Thursday, June 13, 2013

PENDEKATAN DAN ORIENTASI AGRIBISNIS

PENDEKATAN DAN ORIENTASI AGRIBISNIS 
Sistem usaha pertanian yang mengintegrasikan faktor pro­duksi lahan, tenagakerja, modal dan teknologi/manajemen sangat dipengaruhi oleh kondisi spesifik wilayah, yang mencakup bio- fisik, ekonomi, dan sosial. Sektor pertanian hingga saat ini masih diartikan sebagai "sistem usaha pertanian" yang sangat berkaitan erat dengan sistem lainnya seperti industri hulu, industri hilir, pemasraan/perdagangan dan permintaan datri konsumen. Keseluruhan aspek-aspek ini SALING terintegrasi dan dalam pengertian makna yang luas lazim disebut "Sistem Agribis­nis" . Keseluruhan sistem yang berkaitan dengan sektor pertani­an tersebut sangat dipengaruhi oleh kondisi sumberdaya, kelemba­gaan, dan kebijaksanaan pembangunan pertanian. 

Dari keseluruhan sistem agribisnis seperti yang diabstrak­sikan di atas, dapat diambil beberapa aspek atau bidang kajian epenting, yaitu: 
(a). Sistem Agribisnis dan Perdagangan/pemasaran 
(b). Sumberdaya manusia dan kelembagaan 
(c). Pengelolaan sumberdaya alam 
(d). Sistem usaha pertanian (atau usahatani) 
(e). Pengembangan agroindustri 
(f). Rintisan dan pengembangan produk. 

Istilah "agribisnis" telah menjadi semakin populer, berbagai macam pengertian dan pemahaman tentang istilah ini telah berkembang. Dari asal katanya, "agribisnis" terdiri dari dua suku kata, yaitu "agri" (agriculture = pertanian) dan "bisnis" (business = usaha komersial). Oleh karena itu, agribis­nis adalah kegiatan bisnis yang berbasis pertanian. Sebagai konsep, agribisnis dapat diartikan sebagai jumlah semua kegia­tan-kegiatan yang berkecipung dalam industri dan distribusi alat-alat maupun bahan-bahan untuk pertanian, kegiatan produksi komoditas pertanian, pengolahan, penyimpanan dan distribusi komoditas pertanian atau barang-barang yang dihasilkannya (Davis dan Golberg, 1957). 

Menurut Snodgrass dan Wallace (1974), kegiatan agribisnis tersebut merupakan kegiatan pertanian yang kompleks sebagai akibat dari pertanian yang semakin modern. Pertanian meliputi perkebunan, pertanian tanaman pangan, peternakan, perikanan dan kehutanan. Agribisnis dapat memfokuskan kegiatannya pada satu segmen dari keseluruhan industri atau keseluruhan kegiatan secara terintegrasi. Agribisnis dapat berupa perusahaan besar seperti perkebunan besar, pabrik pupuk, pabrik pestisida, pabrik minyak, pabrik susu, perusahaan perikanan, dan lainnya. Selain itu juga dapat berupa perusahaan kecil, seperti perkebunan rakyat, nelayan, petani, pedagang (bakul), peternak, dan lain­nya. Menurut Balbin dan Clemente (1986), pengertian agribisnis dapat diperluas mencakup pemerintah, pasar, asosiasi perdagan­gan, koperasi, lembaga keuangan, sekelompok pendidik dan lembaga lain yang mempengaruhi dan mengarahkan bermacam-macam tingkatan arus komoditas. Halcrow (1981) mengartikan agribisnis hanya meliputi kegiatan industri jasa dan material untuk usahatani (produksi pertanian) dan industri pengolahan dan pemasaran hasil-hasil pertanian. William dan Karen (1985) mengartikan agribisnis sebagai perusahaan besar (profit company) yang berbe­da dengan petani kecil. 

Ciri-ciri agribisnis adalah merupakan suatu industri yang kompleks dan berstruktur vertikal, setiap komponen secara terpi­sah independen tetapi dalam arti yang luas saling tergantung membentuk sebuah sistem komoditas. Oleh karena itu pengambilan keputusan yang baik memerlukan pengertian tentang keseluruhan struktur industri dan harus mampu memahami titik sentral dari berbagai bagian yang relevan dari berbagai bagian sistem struk­tural. 

Berdasarkan keterangan di atas, "agribisnis" secara luas dapat dipandang sebagai "bisnis" yang berbasis pertanian. Secara struktural usaha bisnis ini terdiri atas tiga sektor yang saling bergantung, yaitu (i) sektor masukan, yang ditangani oleh berba­gai industri hulu yang memasok bahan masukan kepada sektor pertanian , (ii) sektor produksi (farm), yang ditangani oleh berbagai jenis usahatani yang menghasilkan produk-produk bio- ekonomik, dan (iii) sektor keluaran, yang ditangani oleh berba­gai industri hilir yang mengubah hasil usahatani menjadi produk konsumsi awetan/olahan dan yang menyalurkan produk ini melalui sistem pemasaran kepada konsumen (Downey dan Erickson, 1989). 

Dengan demikian "agribisnis" meliputi seluruh sektor yang terlibat dalam pengadaan bahan masukan /input usahatani; terli­bat dalam proses produksi bio-ekonomik; menangani pemrosesan hasil-hasil usahatani; penyebaran, dan penjualan produk-produk pemrosesan tersebut kepada konsumen. Dalam kaitannya dengan komoditas di suatu wilayah , sebagian besar aktivitas ekonomi dapat dilakukan oleh petani dan penduduk pedesaan dengan skala ekonomi yang berbeda-beda. 


ANALISIS PEWILAYAHAN KOMODITAS 
1. Seleksi Komoditas 
Seleksi komoditas dilakukan untuk mendapatkan alternatif komoditas yang sesuai dikembangkan di suatu wilayah dengan lngkungan tumbuh tertentu. Inventarisasi dimulai dari jenis- jenis komoditas yang banyak diusahakan oleh rakyat, kemudian baru melibatkan jenis-jenis komoditas yang belum dikenal. Kriteria yang digunakan sebagai dasar seleksi tertumpu pada segi agroteknologinya untuk dikembangkan lebih lanjut serta potensi pasarnya baik domestik maupun ekspor, nilai tambah ekonomi bagi petani serta dampaknya terhadap kesempatan kerja dan kelestarian fungsi lingkungan hidup. Dari seleksi ini akan didapatkan beberapa komoditas terpilih baik berupa tanaman pangan, perkebunan, maupun tanaman hortikultura. 

2. Analisis Budidaya dan Pengkajian Kelayakan Usaha 
Uraian tentang teknik budidaya meliputi persiapan tanam, pemeliharaan pertanaman, sampai dengan pemungutan hasil. Berda­sarkan pada teknologi budidaya yang diterapkan di lapang saat ini, dengan penyesuaian seperti yang dianjurkan oleh lembaga penelitian. Selain itu pemilihan teknologi terutama didasarkan pada kemampuan produsen, baik dari segi managerial maupun par­sialnya. Pertimbanagn yang sama juga berlaku bagi industri pengolahan dengan mempertimbangkan skala yang memadai dan ke­mungkinan tersedianya bahan baku. Modal usahatani maupun indus­tri pengolahan diasumsikan berasal dari sistem perbankan formal, sehingga tingkat bunga harus disesuaikan. 

Lama analisis keuangan atau finansial yang dilakukan akan bervariasi disesuaikan selama satu siklus umur tanaman dengan lausan satu hektar. Untuk mengetahui tingkat kelayakan usahanya digunakan beberap[a tolok ukur yaitu pendapatan B/C, MPV dan IRR, kecuali untuk tanaman semusim digunakan pendapatn dan R/C. 

Ditulis Oleh : Unknown // 7:42 AM
Kategori:

0 komentar:

Post a Comment