Adapun teori-teori belajar adalah sebagai berikut : ( dalam sukarjo, 2009):
A. Behaviorisme ( Tingkah Laku / Perilaku )
Behaviorisme didasarkan pada perubahan tingkah laku yang dapat diamati. Oleh karena itu aliran ini berusaha mencoba menerangkan dalam pembelajaran bagaimana lingkungan berpengaruh terhadap perubahan tingkah laku. Dalam aliran ini tingkah laku dalam belajar akan berubah kalau ada stimulus dan respon. Stimulus dapat berupa prilaku yang diberikan pada siswa, sedangkan respons berupa perubahan tingkah laku yang terjadi pada siswa. ( dalam Sukarjo, 2009 :33). Jadi Berdasarkan Teori Behaviorisme Pendidikan dipengaruhi oleh lingkungan.
Menurut Baharudin & Wahyuni (2008:87) bahwa aliran Behavioristik memandang belajar sebagai kegiatan yang bersifat mekanistik antara stimulus dan respon. Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut :
- Perlakuan terhadap individu didasarkan kepada tugas yang harus dilakukan sesuai dengan tingkat tahapan dan dalam pelaksanaannya harus ada ganjaran dan kedisiplinan.
- Motivasi belajar berasal dari luar (external) dan harus terus menerus dilakukan agar motivasi tetap terjaga.
- Metode belajar dijabarkan secara rinci untuk mengembangkan disiplin ilmu tertentu.
- Tujuan kurikuler berpusat pada pengetahuan dan keterampilan akademis serta tingkah laku sosial.
- Pengelolaan kelas berpusat pada guru dengan interaksi sosial sebagai sarana untuk mencapai tujuan tertentu dan bukan merupakan tujuan utama yang hendak dicapai.
- Untuk mengefektifkan belajar maka dilakukan dengan cara menyusun program secara rinci dan bertingkat sesuai serta mengutamakan penguasaan bahan atau keterampilan.
- Peserta didik cenderung pasif.
- Kegiatan peserta didik diarahkan pada pemahiran keterampilan melalui pembiasaan setahap demi setahap demi setahap secara rinci.
B. Kognitivisme ( Akal Pikiran / Otak )
Kerangka kerja atau dasar pemikiran dari teori pendidikan kognitivisme adalah dasarnya rasional. Teori ini memiliki asumsi filosofis yaitu the way in which we learn ( Pengetahuan seseorang diperoleh berdasarkan pemikiran ) inilah yang disebut dengan filosofi Rationalisme. Menurut aliran ini, kita belajar disebabkan oleh kemampuan kita dalam menafsirkan peristiwa atau kejadian yang terjadi dalam lingkungan.
Teori Kognitivisme berusaha menjelaskan dalam belajar bagaimanah orang-orang berpikir. Oleh karena itu dalam aliran kognitivisme lebih mementingkan proses belajar dari pada hasil belajar itu sendiri.karena menurut teori ini bahwa belajar melibatkan proses berpikir yang kompleks.
Jadi menurut teori kognitivisme pendidikan dihasilkan dari proses berpikir ( dalam Sukarjo, 2009 :50).
Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut : ( dalam Baharudin & Wahyuni, 2008)
- Perlakuan individu didasarkan pada tingkat perkembangan kognitif peserta didik.
- Motivasi berasal dari dalam diri individu (intrinsik) yang timbul berdasarkan pengetahuan yang telah dikuasai peserta didik.
- Tujuan kurikuler difokuskan untuk mengembangkan keseluruhan kemampuan kognitif, bahasa, dan motorik dengan interaksi sosial berfungsi sebagai alat untuk mengembangkan kecerdasan.
- Bentuk pengelolaan kelas berpusat pada peserta didik dengan guru sebagai fasillitator.
- Mengefektifkan mengajar dengan cara mengutamakan program pendidikan yang berupa pengetahuanpengetahuan terpadu secara hierarkis.
- Partisipasi peserta didik sangat dominan guna meningkatkan sisi kognitif peserta didik.
- Kegiatan belajar peserta didik mengutamakan belajar untuk memahami dengan cara insight learning.
- Tujuan umum dalam pendidikan adalah untuk mengembangkan sisi kognitif secara optimal dan kemampuan menggunakan kecerdasan secara bijaksanan.
C. Konstruktivisme
Menurut teori konstruktivisme yang menjadi dasar bahwa siswa memperoleh pengetahuan adalah karena keaktifan siswa itu sendiri. Konsep pembelajaran menurut teori konstruktivisme adalah suatu proses pembelajaran yang mengkondisikan siswa untuk melakukan proses aktif membangun konsep baru, dan pengetahuan baru berdasarkan data. Oleh karena itu proses pembelajaran harus dirancang dan dikelola sedemikian rupa sehinggah mampu mendorong siswa mengorganisasi pengalamannya sendiri menjadi pengetahuan yang bermakna .
Jadi dalam pandangan konstruktivisme sangat penting peranan siswa. Agar siswa memiliki kebiasaan berpikir maka dibutuhkan kebebasan dan sikap belajar ( dalam Sukarjo 2009 :56).
Menurut teori ini juga perlu disadari bahwa siswa adalah subjek utama dalam penemuan pengetahuan. Mereka menyusun dan membangun pengetahuan melalui berbagai pengalaman yang memungkinkan terbentuknya pengetahuan. Mereka harus menjalani sendiri berbagai pengalaman yang pada akhirnya memberikan pemikiran tentang pengetahuan-pengetahuan tertentu. Hal terpenting dalam pembelajaran adalah siswa perlu menguasai bagaimana caranya belajar. ( Novak dan Gowin,1984 ). Dengan itu ia bisa menjadi pembelajar mandiri dan menemukan sendiri pengetahuan-pengetahuan yang ia butuhkan dalam kehidupan. ( http: // mjescholl.multjay.com/ jurnal/item/36).
D. Humanistik ( Bakat )
Teori ini pada dasarnya memiliki tujuan untuk memanusiakan manusia. Oleh karena itu proses belajar dapat dianggap berhasil apabila sipembelajar telah memahami lingkungannya dan dirinya sendiri. Dengan kata lain sipembelajar dalam proses belajarnya harus berusaha agar lambat laun ia mampu mencapai aktualisasi diri dengan sebaik-baiknya .
Tujuan utama para pendidik adalah membantu siswa untuk mengembangkan dirinya yaitu membantu masing-masing individu untuk mengenal diri mereka sendiri sebagai manusia yang unik dan membantu dalam mewujudkan potensi-potensi yang ada dalam diri mereka.
Menurut aliran Humanistik para pendidik sebaiknya melihat kebutuhan yang lebih tinggi dan merencanakan pendidikan dan kurikulum untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan ini .Beberapa psikolog humanistik melihat bahwa manusia mempunyai keinginan alami untuk berkembang untuk menjadi lebih baik dan belajar.
Secara singkat pendekatan humanistik dalam pendidikan menekankan pada perkembangan positif. Pendekatan yang berfokus pada potensi manusia untuk mencari dan menemukan kemampuan yang mereka punya dan mengembangkan kemampuan tersebut. Hal ini mencakup kemampuan interpersonal sosial dan metode untuk mengembangkan diri yang ditujukan untuk memperkaya diri, menikmati keberadaan hidup dan juga masyarakat. Keterampilan atau kemampuan membangun diri secara positif ini menjadi sangat penting dalam pendidikan karena keterkaitannya dengan keberhasilan akademik. Dalam teori humanistik belajar dianggap berhasil apabila pembelajar memahami lingkungannya dan dirinya sendiri.
Implikasinya terhadap pendidikan adalah sebagai berikut ( dalam Baharudin & Wahyuni, 2008 ) :
- Perlakuan terhadap individu didasarkan akan kebutuhan individual dan kepribadian peserta didik.
- Motivasi belajar berasal dari dalam diri (intrinsik) karena adanya keinginan untuk mengetahui.
- Metode belajar menggunakan metode pendekatan terpadu dengan menekankan kepada ilmu-ilmu sosial.
- Tujuan kurikuler mengutamakan pada perkembangandari segi sosial, keterampilan berkomunikasi, dan kemampuan untuk peka terhadap kebutuhan individu dan orang lain
- Bentuk pengelolaan kelas berpusat pada peserta didik yang mempunyai kebebasan memilih dan guru hanya berperan untuk membantu.
- Untuk mengefektifkan mengajar maka pengajaran disusun dalam bentuk topik-topik terpadu berdasarkan pada kebutuhan peserta didik
- Partisipasi peserta didik sangat dominan
- Kegiatan belajar peserta didik mengutamakan belajar melalui pemahaman dan pengertian bukan hanya untuk memperoleh pengetahuan
Dengan penjelasan diatas, dapat diketahui bahwa kedudukan teori belajar dijadikan sumber inspirasi di dalam pengembangan model pembelajaran, terutama di dalam penetapan tingkah laku yang harus dikuasai peserta didik, karakteristik peserta didik, kondisi-kondisi pembelajaran yang harus dirancang, beserta berbagai fasilitas belajar yang dapat memperkuat pengalaman belajar peserta didik.
Di zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi sekarang ini, para ahli berusaha untuk meningkatkan mengajar itu menjadi suatu ilmu atau science. Dengan metode mengajar yang ilmiah, diharapkan proses belajar mengajar itu lebih terjamin keberhasilannya. Inilah yang sedang diusahakan oleh teknologi pendidikan. Sebuah obsesi bahwa pada suatu saat, mengajar atau mendidik itu menjadi suatu teknologi yang dapat dikenal dan dikuasai langkah-langkahnya (Prawiradilaga, 2008). Teknologi pendidikan memberikan pendekatan yang sistematis dan kritis tentang proses belajar mengajar. Dalam pengembangan teknologi pendidikan diperlukan teori psikologi ( psikologi pendidikan dan psikologi belajar). Karena subjek dari teknologi pendidikan adalah manusia ( peserta didik ). Berikut aplikasi teori psikologi pendidikan dan psikologi belajar dalam teknologi pendidikan , yaitu :
Psikologi belajar merupakan ilmu yang mempelajari tentang perilaku individu dalam konteks belajar. Psikologi belajar mengkaji tentang hakekat belajar dan teori-teori belajar, serta berbagai aspek perilaku individu lainnya dalam belajar, yang semuanya dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan sekaligus mendasari pengembangan teknologi pendidikan.
Oleh sebab itu, dalam pengembangan teknologi pendidikan yang senantiasa berhubungan dengan program pendidikan untuk kepentingan peserta didik, maka landasan psikologi mutlak harus dijadikan dasar dalam proses pengembangan teknologi pendidikan. Perkembangan yang dialami oleh peserta didik pada umumnya diperoleh melalui proses belajar. Guru sebagai pendidik harus mengupayakan cara / metode yang lebih baik untuk melaksanakan proses pembelajaran guna mendapatkan hasil yang optimal, dalam hal ini proses pembelajaran mutlak diperlukan pemikiran yang mendalam dengan memperhatikan psikologi belajar
Selain itu aplikasi psikologi pendidikan dalam teknologi pendidikan adalah yang menyangkut dengan aspek-aspek perilaku dalam ruang lingkup belajar mengajar. Secara psikologis, manusia adalah mahluk individual namun juga sebagai makhluk social dengan kata lain manusia itu sebagai makhluk yang unik. Maka dari itu kajian teori dalam psikologi dalam Teknologi pendidikan seharusnya memperhatikan keunikan yang dimiliki oleh setiap individu baik ditinjau dari segi tingkat kecerdasan, kemampuan, sikap, motivasi, perasaan serta karakteristik-karakteristik individu lainnya. Dan strategi belajar seperti itu terdapat dalam kajian ilmu Teknologi Pendidikan.
Jadi dapat disimpulkan bahwa pengaplikasian teori psikologi ( baik psikologi pendidikan maupun psikologi belajar ) terhadap teknologi pendidikan sangat erat karena dalam membuat strategi belajar dan untuk mengetahui tehnik belajar yang baik maka terlabih dahulu kita sebagai guru harus mengerti ilmu jiwa.
DAFTAR PUSTAKA
Baharudin. dan Wahyuni, Nur Esa. Teori Belajar & Pembelajaran. 2008. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group
DAFTAR PUSTAKA
Baharudin. dan Wahyuni, Nur Esa. Teori Belajar & Pembelajaran. 2008. Jogjakarta: Ar-Ruzz Media Group
Khadijah, Nyayu.
2009. Psikologi Pendidikan.
Palembang: Grafika Telindo Press.
Miarso, Yusufhadi, 2009. Menyemai
Benih Teknologi Pendidikan.Jakarta : Kencana
Mustaqim, dkk.
2010. Psikologi Pendidikan. PT Rineka Cipta : Jakarta
Pidarta, Made.
2007. Landasan Kependidikan. Jakarta:
Rineka Cipta.
Prawiradilaga, Dewi Salma dan Eveline Siregar. 2008. Mozaik Teknologi Pendidikan.
Jakarta : Kencana
Sukardjo,M dan
Komarudin Ukim. 2009. Landasan Pendidikan. Jakarta: Rajawali Pres
Syah, Muhibbin. 2009. Psikologi Belajar. PT
Raja Grafindo Persada : Jakarta
0 komentar:
Post a Comment