Definisi Autis : World Health Organization’s International Classification of Diseases (ICD-10) mendefinisikan autisme khususnya childhood autism sebagai adanya keabnormalan dan atau gangguan perkembangan yang muncul sebelum usia tiga tahun dengan tipe karakteristik tidak normalnya tiga bidang yaitu interaksi sosial, komunikasi, dan perilaku yang diulang-ulang (Tim YPAC, 2000).
Anak autis termasuk salah satu jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang mengalami gangguan neurobiologis dengan adanya hambatan fungsi syaraf otak yang berhubungan dengan fungsi komunikasi, motorik sosial dan perhatian. Hambatan yang dialami anak autis merupakan kombinasi dari beberapa gangguan perkembangan syaraf otak dan perilaku siswa yang muncul pada tiga tahun pertama usia anak (Apriani, 2016).
Sutadi menjelaskan bahwa yang dimaksud autistik adalah gangguan perkembangan neurobiologis berat yang mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan berelasi (berhubungan dengan orang lain). Penyandang autisme tidak dapat berhubungan dengan orang lain secara berarti, serta kemampuannya untuk membangun hubungan dengan orang lain terganggu karena ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dan mengerti perasaan orang lain penyandang autis memiliki gangguan pada interaksi sosial, komunikasi (baik verbal maupun non-verbal), imajinasi, pola perilaku repetitive dan resistensi terhadap perubahan pada rutinitas (Tim YPAC, 2000).
Ika Widyawati menjelaskan bahwa autism merupakan gangguan perkembangan pervasif/ Pervasive Developmental Disorder (PDD) atau disebut Autism Specrtum Disorder (ASD) yang ditandai dengan adanya abnormalitas dan/ atau hendaya perkembangan yang muncul sebelum usia 3 tahun, dan mempunyai fungsi yang abnormal dalam 3 bidang, yaitu interaksi : sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas (restriktif) dan berulang (repetitif) (Tim YPAC, 2000).
Autisme atau autisme infantil (Early Infantile Autism) pertama kali dikemukakan oleh Dr. Leo Kanner, seorang psikiatris Amerika pada tahun 1943. Istilah autisme dipergunakan untuk menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol yang sering disebut Sindrom Kanner. Ciri yang menonjol pada sindrom Kanner antara lain ekspresi wajah yang kosong seolah-olah sedang melamun, kehilangan pikiran dan sulit sekali bagi orang lain untuk menarik perhatian mereka atau mengajak mereka berkomunikasi (Sofia.2010).
Pada awalnya istilah “autisme” diambilnya dari gangguan schizophrenia, dimana Bleuer memakai autisme ini untuk menggambarkan perilaku pasien skizofrenia yang menarik diri dari dunia luar dan menciptakan dunia fantasinya sendiri. Namun ada perbedaan yang jelas antara penyebab dari autisme pada penderita skizofrenia dengan penyandang autisme infantil. Pada skizofrenia, autism disebabkan dampak area gangguan jiwa yang didalamnya terkandung halusinasi dan delusi yang berlansung minimal selama 1 bulan, sedangkan pada anak-anak dengan autisme infantile terdapat kegagalan dalam perkembangan yang tergolong dalam kriteria gangguan pervasive dengan kehidupan autistik yang tidak disertai dengan halusinasi dan delusi (Tim YPAC, 2000).
Anak autis termasuk salah satu jenis Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) yang mengalami gangguan neurobiologis dengan adanya hambatan fungsi syaraf otak yang berhubungan dengan fungsi komunikasi, motorik sosial dan perhatian. Hambatan yang dialami anak autis merupakan kombinasi dari beberapa gangguan perkembangan syaraf otak dan perilaku siswa yang muncul pada tiga tahun pertama usia anak (Apriani, 2016).
Sutadi menjelaskan bahwa yang dimaksud autistik adalah gangguan perkembangan neurobiologis berat yang mempengaruhi cara seseorang untuk berkomunikasi dan berelasi (berhubungan dengan orang lain). Penyandang autisme tidak dapat berhubungan dengan orang lain secara berarti, serta kemampuannya untuk membangun hubungan dengan orang lain terganggu karena ketidakmampuannya untuk berkomunikasi dan mengerti perasaan orang lain penyandang autis memiliki gangguan pada interaksi sosial, komunikasi (baik verbal maupun non-verbal), imajinasi, pola perilaku repetitive dan resistensi terhadap perubahan pada rutinitas (Tim YPAC, 2000).
Ika Widyawati menjelaskan bahwa autism merupakan gangguan perkembangan pervasif/ Pervasive Developmental Disorder (PDD) atau disebut Autism Specrtum Disorder (ASD) yang ditandai dengan adanya abnormalitas dan/ atau hendaya perkembangan yang muncul sebelum usia 3 tahun, dan mempunyai fungsi yang abnormal dalam 3 bidang, yaitu interaksi : sosial, komunikasi, dan perilaku yang terbatas (restriktif) dan berulang (repetitif) (Tim YPAC, 2000).
Autisme atau autisme infantil (Early Infantile Autism) pertama kali dikemukakan oleh Dr. Leo Kanner, seorang psikiatris Amerika pada tahun 1943. Istilah autisme dipergunakan untuk menunjukkan suatu gejala psikosis pada anak-anak yang unik dan menonjol yang sering disebut Sindrom Kanner. Ciri yang menonjol pada sindrom Kanner antara lain ekspresi wajah yang kosong seolah-olah sedang melamun, kehilangan pikiran dan sulit sekali bagi orang lain untuk menarik perhatian mereka atau mengajak mereka berkomunikasi (Sofia.2010).
Pada awalnya istilah “autisme” diambilnya dari gangguan schizophrenia, dimana Bleuer memakai autisme ini untuk menggambarkan perilaku pasien skizofrenia yang menarik diri dari dunia luar dan menciptakan dunia fantasinya sendiri. Namun ada perbedaan yang jelas antara penyebab dari autisme pada penderita skizofrenia dengan penyandang autisme infantil. Pada skizofrenia, autism disebabkan dampak area gangguan jiwa yang didalamnya terkandung halusinasi dan delusi yang berlansung minimal selama 1 bulan, sedangkan pada anak-anak dengan autisme infantile terdapat kegagalan dalam perkembangan yang tergolong dalam kriteria gangguan pervasive dengan kehidupan autistik yang tidak disertai dengan halusinasi dan delusi (Tim YPAC, 2000).
0 komentar:
Post a Comment