Rintisan Usaha Wirausaha Baru Depnaker bekerjasama dengan LSM dan koperasi konsultasi bisnis Jawa Barat, telah beberapa angkatan mengadakan pembinaan wirausaha baru. Pesertanya adalah remaja putus sekolah, tamatan perguruan tinggi yang belum bekerja, dan karyawan yang kena pemutusan hubungan kerja.
Pada akhir masa pembinaan, para peserta ditugaskan untuk magang pada beberapa unit usaha. Setelah magang selesai, mereka berkelompok membuka usaha baru, modal awal disediakan oleh Depnaker. Di dalam pelatihan wirausaha baru yang dikembangkan oleh Depnaker tampak wirausaha baru ini melaksanakan kegiatan magang di berbagi perusahaan, antara lain perusahaan gula batu, gula semut, agar kering, perhiasan imitasi, topi, tatak gelas, payung geilis, sepatu sandal, bedcover, madu, lampu gantung, kesed, baju, gitar, sarung tangan, busana Muslim, kerudung udang, minyak kelapa, tas kain, manisan buah, mebel, sale pisang, kentang kering, batik, bordir, ternak ayam, dan sebagainya. Kemudian setelah mereka selesai menjalani pembinaan wirausaha baru, maka merek membentuk kelompok-kelompok menggerakkan satu usaha baru.
Kegiatan usaha yang mereka kembangkan antara lain: café, warung serba ada, pujasera, ternak ikan lele, ternak cacing, usaha toko, rendah komputer, daur ulang sampah, distributor, usaha menjual sembako, kiospon, elektronika, pakaian jadi, sepatu sandal, simpan pinjam, keripik singkong, sayur, karpet, pembuatan bata merah, ternak ayam, usaha pupuk, usaha alat tulis, pembuatan gula kelapa, pemasaran topi, pemasaran susu, dan sebagainya.
Pilihan usaha yang akan dikembangkan ini tergantung kepada minat, pengetahuan, dan fasilitas yang ada pada masing-masing kelompok. Pilihan mereka tampaknya mencakup dua bidang bisnis utama yaitu produksi dan perdagangan.
Jadi, kalau dikaji lebih lanjut, bagi orang-orang kreatif banyak terbuka lapangan untuk berwirausaha. Sebelum sampai ke penetapan pilihan usaha apa yang akan dibuka maka calon usahawan, harus melakukan survey, observasi lapangan, dan banyak bertanya bagaimana seluk-beluk usaha bisnis dalam bidang tertentu. Kita harus tetap berhati-hati jangan sampai mendapat teman palsu yang pura-pura mau menjadi partner baik tetapi malah menjerumuskan. Bolehlah kita berasumsi bahwa tidak semua orang itu baik. Asumsi ini akan membuat kita lebih waspada terjun ke lapangan bisnis.
Pada akhir masa pembinaan, para peserta ditugaskan untuk magang pada beberapa unit usaha. Setelah magang selesai, mereka berkelompok membuka usaha baru, modal awal disediakan oleh Depnaker. Di dalam pelatihan wirausaha baru yang dikembangkan oleh Depnaker tampak wirausaha baru ini melaksanakan kegiatan magang di berbagi perusahaan, antara lain perusahaan gula batu, gula semut, agar kering, perhiasan imitasi, topi, tatak gelas, payung geilis, sepatu sandal, bedcover, madu, lampu gantung, kesed, baju, gitar, sarung tangan, busana Muslim, kerudung udang, minyak kelapa, tas kain, manisan buah, mebel, sale pisang, kentang kering, batik, bordir, ternak ayam, dan sebagainya. Kemudian setelah mereka selesai menjalani pembinaan wirausaha baru, maka merek membentuk kelompok-kelompok menggerakkan satu usaha baru.
Kegiatan usaha yang mereka kembangkan antara lain: café, warung serba ada, pujasera, ternak ikan lele, ternak cacing, usaha toko, rendah komputer, daur ulang sampah, distributor, usaha menjual sembako, kiospon, elektronika, pakaian jadi, sepatu sandal, simpan pinjam, keripik singkong, sayur, karpet, pembuatan bata merah, ternak ayam, usaha pupuk, usaha alat tulis, pembuatan gula kelapa, pemasaran topi, pemasaran susu, dan sebagainya.
Pilihan usaha yang akan dikembangkan ini tergantung kepada minat, pengetahuan, dan fasilitas yang ada pada masing-masing kelompok. Pilihan mereka tampaknya mencakup dua bidang bisnis utama yaitu produksi dan perdagangan.
Jadi, kalau dikaji lebih lanjut, bagi orang-orang kreatif banyak terbuka lapangan untuk berwirausaha. Sebelum sampai ke penetapan pilihan usaha apa yang akan dibuka maka calon usahawan, harus melakukan survey, observasi lapangan, dan banyak bertanya bagaimana seluk-beluk usaha bisnis dalam bidang tertentu. Kita harus tetap berhati-hati jangan sampai mendapat teman palsu yang pura-pura mau menjadi partner baik tetapi malah menjerumuskan. Bolehlah kita berasumsi bahwa tidak semua orang itu baik. Asumsi ini akan membuat kita lebih waspada terjun ke lapangan bisnis.
0 komentar:
Post a Comment