Sunday, October 25, 2009

POLA PEMIKIRAN DAN DASAR-DASAR ISTINBATH

POLA PEMIKIRAN DAN DASAR-DASAR ISTINBATH HUKUM IMAM-IMAM MAZHAB : Para Imam Mujtahid seperti Imam Hanafi, Maliki, Syafi'i dan Imam Ahmad bin Hanbali, sudah cukup dikenal di Indonesia oleh sebagian besar ummat Islam. Bagi ilmuwan, selain Imam Mazhab empat itu, juga mereka kenal seperti: Imam Daud az-Zahiri; Imam Syi'ah Zaidiyah, Syi'ah Imamiyah dan Imam Mujtahid lainnya. Akan tetapi untuk mengetahui pola pemikiran masing­-masing Imam Mazhab itu sangat terbatas. Bahkan ada yang cenderung hanya ingin mendalami mazhab tertentu saja. Hal ini disebabkan karena pengaruh lingkungan atau karena ilmu yang hanya dari ulama/guru yang menganut suatu mazhab saja.
Menganut suatu aliran mazhab saja, sebenarnya tidak ada larangan, tetapi jangan hendaknya menutup pintu rapat-rapat, sehingga tidak dapat melihat pemikiran-pemikiran yang ada pada mazab yang lain yang juga bersumber dari al-Quran dan Sunnah Rasulullah SAW. Hal ini dimaksudkan, agar seseorang tidak fanatik kepada satu mazhab.

Andaikata sukar menghindari kefanatikan kepada satu mazab, sekurang-kurangnya mampu menghargai pendapat or­ang yang berbeda dengan pendapatnya. Di bawah ini akan dikemukakan beberapa tokoh Imam Mazhab.

1. IMAM HANAFI (80H - 150H)

1.1 Tempat Lahir dan Silsilahnya

Imam Hanafi dilahirkan di kota Kufah pada tahun 801 H (699 M). Nama beliau sejak kecil ialah Nu'man bin Tsabit bin Zauth bin Mah. Ayah beliau keturunan dari bangsa Persi (Afganistan) yang sudah menetap di Kufah.

Pada masa beliau dilahirkan pemerintahan Islam berada di tangan Abd. Malik bin Marwan, Raja Bani Umayyah yang ke-5. Beliau diberi gelar Abu Hanifah, karena di antara putranya ada yang bernama Hanifah. Ada lagi menurut riwayat lain bergelar Abu Hanifah, karena begitu taatnya beliau beribadah kepada Allah, yaitu berasal dari bahasa Arab Haniif yang condong atau cenderung kepada yang benar. Menurut riwayat pula, beliau diberi gelar Abu Hanifah, karena begitu dekat dan eratnya beliau berteman dengan tinta. Hanifah menurut bahasa Irak adalah tinta.



1.2 Kecerdasan Imam Hanafi

Kecerdasan Imam Hanafi dapat kita ketahui melalui pengakuan dan pernyataan para ilmuwan, di antaranya: 
  1. Imam Ibnul Mubarak pernah berkata: "Aku belum pernah melihat seorang laki-laki lebih cerdik daripada Imam Abu Hanifah".
  2. Imam Ali bin Ashim berkata: "Jika sekiranya ditimbang akal Abu Hanifah dengan akal penduduk kota ini, tentu akal mereka itu dapat dikalahkannya."
  3. Raja Harun al-Rasyid pernah berkata: "Abu Hanifah seorang yang dapat melihat dengan akalnya pada barang yang tidak dapat ia lihat dengan mata kepalanya".
  4. Imam Abu Yusuf berkata: "Aku belum pernah bersahabat dengan seorang yang cerdas dan cerdik melebihi kecerdasan akal pikiran Abu Hanifah”.
1.3 Kepandaian Imam Hanafi Tentang Fiqh
Imam Hanafi dikenal sangat rajin menuntut ilmu. Semua ilmu yang bertalian dengan keagamaan, beliau pelajari. Mula-mula ia pelajari hukum agama, kemudian ilmu kalam. Akan tetapi dalam bahasan ini, difokuskan kepada masalah fiqh saja, tanpa mengecilkan arti ilmu yang lain, dan beliau sendiri memang sangat cerdik mempelajari ilmu fiqh yang mengandung berbagai aspek kehidupan.

Imam Hammad bin Abi Sulaiman, adalah seorang guru beiau yang mewakilkan kepada beliau dalam mengajarkan agama dan meberikan fatwa. Kepercayaan ini diberikan, karena keluasan wawasan dan pandangan beliau dalam mengupas masalah fiqh. Imam Maliki pernah ditanya orang: "Pernahkah anda melihat Imam Abu Hanifah?". "Ya. saya pernah melihatnya. la adalah seorang laki-laki, jika anda berkata tentang tiang ini supaya ia jadikan emas, niscaya dia akan memberikan alasan-alasannya". 

Imam Syafi'i pernah berkata: "Manusia seluruhnya adalah menjadi keluarga dalam ilmu fiqh dan menjadi anak buah Imam Hanifah". 

Pengakuan dan pernyataan Imam Malik dan Imam Syafi'i genai kepandaian Imam Abu Hanifah dalam masalah fiqh, sudah cukup dijadikan alasan, bahwa betapa luasnya pandangan beliau dalam mengulas hukum-hukum Islam.

1.4 Kepandaia Imam abu Hanifah Tentang Ilmu Hadist
Dalam menetapkan suatu hukum, disamping al-Quran tentu Hadits/Sunnah Rasul, tidak beliau abaikan. Hal ini sengaja dietekankan supaya tidak ada kesan, bahwa beliau kurang memperhatikan Sunnah Rasul, karena beliau dijuluki sebagai "Ahlu Ra’yu.

Menurut Imam Abu Yusuf "Saya belum pernah melihat, orang yang lebih mengerti tentang Hadits dan tafsirnya, selain daripada Abu Hanifah. Ia tahu akan illat-illat Hadits, mengerti tentang ta'dil dan tarjih, mengerti tentang tingkatan Hadits yang sah atau tidak".

Imam Hanafi sendiri pernah berkata: "Jauhilah oleh kmu memperkatakan urusan agama Allah menurut pendapat sendiri, tidak menurut Hadits-hadits Nabi,". 

Beliau memang sangat selektif terhadap Hadits, sehingga Hadits yang dipandang lemah, beliau tinggalkan dan lebih mengutamakan rasio (analogi atau Qiyas). Untuk meyakinkan, bagaimana kecintaan beliau terhadap Hadits, sepantasnya kita melihat pernyataan dari riwayat berikut :
  1. Beliau pernah berkata: "Hendaklah kamu semua mcngikti atsar (bekas pimpinan orang yang terdahulu di masa Nabi dan para sahabat)". Hal ini berarti, bahwa dalam urusan agama tidak boleh mengada-ada.
  2. Beliau pernah jugaberkata: "Jauhilah olehmu akan perbuatan bid'ah dan mencari-cari bid'ah serta melampaui batas dalam urusan agama dan hendaklah kamu mengikuti urusan yang pertama sekali (Pimpinan Nabi SAW).
  3. Juga kata beilau: "Hendaklah kamu mengikuti akan atsar dan jauhkanlah akan tiap-tiap perkara yang baru, karena perkara yang baru dalam urusan ibadah adalah bid'ah".
1.5 Pendirian Imam Hanafi Tentang Taqlid
Sebagai seorang ulama, Imam Hanafi tidak membenarkan yang bertaqlid kepada beliau, tanpa mengetahui dasar/dalil; beliau pergunakan. Begitu juga kepada ulama-ulama lainnya. beliau menginginkan supaya seseorang bersikap kritis dalam merima fatwa dan ajaran agama, sehingga tidak ada seorang ia pun yang dikultuskan.

Imam Hanafi pernah berkata: "Tidak halal bagi seorang yang akan memberi fatwa dengan perkataanku, selama ia belum ngerti dari mana perkataanku itu".

Mungkin beliau ambil dari al-Quran, Hadits, Ijmak sahabat qiyas atau dari sumber lainnya. Pada suatu ketika beliau pcrnah ­ditanya seseorang: "Apabila engkau telah bcrkata, padahal menyalahi akan Kitab Allah, lalu bagaimana`?". Bcliau menjawab tinggalkan perkataanku, ikutilah Kitab Allah". Kemudian ditanya lagi: "Apabila menyalahi khabar (Hadits) Rasulullah?". Me­menjawab: "tingalkanlah perkataanku, ikutilah khabar dari Rasulullah". Lalu ditanya lagi: "Apabila menyalahi perkataan para sahabat Nabi?". Beliau menjawab: "Tinggalkan perkataanku, dan ikutilah para sahabat Nabi".

Dalam mengistinbathkan suatu hukum, beliau terlebih dahulu melihat kepada Kitabullah, dan bila tidak beliau temukan dilihat dari Sunnah Rasulullah, bila tidak ditemukan dalam Sunnah ilullah, beliau melihat perkataan (pendapat) para Sahabat, lalu tu ambil pendapat yang sesuai dengan jalan pikiran bcliau ditinggal mana yang tidak sesuai, dan bcliau tidak akan gambil pendapat selain dari para Sahabat itu. Apabila para 3bat semuanya sependapat dalam mcnclapkan suatu Hukum, iu pun akan mengikuti pendapat itu sepcnuhnya.

6. Dasar-dasar Mazhab Imam Hanafi

Imam Hanafi banyak sekali mengemukakan masalah-in, baru, bahkan beliau banyak menetapkan hukum-hukuiii belum terjadi.

Sebagai dasar yang beliau jadikan dalam menetapkan um adalah:

h 1. 2. 3. 4. 5. 6. Di

Al-Kitab As-Sunnah Aqwalush Shahabah Al-Qiyas

Al-Istihsan dan Urf

bawah ini akan dijelaskan mengenai dasar-dasar tersct atas:

Imam Maliki dilahirkan.di kotaMadinah daerah negeri Hijaz ~ tahun 93 H (712 M). Nama beliau adalah Maliki bin Abi r. Salah seorang kakeknya datang ke Madinah lalu berdiam .na. Kakeknya Abu Amir seorang sahabat yang turut menyak­n segala peperangan Nabi selain perang Badar. f

Pada masa Imam Maliki dilahirkan, Pemerintahan Islam ada mgan kekuasaan kepala negara Sulaiman bin Abdul Maliki i Barn Umayah yang ketujuh). Kemudian setelah beliau men­seorang alim besar dan dikenal di mana-mana, pada masa itu . penyelidikan beliau tentang hukum-hukum keagamaan di­dan diikuti oleh sebagian kaum rnuslimin. Buah hasil ijtihad w itu dikenal oleh orang banyak dengan sebutan mazhab Imam iki.

Pendidikan Imam Maliki
Beiiau mempelajari ilmu pada uiama-ulama Madinah, di an­para tabiin, para cerdik pandai clan para ahdi hukum agama. Guru beliau yang pertama adalah Abdur Rahman ibnu Hur­s, beliau dididik di tengah-tengah mereka itu sebagai seorang k yang cerdas pikiran, cepat menerima pelajaran, kuat ingatan teliti. Dari kecil beliau membaca al-Quran dengan lancar di kepala clan mempelajari pula tentang Sunnah clan selanjutnya aah dewasa beliau belajar kepada para ulama clan fuqaha. Be­menghimpun pengetahuan yang didengar dari mereka, meng_ ilkan pendapat-pendapat mereka, menaqal atsar-atsar mere­mempelajari dengan seksama pendirian-pendirian atau aliran­an mereka, clan mengambil kaidah-kaidah mereka sehingga ~au pandai tentang semuanya itu.

Kepandaian Imam Maliki Tentang Ilmu Hadits
Kepandaian beliau tentang ilmu hadits dapat kita ket ielalui pengakuan para ahli ilmu hadits, antara lain:

Imam Muhammad bin Idris as-Syafi'i berkata: "Apabila tang hadits kepadamu dari Imam Maliki, maka peganl guhlah olehmu dengan kedua tanganmu, karena ia mcr alasan bagimu".

Z. Juga pernah beliau berkata: "Apabila disebut-sebut ulama hadits, maka Imam Maliki bintangnya, clan tak ada srw pun yang lebih aku percayai tentang hadits selain dary Imam Maliki".

3. Imam Abdur Rahman bin Mahdi berkata: "Saya bcluw nah mendahulukan seorang pun tentang shahihnya Im daripada Imam Maliki". Beliau juga berkata: "Tidah ;a. muka bumi ini seorang pun pada masa itu yang lehih vly cayai tentang hadits selain Imam Maliki".

4. Imam Yahya bin Win pernah berkata: "Imam Malik1;1, l, seorang raja bagi orang-orang yang beriman tenlay, n hadits, yakni seorang yang tertinggi tentang ilmu luulm."

Demikianlah pernyataan para ulama ahli hadits tentanl, kt,) daian Imam Maliki dalam ilmu hadits dan masih banyak I;ya I nyataan-pernyataan yang mengungkapkan tentang hrpmln Imam Maliki tcntang hadits itu.

3. Kepandaian Imam Maliki Tentang Pengetahrnm 1~ ma

Kepandaian Imam Maliki tentang pengetahuan Ilmw :\Ur dapat kita ketahui melalui para ulama pada masany;iw ~ pernyataan Imam HanaF yang menyatakan bahwa: "I~rl,w pernah menjumpai seorang pun yang lebih alim daril;wla

~

Maliki. Bahkan Imam al-Laits bin Sa'ad pernah hrrk;o.v 1~

ngetahuan Imam Maliki adalah pengetahuan orang yang takwa pada Allah dan boleh dipercaya bagi orang-orang yang benar­nar hendak mengambil pengetahuan".

Imam Yahya bin Syu'bah berkata: "pada masa itu tidak ada Drang pun yang dapat menduduki kursi mulii di mesjid Nabi ~W. selain Imam Maliki. Karena kepandaian Imam Maliki itang Ilmu Agama atau seorang alim bcsar pada masanya, maka kenallah beliau sebagai seorang ahli kota Madinah dan terkenal la sebagai Imam di negeri Hijaz,

Demikianlah pcrnyataan-pernyataan yang dapat kita kctahui ~ttang kepandaiannya schingga timbullah suatu pcrnyataan dari a ulama terkemuka, hahwa: "Tidak selayaknya scorang pun beri fatwa tentang urusan keagamaan, selama Imam Maiiki ih berada di kota Madinah".

Penghorniatan Irnarn. Maliki Terhadap Haclit.s-l7adit.r Nabi

Dalam riwayat hidup Imam Maliki ada suatu hal yang tidak h dilupakan yaitu penghormatan beliau terhadap hadits Nabi, u ketika beliau hendak menyampaikan hadits Nabi atau gajarkannya disertai dengan cara yang istimcwa dengan tujuan k mcnghormaU hadits Nabi tersebut. -

Da1am beberapa riwayat dikatakan bahwa: "Imam Maliki ila menyampaikan atau mengajarkan hadits Nabi kepada g lain, beliau segera masuk ke tempat mandi lalu bersuci (ber­u atau mandi) lalu memakai bau-bauan yang wangi dan me­ai pakaian yang bagus serta bersih dan duduk di tempat is­wa. Diriwayatkan pula, bahwa beliau tidak duduk di tempat tclainkan diwaktu beliau akan membacakan atau menyam­an hadits-hadits Rasulullah dan sedapat mungkin dalarn .taan suci, ketika hendak membacakannya". -



5. Hadits-hadits yang DihimFun Oleh Imam tYlaliki

Dalam suatu riwayat dikatakan, bahwa Imam Mal.iki himpun hadits Nabi selama empat puluh tahun dan dalaw riwayat lagi ada yang menyatakan bahwa Imam Maliki tci

fal 100.000 hadits dan beliaulah orang yang paling halal Nabi. Kemudian hadits-hadits yang banyak itu beliau selicii h lanjut dan beliau periksa lebli dalam lagi, sehingga dtirv yang sekian banyak itu tinggal 10.000 yang beliau amhil hadits yang sebanyak 10.000 pun masih beliau teliti dav cocokkan dengan al-Quran dan akhirnya hanya 5.00() Inu yang beliau himpun kemudian hadits-hadits itu disusu n bentuk sebuah buku yang diberi nama kitab al-MuwathNm

Dasar-dasar Mazhab Imam Maliki
lJ Dasar-dasar hukum yang diambil dan dipergunak.w Imam Maliki dapat disimpulkan sebagai berikut:

Kitab.Allah (al-Quran)

Sunnah rasul yang telah beliau pandang sah.

Ijmak para ulama Madinah, tetapi kadang-kadang beliau me­nolak hadits apabiia temyata berlawanan atau tidak diamal­kan oleh para ulama Madinah.

Qiyas

Istishlalz (Mashalihul Mursalah)

Istishlah adalah mengekalkan apa yang t:.,lah ada karena suatu hal yang belum diyakini. Adapun Mashalihul Mursalah ialah memelihara tujuan-tu,juan syara' dengan jalan menolak sega­la sesuatu yang merusak makhluk.

nikianlah dasaar-dasar ,~ang diambil oleh Imam Maliki.

Cara Imam Alahki Menaberi Fatwa

Imam Maliki adalah seorang yang terkenai alim besar; tetapi it berhati-hati dan amat teliti dalam urusan hukum-hukum ;amaan, terutama dalan urusan riwayat yang dikatakan hadits Nabi. Ringkasnya bahwa cara-cara beliau memberi fatwa bisa iat dari cara beliau memberikan jawaban atas pertanyaan­anyaan yang dakemukakan kepada beliau.

Imam Syafi'i berkata: "Sungguh aku telah menyaksikan Imam iki, bahwa beliau pernah ditanya masalah-masalah sebanyak ,at puluh delapan masalah, beliau menjawab "saya belum tahu", i pernyataan inl jelaslah, bahwa beliau adalah seorang yang t berhati-hatl menjawab masalah yang bertalian dengan hu­i-hukum keagamaan dan beliau tidak terburu-buru mem.beri iban terhadap masalah-ma,salah yang memang belum dike­i hukumnya oleh beliau.



tujuh puluh ulama membenarkan dan mengakui". Artinya balm segala masalah yang difatwakan oleh beliau kepada orang l;n setelah disaksikan oleh tujuh puluh orang ulama, dan merek,i n menetapkan dan sepakat, bahwa beliau seorang yang ahli cial:w masalah yang difatwakannya itu.

8. Pendapat-pendapat Imam Maliki dan Pendiriamnv Dalam Bidang Aqa'id

Dalam bidang ini beliau tegas memegang prinsip.

Sebaik-baik urusan agama adalah yang telah menjadi suH11 dan sejelek-jelek urusan adalah yang diada-adakan. Oleh sm h itu beliau mcnolak segala macam akidah yang ditimbulkan ~ ,I partai-partai Islam dan mengenai akidah beliau berpegang krpw apa yang ditunjuki nash. Beliau berpendapat, bahwa iman ;ul,n gabungan dari iktikad hati, ucapan lidah dan amal anggom iman itu bisa bertambah dan bisa berkurang.

Mengenai qadar, beliau berdiri seimbang, artinya kv I v segala perbuatan manusia terjadi dengan ciptaan Allah, tw manusia punya daya usaha untuk mengusahakannya, kwwmw manusia dibalas kelak segala perbuatannya.

Mengenai kemakhlukan al-Quran yang dikembangkw ~ al-Jaham dan dianut oleh Qadariah dan Muktazilah yanp narnya tidak dapat dianggap menyimpang dari agama. Mahk ciak mcmperkatakannya. Sebenarnya kita tak perlu menyra,n or-ang yang mengatakan kemakhlukan al-Quran, karena mw pnorraya hcnar bahwa al-Quran itu turun dari Allah.

Ali, Amar ibn Ash, Muawiyah dan lain-lain telah menjadi kafig naupun golongan Syi'ah mencelaAbu Bakar dan Usman, beliau )erkata: "Jika di Madinah berkembang pcnstaan terhadap para ;ahabat, wajiblah kita keluar dari Madinah itu, jika tidak dapat menolongnya".

Dalam bidang politik Maliki tidak banyak bicara. Beliau tidak ungin mencampuri persengketaan dan perselisihan. Kita hanya menemukan pendirian-pendirian Maliki secara lidak terinci dalam 3ebagian ucapannya dan sikapnya. Dalam pada itu dapat kita lihat pendapat beliau, bahwa khalifah itu tidak harus dipcgang oleh keluarga Hasyimi (Alawi), dan jalan memilih khalifah menurut Maliki ialah dengan jalan istikhlaf, asal yang mcnunjuk itu tidak pengaruhi oleh hawa nafsu, atau dengan dimusyawarahkan olch anitia negara yang dibentuk untuk itu, dan pengangkatan itu di­ukan dengan bai'at kaum muslimin.

Menurut pendapat Maliki apabila seseorang merebul kekua­aan, tetapi berlaku adil dan masyarakat scnang mcncrimanya, aka kita tidak boleh memberontak terhadapnya, kita harus mcn­atinya. Tetapi jika tidak berlaku adil bcliau tidak mcmbolch­annya. Beliau mengambil jalan maslahat dalam bidang poliiik ,an menghindari bencana yang lebih besar.

0. Pesan Imam Maliki Mengenai Bicl'ah

Sebagaimana telah diungkapkan di atas, bahwa Imam Maliki alah seorang alim besar yang amat cinta kcpada Sunnah Nabi ;AW. dan sangat benci tcrhadap orang yang mcmbuat model baru ntang urusan agama dan perbuatan yang dalam istilah agama sebut dengan bid'ah.

Beliau sangat keras terhadap bid'ah dan ahli bid'ah, antara n: Beliau pernah bersyair yang artinya: "Sebaik-baik urusan ama itu adalah yang mengikuti Sunnah Nabi dan sejelek-jelek

urusan agama itu, adalah perbuatan yang baru". Artinya bahw sebaik-baik urusan agama mengenai peribadatan adalah ywn mengikuti pimpinan Nabi atau Sunnah Nabi dan sejelek-jelckw adalah yang diperbuat tanpa contoh dari Nabi dan tidak pcr11:1 pula dikerjakan oleh Nabi.

Oleh sebab itu apa pun yang tidak menjadi agama pada v i j v v itu, tidak aka.n menjadi agarna pada masa yang lain. Ar-tiny:. h.th wa orang yang memandang perbuatan yang baru itu baik, t-1 .u~

menganggap Nabi tidak sempurna dalam menyampaikan ri, ii -it nya kepada ummat manusia.

Dari riwayat di atas jelaslah, bahwa Imam Malik sangai k i o terhadap bid'ah dalam unisan agama. Dernikian beberafr.' P'' v beliau dan ungkpan-ungkapannya mengenai bid'ah.

11. Nasihat Imam Maliki Terhadap Sikap Taqlid

Sebagai mufti be5ar dan sebagai seorang alim, ahli l.vu, beliau tidak pernah mengajarkan atau memberikan pholmiq kepada muridnya supaya mengekor (bertaqlid)terhadap h(,(i(Lijil atau buah penyelidikan beliau bahkan arnat berhati-hati (I:iIo menjatuhkan hukum halal dan haram dan sangat melaran), i it a!I ber-taqlid buta, dan sebagai bukti, di bawah ini ada beberaha I wool beliau.

Imam Maliki pernah berkata: "Saya seorang mamw:v y saya terkadang salah terkadang benar. Oleh sebab itu lihvtl,l y

drkanlah baik-baik pendapat saya, jika sesuai dengan al-Quran n Sunnah maka ambillah dia dan jika tidak sesuai maka ggalkanlah". Artinya, bahwa jika beliau menjatuhkan hukuman lam masalah keagamaan, dan pada waktu menetapkan buah cirannya itu bul:an dari nash al-Quran dan Sunnah, maka masing­tsing kita disuruh untuk melihat dan memperhatikannya kembali ngan baik tentang buah pikiran beliau itu. Maksudnya semua cir,an yang diutarakannya, terlebih dahulu harus dicocokkan ngan nash yaitu al-Quran dan Sunnah.

IMAM SYAFI'I (150 H - 204 H)

Tempat Kelahiran dan Silsilahnya

Imam Syafi'i dilahirkan di Guzzah suatu kampung dalaml an Palestina, masih wilayah Asqalan pada tahun 150 H M), bersamaan dengan wafatnya Imam Hanafi. Kemudian au dibawa ibunya ke Mekkah dan dibesarkan di sana.

Nama beliau adalahAbu Abdillah Mu•lammad bin Idris Abbas Vtsman ibn Syafi'i al-Muthalibi dari keturunan Muthalib bin i Manaf, yaitu kakek yang keempat dari Rasul dan kakek yang mbilan dari as-Syafi'i



Dengan demikian jelaslah, bahwa beliau itu adalah kc dari keluarga bangsa Quraisy dan keturunan beliau bersatu keturunan Nabi SAW. pada Abdul Manaf (datuk Nabi yan

2. Pendidikan dar7 Pengalarnan Imam Syafi'i

As-Syafi'i selain mengadakan hubungan yang erat den; gurunya di Mekkah dan Madinah, juga me] awat ke berbaga Di waktu kecil beliau melawat ke perkampungan Hu, mengikuti mereka selama sepuluh tahun, dan dengan d, Syafi'i memiliki bahasa Arab yang tinggi yang kemuc gunakan untuk mentafsirkan al-Quran. Kemudian belia wat ke, Madinah untuk mempelajari fiqh dan hadits dw banyak lagi kota yang beliau masuki dalam rangka studi

Bcliau belajar fiqh pada Muslim ibn Khalid dan mcm hadits pada Sofyan Ibn Uyainah guru hadits di Mekkah d Maliki ibn Anas di Madinah. Pada masa itu pemerintahm di tangan Harun ar-Rasyid dan pertarungan sedang in, antara keluarga Abbas dan keluarga Ali.

Pada waktu itu pula asy-Syafi'i dituduh memih,a. keluargaAli, dan ketika pemuka-pemuka Syi'ah digirip, khalifah, pada tahun 184 H, beliau turut digiring bcrtiam Tetapi karena rahmat Allah beliau tidak menjadi korban Iwn itu. Kemudian atas bantuan al-Fadlel ibn Rabie, yang Iwd itu menjabat sebagai perdana menteri ar-Rasyid, tcrp:n.~ beliau bersih dari tuduhan itu.

Dalam suasana inilah asy-Syafi'i bergaul dengan N1nh Hasan dan memperhatikan kitab-kitab ulama Irak. Scwl.vl v Syafi'i kembali ke Hijaz dan menetap di Mekkah.

Pada tahun 195 H beliau kembali lagi ke Irak ,a v Rasyid meninggal dunia danAbdullah ibn al-Amin ouwp; lifah.

Pada mulanya beliau pengikut Maliki, akan telapi setelah liau banyak melawat ke berbagai kola dan memperolch igalaman baru, beliau mempunyai aliran tersendiri yailu maihab idimnya" sewaktu beliau di Irak, dan mazhab'jadidnya" sewaktu iau sudah di Mesir.

Contohnya akan dikemukakan nanti.

Kecerdasan Imam Syafi'i

Kecerdasan Imam Syafi'i dapat kita ketahui melalui riwayat­layat yang mengatakan, bahwa Imam Syafi'i pada usia 10 lahun iah hafal dan mengerti kitab al-Muwaththa' kitab Imam Maliki. rena itulah ketika belajar ilmu hadits kepada Imam Sofyan bin ,ainah, beliau sangat dikagumi oleh guru besar ini dan anjutnya beliau dapat menempuh ujian Ilmu Hadits serta lulus ,ndapat ijazah tentang ilmu hadits dari guru besar tersebut.

Kemudian setelah beliau berumur 15 tahun, oleh para gurunya iau diberi izin untuk mengajar dan mcmberi fatwa kepada ilayak ramai. Beliau pun tidak keberatan menduduki jahatan -u besar dan mufti di dalam Mesjid al-Haram di Mckkah dan ak saat itulah bcliau terus memberi fatwa.

Tetapi walaupun dcmikian bcliau lctap bclajar ilmu pcngc­uan di Mckkah.

Semenjak itu pula orang-orang bcrdatangan kcpada Imam ifi'i dan orang yang bcrdatangan itu bukanlah orang scmharang­tetapi terdiri dari para ulama, ahli sya'ir, ahli kcsusastraan Arab, i orang-orang terkcmuka, karena dada beliau pada waktu itu th penuh dengan ilmu-ilmu.

Pada mulanya beliau pengikut Maliki, akan telapi setelah liau banyak melawat ke berbagai kola dan memperolch igalaman baru, beliau mempunyai aliran tersendiri yailu maihab idimnya" sewaktu beliau di Irak, dan mazhab'jadidnya" sewaktu iau sudah di Mesir.

Contohnya akan dikemukakan nanti.

Kecerdasan Imam Syafi'i

Kecerdasan Imam Syafi'i dapat kita ketahui melalui riwayat­layat yang mengatakan, bahwa Imam Syafi'i pada usia 10 lahun iah hafal dan mengerti kitab al-Muwaththa' kitab Imam Maliki. rena itulah ketika belajar ilmu hadits kepada Imam Sofyan bin ,ainah, beliau sangat dikagumi oleh guru besar ini dan anjutnya beliau dapat menempuh ujian Ilmu Hadits serta lulus ,ndapat ijazah tentang ilmu hadits dari guru besar tersebut.

Kemudian setelah beliau berumur 15 tahun, oleh para gurunya iau diberi izin untuk mengajar dan mcmberi fatwa kepada ilayak ramai. Beliau pun tidak keberatan menduduki jahatan -u besar dan mufti di dalam Mesjid al-Haram di Mckkah dan ak saat itulah bcliau terus memberi fatwa.

Tetapi walaupun dcmikian bcliau lctap bclajar ilmu pcngc­uan di Mckkah.

Semenjak itu pula orang-orang bcrdatangan kcpada Imam ifi'i dan orang yang bcrdatangan itu bukanlah orang scmharang­tetapi terdiri dari para ulama, ahli sya'ir, ahli kcsusastraan Arab, i orang-orang terkcmuka, karena dada beliau pada waktu itu th penuh dengan ilmu-ilmu.

Al-Buaithi mengikhtisarkan kitab-kitab asy-Syafi'i dan mP­.amakannya dengan al-Mukhtasar, demikian juga al-Muzani. atab yang ditulis di Mesir bukanlah kitab yang dipandang baru ama sekali, tetapi kitab-kitab di Mesir itu merupakan perbaikan lan penyempurnaan, penyaringan dan pengubahan dari kitab-kitab ,ang disusun di Baghdad berdasarkan kepada pengalaman-pe­igalaman baru.

Ahli sejarah membagi kitab-kitab asy-Syafi'i ke dalam dua vagian yakni: Pertama, dinisbatkan kepada asy-Syafi'i sendiri eperti -kitab al-Umm dan ar-Risalah. Kedua, dinisbatkan kepada ahabat-sahabatnya seperti Mukhtasar al-Muzani dan Mukhtasar i-Buaitlu.

Pendapat-pendapat asy-Syafi'i dan Pernikirannya

Mengingat luasnya buah pikiran Imam Syati'i tentang segala pek ilmu pengetahuan, maka dalam uraian ini penulis hanya erxgetengahkan pendapatnya secara ringkas dalam bidang ar:iah, bidang ilmu kalam maupun aqaid.

Adapun masalah pikirannya bisa dilihat dari mazhab-mazhab dinn dan mazhab jadidnya.

Di bavvah ini akan dikemukakan beberapa pendapatnya. Asy-Syafi'i tidak menyukai Hum kalam karena ilmu kalam ~ d:bangun oleh go] ongan Muktazilah, sedang mereka menyalahi Wwi y:ing ditempuh ulama salaf dalam mengungkapkan akidah Wl :}' -Cluran. Sebagai seorang F'iqhlMuhaddits tentu saja beliau n4-utarnakan Ittiba' dan menjauhi ibtida' sedang golongan uktazilah mempelajarinya secara falsafah.

Tentang Imam, beliau berpendapat, bahwa iman itu terdiri i tashdiq dan amal, dia bisa bertarnbah dan bisa berkurang, lu bertambah dengan bertambah amal dan berkurang dengan

7. Pendirian Imann Syafi'i Tentang Bid'ah

Karena Imam Syati'i terkenal sebagai pembeta Sunmw termasuk seorang ahli hadits, maka sudah barang tenm k sangat keras terhadap perbuatan bid'ah dan ahli bid'nh I diriannya tentang bid'ah adalah sebagai berikut: Bid'ah wi dua macam yaitu bid'ah terpuji dan bid'ah tercela.

Bid'ah yang terpuji yaitu bid'ah yang sesuai dengan 'mi sedangkan yang tercela adalah menyalahi as-Sunnah.

Selain itu menurut bcliau, bahwa bid'ah yang tercelu n v v ,u! semua perbuatan yang diada-adakan dengan menyalWi nl (A Sunnah, Ijmak (kescpakatan para sahabat Nabi), dan An.u terangan para sahabat Nabi).

Pendirian Imam Syafi'i Tentang Hukurn Secar-a Qiycr.s

Pendiriari Imam Syafi'i tentang Hukum Qiyas sangat hati­. dan sangat keras, karena menurutnya qiyas dalacn soal-soal gamaan itu tidak begitu perlu diadakan kecuali jika memang daan memaksa. Di bawah ini beberapa perkataan beliau tentang :um qiyas.

Imam Ahmad bin Hambal pernah berkata: "Saya pernah berkata kepada Imam Syafi'i tentang hal qiyas, maka beliau berkata: "Di kala keadaan darurat". Artinya, bahwa beliau mengadakan hukum secara qiyas jika memang keadaan memaksa.

Imam Syafi'i pernah berkata: "Saya tidak akan meninggal­kan Hadits Rasul karena akan memasukkan hukum qiyas, dan tidak ada tempat bagi qiyas beserta Sunnah Rasulullah".

Se! anjutnya beliau berkata: "tiap-tiap sesuatu yang menyala­hi perintah Rasulullah tentulah jatuh dengan sendirinya clan tidak akan dapat berdiri tegak, juga qiyas tidak akan dapat tegak selama ada Sunnah".

Selain daripada itu hukum qiyas yang terpaksa diadakan lab hukum-hukum yang tidak mengenai urusan ibadah, yang a pokoknya tidak dapat dipikirkan sebab-sebabnya, atau tidak at dimengerti bagaimana tujuan yang sebenarnya seperti, lab shalat dan puasa.

Dari uraian di atas dapat diambil kesimpulan, bahwa Imam Syati'i mengambil atau mendatangkan hukum qiya adalah sebagai berikut:

1, Hanya yang mengenai urusan keduniaan atau muamalat 2. Hanya yang hukumnya belum atau tidak didapati deng;w dari nash al-Quran atau dari Hadits yang shahih.

3. Cara beliau menqiyas adalah dengan nash-nash yan,i-, !a dalam ayat-ayat al-Quran dan dari Hadits Nabi.

Oleh sebab itu Imam Syafi'i tidak sembarangan mendat a n atau mengambil hukum qiyas dan beliau merencanakan bclh peraturan yang rapi bagi siapa yang hendakberistidlal (meny: dalil) dengan cara qiyas.

9. 1Vusihat Imain Syczfi'i Tentang Tuqlid

Terhadap masalah taqlid ini beliau seringkali mmi peringatan dan pimpinan kepada para sahabat dan muridnyv. mereka itu jangan hendaknya mengikut saja dalam masalaliv kepadaperkataan beliau yang tidak diserfai keterangan ataij :i terang dari al-Quran dan Sunnah.

Di antara nasihat beliau tentang taqlid ini beliau pernv' kata kepada Imam ar-Rabi': "Ya Abi Ishak, janganlah en A; i taqlid kepadaku, dalam tiap-tiap yang aku katakan, dan pi I, lah benar-benar bagi dirimu sendiri karena sesungguhn,\:i aiah urusan agama".

Pada suatu hari beliau berkata: "Apabila engkau nnw kan Sunnah Rasulullah, maka hendaklah engkau mengikm nah itu dan janganlah engkau berpaling kepada perkat:im orang".

- Dari pernyataan di atas kiranya cukup ,jclas bahwa Imam Syafi'i sungguh-sungguh melarang taqlid kepncla heliau clan kepada para ulama lain dalam urusan hukum-hukum ugarna, dan beliau berpesan agar semua orang mengikuti kepeminyinan Nabi.

Ditulis Oleh : Unknown // 8:15 AM
Kategori:

0 komentar:

Post a Comment