Huruf dan Struktur Kalimat Bahasa Jepang
Bahasa Jepang merupakan bahasa yang sangat mudah untuk dipelajari dari segi huruf dan penulisan, pengucapan serta struktur bahasa itu sendiri, menurut Yoel Sadewa (2003), “Tentang Bahasa Jepang”, (p. 1).
Bahasa Jepang merupakan bahasa yang sangat mudah untuk dipelajari dari segi huruf dan penulisan, pengucapan serta struktur bahasa itu sendiri, menurut Yoel Sadewa (2003), “Tentang Bahasa Jepang”, (p. 1).
1. Huruf dan Abjad Bahasa Jepang
Huruf dan abjad bahasa Jepang terdiri dari empat; yaitu :
a. Hiragana
Digunakan untuk menulis kata-kata asli Bahasa Jepang. Juga digunakan untuk tulisan kata-kata yang ditulis dengan huruf Kanji. Selain itu juga untuk menulis kata Bantu atau partikel, kata Bantu kata kerja atau yang berkonjugasi dengan kata kerja dan sebagainya. Penulisan Hiragana didasarkan atas suku kata dan aturan sendiri.
b. Katakana
Digunakan untuk menulis kata-kata yang berasal dari kata asing. Seperti nama orang asing, nama negara dan kota asing (kecuali pada beberapa negara), benda-benda dari negara asing dan lain-lain. Tetapi sekarang ini banyak pula kata-kata Jepang asli yang juga sering ditulis dengan huruf Katakana, namun biasanya bersifat sebagai penegasan saja.
Selain itu Katakana juga banyak digunakan untuk menulis onomatope (bentuk kata yang menirukan suatu bunyi atau suara baik dari manusia, hewan atau benda).
Penulisan Katakana didasarkan atas suku kata dan aturan sendiri.
c. Kanji
Digunakan untuk menulis kata-kata asli Bahasa Jepang yang telah diterapkan dengan tulisan Kanji. Jumlah yang ditetapkan secara resmi dan digunakan pada pendidikan di Jepang sekarang adalah sekitar 1850 huruf. Selain itu juga merupakan menulis kata-kata yang berasal dari Cina dan memang huruf Kanji berasal dari Cina.
d. Roomaji
Roomaji adalah huruf Latin (a-z). terdapat dua macam sistem ejaan Bahasa Jepang dalam huruf Roomaji (latin) yang digunakan dalam penulisan, yaitu :
§ Sistem Kunreishiki
Pada penulisan bunyi panjang atau vokal panjang ditulis secara lengkap.
Contoh : okaasan (ibu).
§ Sistem Hepburn
Pada penulisan bunyi panjang atau vokal panjang ditulis tanda “-“ di atas vokal tersebut.
Contoh : okāsan (ibu).
Penulisan Roomaji digunakan untuk beberapa hal, diantaranya :
Penulisan pada beberapa buku teks Bahasa Jepang dasar untuk orang asing.
Penulisan singkatan-singkatan.
Penulisan kata-kata asing yang dipandang perlu ditulis sesuai asli (huruf Latin).
2. Pengucapan Bahasa Jepang
Hampir semua kata dalam Bahasa Jepang ditulis (dalam huruf latin) dan diucapkan seperti dalam Bahasa Indonesia, sehingga dalam mempelajari sistem pengucapan tidak terlalu sulit bagi orang Indonesia, jika dibandingkan dengan ucapan dalam bahasa asing lain seperti Bahasa Inggris, Bahasa Perancis, Bahasa Belanda dan sebagainya. Dalam Bahasa Jepang hanya sedikit saja yang diucapkan berbeda dari Bahasa Indonesia.
Terdapat 5 vokal dasar. Vokal dalam Bahasa Jepang ada vokal pendek/biasa dan vokal panjang/dobel. Terkadang panjang pendeknya vokal ini mempengaruhi arti. Adapun vokal tersebut adalah :
A, dibaca sama seperti pada kata : jaya, para, sama dan lain-lain.
I, dibaca sama seperti pada kata : sini, bibi, tari dan lain-lain.
U, dibaca sama seperti pada kata : kuku, buku, kamu dan lain-lain.
E, dibaca sama seperti pada kata : hebat, lele, desa dan lain-lain.
O, dibaca sama seperti pada kata : toko, dosa, orang dan lain-lain.
Dalam Bahasa Jepang tidak terdapat konsonan L, Q dan X, kecuali konsonan N dan konsonan rangkap. Konsonan lainnya adalah diikuti vokal, contoh : KA, SA, TA, NA, HA dan sebagainya. Sedangkan cara baca konsonan tersebut hampir semua sama seperti dalam Bahasa Indonesia, kecuali beberapa konsonan berubah bunyi; diantaranya adalah :
a. Hiragana
Digunakan untuk menulis kata-kata asli Bahasa Jepang. Juga digunakan untuk tulisan kata-kata yang ditulis dengan huruf Kanji. Selain itu juga untuk menulis kata Bantu atau partikel, kata Bantu kata kerja atau yang berkonjugasi dengan kata kerja dan sebagainya. Penulisan Hiragana didasarkan atas suku kata dan aturan sendiri.
b. Katakana
Digunakan untuk menulis kata-kata yang berasal dari kata asing. Seperti nama orang asing, nama negara dan kota asing (kecuali pada beberapa negara), benda-benda dari negara asing dan lain-lain. Tetapi sekarang ini banyak pula kata-kata Jepang asli yang juga sering ditulis dengan huruf Katakana, namun biasanya bersifat sebagai penegasan saja.
Selain itu Katakana juga banyak digunakan untuk menulis onomatope (bentuk kata yang menirukan suatu bunyi atau suara baik dari manusia, hewan atau benda).
Penulisan Katakana didasarkan atas suku kata dan aturan sendiri.
c. Kanji
Digunakan untuk menulis kata-kata asli Bahasa Jepang yang telah diterapkan dengan tulisan Kanji. Jumlah yang ditetapkan secara resmi dan digunakan pada pendidikan di Jepang sekarang adalah sekitar 1850 huruf. Selain itu juga merupakan menulis kata-kata yang berasal dari Cina dan memang huruf Kanji berasal dari Cina.
d. Roomaji
Roomaji adalah huruf Latin (a-z). terdapat dua macam sistem ejaan Bahasa Jepang dalam huruf Roomaji (latin) yang digunakan dalam penulisan, yaitu :
§ Sistem Kunreishiki
Pada penulisan bunyi panjang atau vokal panjang ditulis secara lengkap.
Contoh : okaasan (ibu).
§ Sistem Hepburn
Pada penulisan bunyi panjang atau vokal panjang ditulis tanda “-“ di atas vokal tersebut.
Contoh : okāsan (ibu).
Penulisan Roomaji digunakan untuk beberapa hal, diantaranya :
Penulisan pada beberapa buku teks Bahasa Jepang dasar untuk orang asing.
Penulisan singkatan-singkatan.
Penulisan kata-kata asing yang dipandang perlu ditulis sesuai asli (huruf Latin).
2. Pengucapan Bahasa Jepang
Hampir semua kata dalam Bahasa Jepang ditulis (dalam huruf latin) dan diucapkan seperti dalam Bahasa Indonesia, sehingga dalam mempelajari sistem pengucapan tidak terlalu sulit bagi orang Indonesia, jika dibandingkan dengan ucapan dalam bahasa asing lain seperti Bahasa Inggris, Bahasa Perancis, Bahasa Belanda dan sebagainya. Dalam Bahasa Jepang hanya sedikit saja yang diucapkan berbeda dari Bahasa Indonesia.
Terdapat 5 vokal dasar. Vokal dalam Bahasa Jepang ada vokal pendek/biasa dan vokal panjang/dobel. Terkadang panjang pendeknya vokal ini mempengaruhi arti. Adapun vokal tersebut adalah :
A, dibaca sama seperti pada kata : jaya, para, sama dan lain-lain.
I, dibaca sama seperti pada kata : sini, bibi, tari dan lain-lain.
U, dibaca sama seperti pada kata : kuku, buku, kamu dan lain-lain.
E, dibaca sama seperti pada kata : hebat, lele, desa dan lain-lain.
O, dibaca sama seperti pada kata : toko, dosa, orang dan lain-lain.
Dalam Bahasa Jepang tidak terdapat konsonan L, Q dan X, kecuali konsonan N dan konsonan rangkap. Konsonan lainnya adalah diikuti vokal, contoh : KA, SA, TA, NA, HA dan sebagainya. Sedangkan cara baca konsonan tersebut hampir semua sama seperti dalam Bahasa Indonesia, kecuali beberapa konsonan berubah bunyi; diantaranya adalah :
G
a. Diawal kata tetap dibaca “g” seperti pada kata : gagak, gila, guru dan lain-lain.
b. Ditengah kata bisa dibaca “ng” seperti pada kata : ungu, angan dan lain-lain. Namun juga dapat dibaca tetap “g”.
N
a. Diakhir kata dibaca “ng” seperti pada kata : anjing, urung dan lain-lain.
b. Diikuti konsonan “k” dan “g” juga dibaca “ng”.
c. Diikuti konsonan “b”, “m”, “p” dibaca “m”.
d. Diikuti konsonan lain tetap dibaca “n”.
3. Struktur Kalimat
Struktur kalimat dalam Bahasa Jepang berbeda dengan struktur kalimat dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Adapun secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut :
Di belakang kata digunakan kata bantu atau partikel. Kata bantu ini menunjukan sebagai arti dan untuk menghubungkan antara kata atau kalimat.
Predikat terletak pada akhir kalimat.
Kata yang diterangkan terletak di belakang kata yang menerangkan M.D (Menerangkan Diterangkan). Hal ini berlawanan dengan hukum D.M (Diterangkan Menerangkan) seperti dalam Bahasa Indonesia.
Kebanyakan kata bendanya tidak memiliki bentuk jamak.
Subjek dan objek yang telah diketahui dari sebuah kalimat biasanya dihilangkan.
Terdapat bentuk kalimat biasa dan bentuk sopan. Dalam menggunakannya tergantung pada situasi.
Struktur kalimat dalam Bahasa Jepang berbeda dengan struktur kalimat dalam Bahasa Indonesia atau Bahasa Inggris. Adapun secara garis besar dapat dijelaskan sebagai berikut :
Di belakang kata digunakan kata bantu atau partikel. Kata bantu ini menunjukan sebagai arti dan untuk menghubungkan antara kata atau kalimat.
Predikat terletak pada akhir kalimat.
Kata yang diterangkan terletak di belakang kata yang menerangkan M.D (Menerangkan Diterangkan). Hal ini berlawanan dengan hukum D.M (Diterangkan Menerangkan) seperti dalam Bahasa Indonesia.
Kebanyakan kata bendanya tidak memiliki bentuk jamak.
Subjek dan objek yang telah diketahui dari sebuah kalimat biasanya dihilangkan.
Terdapat bentuk kalimat biasa dan bentuk sopan. Dalam menggunakannya tergantung pada situasi.
0 komentar:
Post a Comment