Klasifikasi Autisme dapat dibagi berdasarkan berbagai pengelompokan kondisi (Tim YPAC, 2000) :
a. Klasifikasi berdasarkan saat munculnya kelainan
a. Tingkatan 1, individu yang memerlukan dukungan Gambaran komunikasi sosial untuk penyandang autis pada level ini adalah: kelemahan komunikasi sosial terlihat saat tidak ada dukungan, kesulitan memulai interaksi sosial dan penurunan ketertarikan dalam interaksi sosial. Contohnya adalah individu autis yang mampu berbicara dengan lancar namun gagal mempertahankan komunikasi dan gagal membentuk jalinan pertemanan. Gambaran perilaku berulang untuk penyandang autis pada level ini adalah: mengalami kesulitan dalam peralihan aktivitas, permasalahan dalam mengorganisasi dan membuat perencanaan sehingga menghambat kemandirian (DSM V. 2000).
b. Tingkatan 2, individu memerlukan dukungan yang kuat Gambaran komunikasi sosial untuk penyandang autis pada level iniadalah: terlihat kelemahan dalam ketrampilan komunikasi sosial verbal dan non-verbal, kelemahan sosial jelas terlihat bahkan saat disertai dukungan, inisiatif interaksi sosial yang terbatas dan respon abnormal pada stimulus sosial. Gambaran perilaku berulang untuk penyandang autis pada level ini adalah: perilaku yang tidak fleksibel, kesulitan menghadapi perubahan, perilaku berulang atau terbatas dengan frekuensi tinggi sehingga menganggu fungsi individu dalam banyak konteks, distress dan atau kesulitan saat mengganti fokus atau kegiatan (DSM V. 2000).
c. Tingkatan 3, individu sangat memerlukan dukungan kuat Gambaran komunikasi sosial untuk penyandang autis pada level ini adalah: kekurangan yang parah dalam ketrampilan komunikasi sosial verbal dan non-verbal mengakibatkan kelemahan yang parah dalam fungsi, inisiatif interaksi sosial sangat terbatas dan respon yang sangat minim pada rangsangan sosial. Contohnya adalah seseorang dengan sedikit berbicara yang jarang berinteraksi, hanya berinteraksi jika (DSM V. 2000).
Menurut Handojo klasifikasi anak dengan kebutuhan khususnya (Special Needs) adalah (Apriani, 2016):
a. Autisme infantile atau autisme masa kanak-kanak
Tata laksana dalam pengenalan ciri-ciri anak autis diatas 5 tahun usia ini. Perkembangan otak anak akan sangat melambat. Usia paling ideal adalah 2-3 tahun, karena pada usia ini perkembangan otak anak berada pada tahap paling cepat.
b. Sindroma Aspeger Sindroma Aspeger mirip dengan autisme infantile, dalam hal kurang interaksi sosial. Tetapi mereka masih mampu berkomunikasi cukup baik. Anak sering memperlihatkan perilakunya yang tidak wajar dan minat yang terbatas.
c. Attention Deficit Hiperactive Disorder atau (ADHD)
ADHD dapat diterjemahkan dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas atau GPPH. Hiperaktivitas adalah perilaku motorik yang berlebihan.
d. Anak “Giftred”
Anak Giftred adalah anak dengan intelegensi yang mirip dengan intelegensi yang super atau genius, namun memiliki gejala-gejala perilaku yang mirip dengan autisme. Dengan intelegensi yang jauh diatas normal, perilaku mereka seringkali terkesan aneh.
a. Klasifikasi berdasarkan saat munculnya kelainan
- Autisme infantil; istilah ini digunakan untuk menyebut anak autis yang kelainannya sudah nampak sejak lahir.
- Autisme fiksasi; adalah anak autis yang pada waktu lahir kondisinya normal, tanda-tanda autisnya muncul kemudian setelah berumur dua atau tiga tahun.
- Autis dengan keterbelakangan mental sedang dan berat (IQ dibawah 50). Prevalensi 60% dari anak autistic.
- Autis dengan keterbelakangan mental ringan (IQ 50-70). Prevalensi 20% dari anak autis.
- Autis yang tidak mengalami keterbelakangan mental (Intelegensi diatas 70) Prevalensi 20% dari anak autis.
- Kelompok yang menyendiri; banyak terlihat pada anak yang menarik diri, acuh tak acuh dan kesal bila diadakan pendekatan sosial serta menunjukkan perilaku dan perhatian yang tidak hangat.
- Kelompok yang pasif, dapat menerima pendekatan sosial dan bermain dengan anak lain jika pola permainannya disesuaikan dengan dirinya.
a. Tingkatan 1, individu yang memerlukan dukungan Gambaran komunikasi sosial untuk penyandang autis pada level ini adalah: kelemahan komunikasi sosial terlihat saat tidak ada dukungan, kesulitan memulai interaksi sosial dan penurunan ketertarikan dalam interaksi sosial. Contohnya adalah individu autis yang mampu berbicara dengan lancar namun gagal mempertahankan komunikasi dan gagal membentuk jalinan pertemanan. Gambaran perilaku berulang untuk penyandang autis pada level ini adalah: mengalami kesulitan dalam peralihan aktivitas, permasalahan dalam mengorganisasi dan membuat perencanaan sehingga menghambat kemandirian (DSM V. 2000).
b. Tingkatan 2, individu memerlukan dukungan yang kuat Gambaran komunikasi sosial untuk penyandang autis pada level iniadalah: terlihat kelemahan dalam ketrampilan komunikasi sosial verbal dan non-verbal, kelemahan sosial jelas terlihat bahkan saat disertai dukungan, inisiatif interaksi sosial yang terbatas dan respon abnormal pada stimulus sosial. Gambaran perilaku berulang untuk penyandang autis pada level ini adalah: perilaku yang tidak fleksibel, kesulitan menghadapi perubahan, perilaku berulang atau terbatas dengan frekuensi tinggi sehingga menganggu fungsi individu dalam banyak konteks, distress dan atau kesulitan saat mengganti fokus atau kegiatan (DSM V. 2000).
c. Tingkatan 3, individu sangat memerlukan dukungan kuat Gambaran komunikasi sosial untuk penyandang autis pada level ini adalah: kekurangan yang parah dalam ketrampilan komunikasi sosial verbal dan non-verbal mengakibatkan kelemahan yang parah dalam fungsi, inisiatif interaksi sosial sangat terbatas dan respon yang sangat minim pada rangsangan sosial. Contohnya adalah seseorang dengan sedikit berbicara yang jarang berinteraksi, hanya berinteraksi jika (DSM V. 2000).
Menurut Handojo klasifikasi anak dengan kebutuhan khususnya (Special Needs) adalah (Apriani, 2016):
a. Autisme infantile atau autisme masa kanak-kanak
Tata laksana dalam pengenalan ciri-ciri anak autis diatas 5 tahun usia ini. Perkembangan otak anak akan sangat melambat. Usia paling ideal adalah 2-3 tahun, karena pada usia ini perkembangan otak anak berada pada tahap paling cepat.
b. Sindroma Aspeger Sindroma Aspeger mirip dengan autisme infantile, dalam hal kurang interaksi sosial. Tetapi mereka masih mampu berkomunikasi cukup baik. Anak sering memperlihatkan perilakunya yang tidak wajar dan minat yang terbatas.
c. Attention Deficit Hiperactive Disorder atau (ADHD)
ADHD dapat diterjemahkan dengan Gangguan Pemusatan Perhatian dan Hiperaktivitas atau GPPH. Hiperaktivitas adalah perilaku motorik yang berlebihan.
d. Anak “Giftred”
Anak Giftred adalah anak dengan intelegensi yang mirip dengan intelegensi yang super atau genius, namun memiliki gejala-gejala perilaku yang mirip dengan autisme. Dengan intelegensi yang jauh diatas normal, perilaku mereka seringkali terkesan aneh.
0 komentar:
Post a Comment