SKRINING DAN PENCEGAHAN
Skrining
National Cancer Institute (NCI) dan American cancer society (ACS) merekomendasikan pasien asymptomatic dengan usia 50 tahun atau lebih untuk dilakukan pemeriksaan sigmoidoscopy setiao 3 sampai 5 tahun sekali. Rectal touché dan pemeriksaan fecal occult blood (FOB) dianjurkan setiap tahun sekali pada pasien usia 50 tahun atau lebih, tetapi argument untuk praktik ini tidak terlalu substansial . Skrining dengan colonoscopy pada pasien dengan riwayat keluarga kanker colorectal pada generasi pertama sebelumnya tetapi tidak jelas bukti FAP atau HNPPC sebaiknya dimulai pada usia 40 tahun. Nilai pemeriksaan skrining FOB masih kontroversial. Di USA, dilaporkan pemeriksaan tahunan FOB berhubungan dengan menurunnya risiko kematian oleh kanker colorectal hingga 33.4%. 8
Pencegahan
Sigmoidoscopy secara periodic dapat mengidentifikasi dan mengangkat lesi pre-kanker (polip) dan mengurangi insidensi kanker colorectal pada pasien yang menjalani colonoscopic polypectomy. Terdeteksinya polip kecil rectosigmoid sebaiknya dilanjutkan dengan colonoscopy karena diasumsikan adanya polip yang tidak tercapai dengan sigmoidoscope. Diet tinggi serat dan rendah lemak juga diketahui dapat mencegah polip menjadi progresif kanker. Selain itu, berdasarkan penelitian terhadap penggunaan NSAID secara rutin dapat mengurangi pembentukan, pertambahan jumlah dan ukuran polip colorectal dan mengurangi insidensi kanker colorectal. Efek protektif ini dapat dicapai dengan dosis minimal 650 mg aspirin per-hari. 8
PENATALAKSANAAN
Satu-satunya terapi kuratif ialah
dengan tindakan bedah. Tujuan utama tindakan bedah ialah memperlancar saluran
cerna, baik bersifat kuratif ataupun non-kuratif. Radioterapi dan kemoterapi
bersifat paliatif dan tidak memberikan manfaat paliatif. 9
Persiapan preoperatif 6
Operasi yang dilakukan pada kolon yang tak dipersiapkan mempunyai tingkat infeksi/peradangan luka 40%. Suatu pendekatan dikombinasikan dari pencucian mekanis dan zat antibiotic telah dilaporkan untuk mengurangi tingkat infeksi/peradangan luka hingga 9%. Dengan penambahan antibiotic pelindung parenteral, tingkat infeksi dapat lebih dikurangi hingga 5% atau kurang.
Dua hari sebelum pembedahan, pasien mulai suatu diet pembersihan cairan. Sehari sebelum pembedahan, pasien diinstruksikan untuk mengambil satu galon Golytely untuk mencuci keseluruhan kolon. Mekanisme pembersihan kira-kira 3 jam hingga sempurna. Penambahan suatu zat antibiotic yang diserap dengan aerobic dan anaerobic secara bersamaan dengan mantap mengurangi timbulnya infeksi.
Operasi yang dilakukan pada kolon yang tak dipersiapkan mempunyai tingkat infeksi/peradangan luka 40%. Suatu pendekatan dikombinasikan dari pencucian mekanis dan zat antibiotic telah dilaporkan untuk mengurangi tingkat infeksi/peradangan luka hingga 9%. Dengan penambahan antibiotic pelindung parenteral, tingkat infeksi dapat lebih dikurangi hingga 5% atau kurang.
Dua hari sebelum pembedahan, pasien mulai suatu diet pembersihan cairan. Sehari sebelum pembedahan, pasien diinstruksikan untuk mengambil satu galon Golytely untuk mencuci keseluruhan kolon. Mekanisme pembersihan kira-kira 3 jam hingga sempurna. Penambahan suatu zat antibiotic yang diserap dengan aerobic dan anaerobic secara bersamaan dengan mantap mengurangi timbulnya infeksi.
Tindakan Operatif 6,9
Tindak bedah terdiri atas reseksi luas karsinoma primer dan kelenjar limf regional. Bila sudah ada metastasis jauh, tumor primer akan direseksi juga dengan maksud mencegah obstruksi, perdarahan. anemia, inkontinensia, fistel, dan nyeri. Pada karsinoma rektum, teknik pembedahan yang dipilih tergantung dan letaknya, khususnya jarak batas bawah karsinoma dan anus. Sedapat mungkin anus dengan sfingter ekstern dan sfingter intern akan dipertahankan untuk menghindari anus preternaturalis
Goresan di tengah abdominal mengijinkan explorasi penuh dan perluasan lebih lanjut untuk kebutuhan tambahan. Tingkat reseksi ditentukan oleh lokasi kanker kolon tama, seperti halnya ada atau tidaknya invasi ke dalam struktur yang bersebelahan dan metastasis yang jauh. Walaupun tidak adanya invasi kolon ke dalam organ atau metastasis, reseksi kolon adalah perawatan yang utama
Laparoskopi intervensi pembedahan pada kanker kolon adalah suatu pengembangan terbaru di dalam perawatan. Tingkat kematian operatif untuk pembedahan kanker kolon pada kasus tertentu adalah 5% atau kurang. Reseksi kolon dengan tujuan sembuh membawa tingkat kematian lebih rendah dari pada reseksi paliatif.
Tindak bedah terdiri atas reseksi luas karsinoma primer dan kelenjar limf regional. Bila sudah ada metastasis jauh, tumor primer akan direseksi juga dengan maksud mencegah obstruksi, perdarahan. anemia, inkontinensia, fistel, dan nyeri. Pada karsinoma rektum, teknik pembedahan yang dipilih tergantung dan letaknya, khususnya jarak batas bawah karsinoma dan anus. Sedapat mungkin anus dengan sfingter ekstern dan sfingter intern akan dipertahankan untuk menghindari anus preternaturalis
Goresan di tengah abdominal mengijinkan explorasi penuh dan perluasan lebih lanjut untuk kebutuhan tambahan. Tingkat reseksi ditentukan oleh lokasi kanker kolon tama, seperti halnya ada atau tidaknya invasi ke dalam struktur yang bersebelahan dan metastasis yang jauh. Walaupun tidak adanya invasi kolon ke dalam organ atau metastasis, reseksi kolon adalah perawatan yang utama
Laparoskopi intervensi pembedahan pada kanker kolon adalah suatu pengembangan terbaru di dalam perawatan. Tingkat kematian operatif untuk pembedahan kanker kolon pada kasus tertentu adalah 5% atau kurang. Reseksi kolon dengan tujuan sembuh membawa tingkat kematian lebih rendah dari pada reseksi paliatif.
Cara lain yang dapat digunakan atas indikasi
dan seleksi khusus ialah fulgerasi (koagulasi listrik). Pada cara ini tidak
dapat dilakukan pemeriksaan histopatologik. Cara ini kadang digunakan pada
penderita yang beresiko tinggi untuk pembedahan.
Koagulasi dengan laser digunakan sebagal terapi
palilatif, Sedangkan radioterapi, kemoterapi, dan imunoterapi digunakan sebagal
terapi adjuvan.
Pengobatan paliatif 6,9
Reseksi tumor secara paliatif dilakukan untuk mencegah atau mengatasi obstruksi atau menghentikan perdarahan supaya kualitas hidup penderita lebih baik. Jika tumor tidak dapat diangkat, dapat dilakukan bedah pintas atau anus preternaturalis. Pada metastasis hati yang tidak lebih dari dua atau tiga nodul dapat dipertimbangkan eksisi metastasis. Pemberian sitostatik melalui a.hepatika, yaitu perfusi secara selektif, kadang lagi disertai terapi embolisasi, dapat berhasil penghambatan pertumbuhan sel ganas.[1]
Selain menghindari makanan kaya zat karsinogeniK juga harus mengkonsumsi makanan bersifat antikarsinogen untuk mengurangi resiko terkena kanker kolon. [3]
DAFTAR PUSTAKA
Reseksi tumor secara paliatif dilakukan untuk mencegah atau mengatasi obstruksi atau menghentikan perdarahan supaya kualitas hidup penderita lebih baik. Jika tumor tidak dapat diangkat, dapat dilakukan bedah pintas atau anus preternaturalis. Pada metastasis hati yang tidak lebih dari dua atau tiga nodul dapat dipertimbangkan eksisi metastasis. Pemberian sitostatik melalui a.hepatika, yaitu perfusi secara selektif, kadang lagi disertai terapi embolisasi, dapat berhasil penghambatan pertumbuhan sel ganas.[1]
Selain menghindari makanan kaya zat karsinogeniK juga harus mengkonsumsi makanan bersifat antikarsinogen untuk mengurangi resiko terkena kanker kolon. [3]
DAFTAR PUSTAKA
- Lippincott, William, Wilkins. Cancer, principles and practice. Edisi 6. 2001
- Schwartz. Principles of Surgery. Edisi 7. 1998
- Appleton & Lange, Maingot’s Abdominal Operation, Tenth Edition, Zinner Vol I, Chapter 42, Tumor Of The Colon; page 1281 – 1300.
- Morris. Oxford Textbook of Surgery. Edisi 2. Oxford Press. London. 2000
- M. Copeland III E, M.D. & I. Bland K, M.D., Buku Ajar Bedah Sobiston, Bagian I, Penerbit GEC, Jakarta 1995, Hal.: 37 – 40
- http :// www. medicinenet.com/colon_cancer/article.htm. Colon Cancer Information on Causes, Symptoms, Test to Detect of the Colon and Rectum, Diakses 21 Juni 2008
- Casciato, Lowitz. Manual of Clinical Oncology. 2000
- R. Sjamsuhidajat & Wim De Jong, Buku ajar ilmu bedah, Edisi revisi, Penerbit EGC, Jakarta 1997, Hal.: 646 – 663
0 komentar:
Post a Comment