. Salah satu pengaruh utama dari diet adalah menghasilkan mutagen feses dengan diet-diet tertentu. Semakin lama transit feses dalam colon maka memperlama kontak mukosa dengan mutagen. Diet tinggi serat dapat mempercepat transit feses dengan mukosa colon, maka dapat menurunkan risiko karsinoma colon.

Intake daging  berlebihan
Angka kanker kolorektal di berbagai negara menunjukkan hubungan yang kuat antara keberadaan lemak hewani dan daging dalam diet. Di negara seperti Jepang, yang dietnya secara tradisional banyak mengandung lemak yang rendah dan telah terganti dengan diet barat, insidensi kanker kolorektal selama lebih dari 50 tahun telah meningkat 2,5 kali lipat. Intake lemak dalam diet barat sekarang ini diperkirakan sekitar 30-45% dari total kalori. Data dari beberapa penelitian kini telah menunjukkan konsumsi daging merah yang sering merupakan faktor terpenting yang menentukan pada meningkatnya risiko kanker kolorektal. Morris
  
Armstrong dan Doll (1975) mengemukakan adanya korelasi yang tinggi antara intake daging dan karsinoma kolorectal, terutama intake daging merah berlebihan dan makan daging yang dimasak dengan suhu yang tinggi. Korelasi ini dipercaya karena tingginya heterocyclic amines yang ditemukan dalam daging.

Asam empedu
Asam empedu berhubungan dengan pencernaan lemak yang dapat menginduksi hiperproliferasi mukosa usus, yang merupakan marker risiko neoplasia. Asam empedu dalam colon menunjukkan dapat mengaktivasi faktor transkripsi AP-1 yang dapat merubah sel colon menjadi sel neoplasia. Kolesistektomi dapat menyebabkan tingginya kadar asam empedu dalam cecum dan colon asenden sehingga meningkatkan risiko karsinoma colon kanan.

Rendahnya intake vitamin dan mineral
Kalsium dapat mencegah proliferasi mukosa dengan mengikat asam lemak dan asam empedu dalam feses, menghasilkan kompleks tidak larut yang kurang mempengaruhi mukosa usus. Kalsium juga dapat menurunkan proliferasi mukosa secara langsung. Selain kalsium, Folat, vitamin A, C, D, dan E juga memiliki potensi dalam menurunkan risiko karsinoma colon. 

FAKTOR RISIKO
Usia
            Dalam populasi umum, insiden karsinoma colon mulai meningkat secara bermakna setelah usia 40 sampai 45 tahun dan mencapai puncaknya pada usia 75 tahun. Hal ini akibat kerja materi karsinogenetik pada sel colon dalam peningkatan periode. Resiko kira-kira sama bagi pria dan wanita di atas 40 tahun, bila muncul sebelum 40 tahun, maka biasanya terjadi bersama sejumlah factor resiko lain terutama familial. 5

Diet
Diet zat makanan yang kurang mengandung serat telah dilaporkan sebagai faktor pokok yang bertanggung jawab untuk timbulnya karsinoma kolorectal pada orang Afrika asli. Hipotesisnya adalah bahwa diet serat behubungan waktu transit yang lebih pendek, sehingga hanya menyebabkan kontak pendek dari karsinogen dengan mukosa.[5] Penurunan waktu transit juga mengurangi kerja bakteri dalam isi colon. Konsentrasi fecal asam empedu telah dipelajari pada pasien karsinoma colon dan  cara pengendaliannya.
Telah diketahui bahwa konsentrasi yang lebih tinggi dari asam empedu sudah umum pada pasien yang menderita karsinoma kolorectal dan tidak biasa pada individu normal. Asam empedu dapat meningkat oleh diet lemak dan menurun oleh serat.  Dan juga disebutkan bahwa bakteri fecal diubah menjadi populasi yang beresiko tinggi sebagai hasil dari diet dan asam empedu, seperti halnya sterole netral lainnya yang mungkin dikonversi oleh fecal yang terpilih menjadi penyebab karsinoma atau karsinogen.4

Ras
Jumlah karsinoma colon proksimal diperkirakan lebih tinggi pada ras kulit hitam dibanding dengan kulit putih. 4

Penyakit Penyerta
            Hampir semua pasien polipolis familial, suatu keadaan dengan cara penurunan autosom dominan dengan 80 persen penetrasi, menderita karsinoma colon, kecuali bila dilakukan coectomi. Kelompok beresiko tinggi lain terdiri dari pasien sindrom Gardner tempat polip adenomatosa berkembang di dalam colon serta disertai dengan tumor jaringan lunak dan paru. Pasien sindrom Turcot (tumor system saraf pusat) atau sindrom Oldfield (kista sebasea yang luas) beresiko tinggi menderita karsinoma colon. Kadang-kadang sindrom Peutzjeghers dapat dihubungkan dengan karsinoma lambung, ileum dan duodenum. Pasien polipolis juvenilis juga beresiko tinggi bagi karsinoma, dan keluarganya lebih mungkin menderita polip adenomatosa dan karsinoma colon. Kolitis ulserativa sering disertai kemudian dengan timbulnya karsinoma colon. Resiko mulai naik sekitar 10 tahun setelah mulainya penyakit dan diperkirakan 20 sampai 30 persen pada 20 tahun. Resiko dua kali lipat pada pasien yang kolitis dimulai sebelum usia 25 tahun. Kolitis granulomatosa (penyakit Crohn) umumnya juga dianggap premaligna, terutama bila usia mulainya sebelum 21 tahun, tetapi peringkat besar resiko kurang dan pasien kolitis ulserativa. 5

Polip colon
            Berbagai polip colon dapat berdegenerasi maligna dan setiap polip kolon harus dicurigai. Normalnya kromosom sehat mengontrol pertumbuhan dari sel. Jika kromosomnya rusak, pertumbuhan sel menjasi tisak terkontrol, tumbuh polip. Polip colon menunjukkan jinak, bila bertahun-tahun polip colon jinak dapat menjadi karsinoma.6

Inflammatory Bowel Disease
            Penyakit inflamasi pada colon ini yaitu kolitis ulseratif dan kolitis granulomatosa (Crohn’s disease) berisiko menjadi karsinoma colon sangat tinggi untuk pasien dengan riwayat penyakit tersebut dalam jangka waktu yang lama. Risiko dari karsinoma colon sangat jelas terjadi setelah 10 tahun menderita colitis. 6

Perubahan dalam mikroflora colon
            Sifat flora bakteri usus dapat ditentukan dengan diet, dan bahwa diet juga memberikan substrat bagi perubahan yang diinduksi bakteri apapun pada isi usus normal menjadi karsinogen. 5

Faktor genetik
Riwayat keluarga dapat menunjukkan adanya abnormalitas genetik atau berhubungan dengan faktor lingkungan atau bahkan keduanya. Perubahan gen yang diturunkan secara spesifik (ex, adenomatous polyposis coli (APC) gen) dan kelainan genetik yang didapat (ex, mutasi titik gen pada ras tertentu, delesi allel pada lokasi spesifik dari kromosom 5, 17, dan 18) tampaknya dapat menjadi langkah transformasi dari mukosa colon yang normal menjadi mukosa yang malignan secara progresif. Dua kondisi yang menjadi predisposisi terhadap sindroma kanker colorectal yang diturunkan adalah fibroadenoma polyposis (FAP) dan hereditary nonpolyposis colorectal cancer syndrome (HNPCC). Selain abnormalitas dari gen, lokasi tumor juga dianggap dapat mempengaruhi terhadap kanker colorectal yang diturunkan. Tumor di colon distal menunjukkan ketidakstabilan genetik yang lebih hebat dibanding dengan tumor di colon proksimal, dengan arti tumor di colon distal mempunyai risiko diturunkan yang lebih besar. 4

Merokok
Pria dan wanita yang merokok selama 20 tahun mempunyai risiko 3 x lebih tinggi terhadap timbulnya adenoma kecil (< 1 cm). Merokok lebih dari 20 tahun mempunyai risiko 2,5 x terhadap timbulnya adenoma yang lebih besar. 4

DAFTAR PUSTAKA
  1. Lippincott, William, Wilkins. Cancer, principles and practice. Edisi 6. 2001 
  2. Schwartz. Principles of Surgery. Edisi 7. 1998 
  3. Appleton & Lange, Maingot’s Abdominal Operation, Tenth Edition, Zinner Vol I, Chapter 42, Tumor Of The Colon; page 1281 – 1300. 
  4. Morris. Oxford Textbook of Surgery. Edisi 2. Oxford Press. London. 2000 
  5. M. Copeland III E, M.D. & I. Bland K, M.D., Buku Ajar Bedah Sobiston, Bagian I, Penerbit GEC, Jakarta 1995, Hal.: 37 – 40 
  6. http :// www. medicinenet.com/colon_cancer/article.htm. Colon Cancer Information on Causes, Symptoms, Test to Detect of the Colon and Rectum, Diakses 21 Juni 2008 
  7. Casciato, Lowitz. Manual of Clinical Oncology. 2000 
  8. R. Sjamsuhidajat & Wim De Jong, Buku ajar ilmu bedah, Edisi revisi, Penerbit EGC, Jakarta 1997, Hal.: 646 – 663

No comments:

Post a Comment