INFEKSI JAMUR “ DERMATOFITOSIS” (TINEA UNGUIUM)
1. Definisi
Dermatofitosis (Tinea Unguium) adalah infeksi jamur dermatofit yang menyerang kuku. Penyakit ini bersifat menahun dan sangat resisten terhadap pengobatan. Penyakit ini sering dijumpai dinegara tropis karena udara yang lembab dan panas sepanjang tahun sangat cocok bagi perkembangan penyakit jamur.
Kurangnya kebersihan pribadi dapat menjadi faktor yang berkontribusi besar seperti memakai kaos kaki untuk waktu yang lama menciptakan lingkungan yang sempurna untuk pertumbuhan jamur, berbagai alas kaki dan barang-barang pribadi lain juga menimbulkan resiko yang siknifikan ada berbagai faktor yang dapat memperburuk kondisi ini, antara lain: ketidakseimbangan dalam tingkat ph, kurangnya personal hygiene, alas kaki yang digunakan oleh banyak orang, berjalan tanpa alas kaki, tidak mengeringkan kaki setelah mandi, penurunan imunitas.
3. Tanda dan Gejala
- Distal Lateral Subungual Onychomycosis (DLSO)- tersering. Tampak diskromia unguium (perubahan warna kuku), onikolisis (lepasnya lempeng kuku dari dasar kuku), hipertropia unguium (penebalan lempeng kuku) dan subungual hyperkeratosis/debris.
- SuperfisialmWhite Onychomycosis (SWO) = Leuconychia Mycotica. Biasanya pada kuku kaki. Permukaan lempeng kuku ada bercak batas jelas, pulau-pulau opak, putih (bila lama berwarna kuning), permukaan menjadi kasar, lunak seperti kapur dan mudah di kerok. Pada pasien AIDS dapat di kuku tangan.
- Proximal Subungual Onychomycosis (PSO), gejala klinis pada proximal kuku. Banyak di temukan pada penderita AIDS, penerima transplantasi organ, penyakit jaringan ikat.
- Contoh kasus Nn.W usia 25 datang ke puskesmas Mojo pada tanggal 17 juni 2011 karena mengalami gangguan pada kuku kaki. Kuku kaki Nn.W mengalami perubahan warna menjadi kuning dan menebal. Nn W mengeluh nyeri jika memakai sepatu dan kadang kala berbau tidak sedap. Dari pengkajian didapatkan bahwa pasien dalam sehari memakai sepatu selama kurang lebih 10 jam karena bekerja dikantor, sehingga kondisi kaki selalu lembab dan menjadi media untuk pertumbuhan jamur.
Pembahasan
Dari anamnesa kasus diatas pasien mengeluh nyeri dan terdapat beberapa tanda dan gejala dermatofitosis (Tinea Unguium) antara lain: terjadi perubahan warna menjadi kuning dan menebal,serta bau yang tidak sedap pada kaki. Sebagaimana penatalaksanaan penyakit jamur superficial lainya prinsip penatalaksanaan dermatofitosis adalah menghilangkan faktor predisposisinya yang memudahkan terjadinya penyakit, serta terapi dengan obat anti jamur yang sesuai dengan penyebab dan keadaan patologi kuku.
1. Pengobatan
Medis
Pengobatan
topical untuk Dermatofitosis (Tinea Unguium) diantaranya yaitu:
Macam obat topical, Ciclopirox 8% lacquer :
1.
1x/minggu
6 bulan, atau
2.
Bulan
I : 3x /minggu
Bulan
II : 2x/minggu
Bulan
III : 1x/minggu (dapat diteruskan sampai bulan VI)
Pengobatan Oral
- Terbinafin
: 1 tablet/hari, tangan : 6 minggu, kaki : 12-16 minggu
- Itrakonasol
: 1. 2 kapsul/hari, tangan: 6 minggu, kaki: 12-16 minggu
Pengobatan sistemik
Obat sistemik generasi baru yang
dapat digunakan untuk pengobatan onikomikosis adalah Flukanazol, itrakonazol
dan terbinafin.
Bedah Kuku
- Curettage :
1. SWO
2.
Subungual
debris, mengurangi beban kuku yang harus di obati oral
- Pencabutan
kuku tidak dilakukan
2. Pengobatan
Tradisional
a)
Rimpang
lengkuas yang dicuci sampai bersih, belah dan gosokkan pada kulit atau kuku
yang terkena jamur.
b)
Minyak
teh (tea tree oil)
Minyak pohon teh merupakan antiseptic
dan fungisida alami kuat yang bisa melawan infeksi jamur.
5.
Diagnosa dan intervensi
1. Diagnosa : Nyeri b.d adanya infeksi oleh jamur
dermatofit
Tujuan : individu menyatakan peredaanrasa
nyeri setelah suatu tindakan
Kriteria hasil: Dalam 1x24 jam derajat nyeri
mengalami penurunan.
Intervensi
|
Rasional
|
Gunakan terapi
distraksi, dan metode peredaan nyeri lainya
|
Terapi
distraksi dapat menurunkan derajat nyeri.
|
Rendam air
hangat
|
Memberikan
kenyamanan pada bagian yang terasa nyeri.
|
Kolaborasi
pemberian obat topical maupun sistemik.
|
Obat topical
maupun sistemik untuk menghilangkan jamur
|
2. Gangguan
citra diri b.d perubahan warna pada kuku
Tujuan : Individu dapat mendemontrasikan
penerimaan penampilan
Kriteria hasil: Setelah dilakukan
intervensi, citra diri pasien kembali seperti semula.
Intervensi
|
Rasional
|
Beri
penjelasan tentang perawatan diri atau pemberi perawatan
|
Mencegah
infeksi dan perubahan kuku lebih lanjut
|
Biarkan
individu mengekspresikan perasaan
|
Meringankan
beban yang dirasakan
|
Siapkan orang
terdekat terhadap perubahan fisik dan emosional
|
Agar orang
terdekat mampu menerima keadaan pasien.
|
Daftar
Pustaka
Bag./SMF Ilmu Kesehatan Kulit dan
Kelamin FK. Unair/RSU Dr. Soetomo Surabaya. 2007. Atlas Penyakit Kulit dan Kelamin. Surabaya:Airlangga University
Press
M.S, Adiguna.1999. Onikomikosis Dan Pengobatannya Dengan Cat Kuku Saklopiroksa, Dalam
Majalah Kedokteran Indonesia Vol. 49. Jakarta
Korting, HC, M
Schäfer-Korting, H Zienicke, Georgii A, dan MW Ollert.1993. Pengobatan Tinea Unguium Dengan Dosis
Menengah Dan Tinggi Ultramicrosize Griseofulvin Dibandingkan Dengan Dengan
Itraconazole. Diunduh pada tanggal 16 Juni 2011 dari
0 komentar:
Post a Comment