1.
Evapotranspirasi
Evaporasi adalah peristiwa
berubahnya air menjadi uap. Uap ini kemudian bergerak dari permukaan tanah atau
permukaan air ke udara (Sosrodarsono, 1999). Sedangkan Menurut Lee (1988),
evaporasi merupakan proses perubahan cairan menjadi uap, ini terjadi jika
cairan berhubungan dengan atmosfer yang tidak jenuh, baik secara internal, pada
daun tanaman (transpirasi) maupun secara eksternal, pada permukaan yang basah. Evaporasi
adalah perubahan air menjadi uap air. Yang merupakan suatu proses yang
berlangsung hampir tanpa gangguan selama berjam-jam pada siang hari dan sering
juga selama malam hari. Air akan menguap dari permukaan baik tanah gundul
maupun tanah yang ditumbuhi tanaman, dan juga dari pepohonan permukaan kedap
air atap dan jalan raya air, air terbuka dan sungai yang mengalir (Wilson,
1993).
Evapotranspirasi
(ET) adalah ukuran total kehilangan air (penggunaan air) untuk suatu luasan
lahan melalui evaporasi dari permukaan tanaman. Secara potensial ET ditentukan
hanya oleh unsur – unsur iklim, sedangkan secara aktual ET juga ditentukan oleh
kondisi tanah dan sifat tanaman
(Handoko, 1995).
Jumlah total air yang
hilang dari lapangan karena evaporasi tanah dan transpirasi tanaman secara
bersama disebut evapotranspirasi (ET). Evaporasi merupakan suatu proses yang tergantung energi
yang meliputi perubahan sifat dari fase cairan ke fase gas. Laju transpirasi
merupakan fungsi dari landaian tekanan uap, tahanan terhadap aliran, dan
kemampuan tanaman dan tanah untuk mentranspor air ke tempat terjadinya
transpirasi. Kehilangan air ke atmosfer ditentukan oleh faktor-faktor
lingkungan dan faktor dalam tanaman. Pengaruh lingkungan terhadap ET disebut
tuntutan atmosfer atau tuntutan evaporisasi (Anonim2, 2008).
Perkiraan evaporasi dan transpirasi adalah sangat penting dalam
pengkajian-pengkajian hidrometeorologi. Pengukuran langsung evaporasi maupun
evapotranspirasi dari air ataupun ermukaan lahan yang besar adalah tidak
mungkin pada saat ini. Akan tetapi beberapa metode yang tidak langsung telah
dikembangkan yang akan memberikan hasil-hasil yang dapat diterima (Anonim3, 2009).
Penguapan
adalah proses perubahan air dari bentuk cair menjadi bentuk gas (uap). Ada dua
macam penguapan, yaitu evaporasi (penguapan air secara langsung dari lautan,
danau, sungai, dll) dan transpirasi (penguapan air dari tumbuh-tumbuhan dan
lain-lain, makhluk hidup). Gabungan antara evaporasi dan transpirasi disebut
evapotranspirasi (Wuryanto, dkk, 2000).
Penguapan
cenderung untuk menjadi sangat tinggi pada daerah-daerah yang mempunyai suhu
tinggi, angin kuat, dan kelembaban yang rendah. Daerah subtropik biasanya
merupakan daerah yang langsung menerima insolasi (pemanasan dari matahari)
tanpa terlindung oleh adanya awan. Juga merupakan daerah yang mempunyai angin
yang kuat dan mempunyai nilai kelembaban yang rendah (Hutabarat, 1986).
Kecepatan hilangnya air oleh evaporasi (penguapan)/transpirasi
pada dasarnya ditentukan oleh gradien tekanan uap; yaitu oleh perbedaan tekanan
pada daun/permukaan tanah dan tekanan dari atmosfer. Seterusnya gradien
tekanan-uap terhubung dengan sejumlah faktor iklim dan tanah yang lain (Buckman
dan Brady, 1982).
Pengukuran langsung
evapotranspirasi dengan penginderaan jauh masih belum masih belum dimungkinkan.
Pendekatan penginderaan jauh terhadap penentuan evapotranspirasi terletak pada
pengukuran jumlah dan lamanya gerakan air dari tanah ke atmosfer. Untuk
peliputan kawasan yang luas alat yang paling tepat bagi penelitian evaporasi
adalah radiometer inframerah dan pancatat citra dari udara (Handoko, 1994.).
Air dalam tanah
juga dapat naik ke udara melalui tumbuh-tumbuhan. Peristiwa ini disebut
evapotranspirasi. Banyaknya berbeda-beda tergantung dari kadar kelembaban tanah
dan jenis tumbuh-tumbuhan. Umumnya banyaknya transpirasi yang diperlukan untuk
menghasilkan satu gram bahan kering disebut laju transpirasi (Karim, 1985).
2.
Awan
Udara selalu mengandung uap
air. Apabila uap air ini meluap menjadi titik-titik air, maka terbentuklah
awan. Peluapan ini bisa terjadi dengan dua cara: 1. Apabila udara panas, lebih
banyak uap terkandung di dalam udara karena air lebih cepat menyejat. Udara
panas yang sarat dengan air ini akan naik tinggi, hingga tiba di satu lapisan
dengan suhu yang lebih rendah, uap itu akan mencair dan terbentuklah awan,
molekul-molekul titik air yang tak terhingga banyaknya. 2. Suhu udara tidak
berubah, tetapi keadaan atmosfir lembap. Udara makin lama akan menjadi uap air.
Apabila awan telah terbentuk, titik-titik air dalam awan akan menjadi semakin
besar dan awan itu akan menjadi semakin berat, dan perlahan-lahan daya tarik
bumi menariknya ke bawah. Hingga sampai satu titik dimana titik-titik air itu
akan terus jatuh ke bawah dan turunlah hujan ini (Doorenbos dkk, 1977)
Awan kumulus adalah awan
yang bentuknya seperti bunga kol. Awan ini terjadi karena proses konveksi.
Secara lebih rinci awan ini terbagi dalam 3 jenis, yaitu: strato kumulus yaitu
awan kumulus yang baru tumbuh, kumulus, dan kumulonimbus yaitu awan kumulus
yang sangat besar dan mungkin terdiri beberapa awan kumulus yang bergabung
menjadi satu (Suroso, 2005)
Awan Stratus adalah awan
yang berwarna keabu-abuan yang biasanya menutupi seluruh langit.Kita
menyebutnya langit mendung.Awan ini mirip kabut yang tak mencapai
tanah.Terkadang gerimis mengiringi awan stratus.Kalau menghasilkan hujan,
namanya adalah nimbo stratus.Kalau kamu lihat, awan itu sering berupa gabungan
dari jenis-jenis di atas. Cirrus, misalnya, bisa menjadi pertanda badai akan
datang, bila awan menebal menjadi cirro stratus yang menutupi langit (Rachmad
Jayadi, 2000).
Awan dapat terdiri dari
butir-butiran, kristal-kristal es, atau kombinasi keduanya. Bila awan demikian
tipisnya hingga sinar matahari atau bulan menembusnya, awan tersebut sering
melahirkan pengaruh-pengaruh optik yang memungkinkannya dapat dibedakan antara
awan kristal es dan awan butir air (Masson, 1962).
Penyebaran keawanan hampir
sama dengan penyebaran hujan jadi pada lintang ekuator dimana banyak terjadi
konvergensi horizontal besar, terdapat keawanan maksimum. Tidak sejelas seperti
maksimum hujan di ekuator, sebab daerah tropis lebih banyak awan konektif atau
tipe cumulus.awan-awan tebal ini (Manan, 1980).
Awan dapat terdiri dari butir-butir air,
kristal-kristal es atau kombinasi keduanya. Bila awan demikian tipisnya hingga
sinar matahari atau bulan menembusnya, awan tersebut sering melahirkan
pengaruh-pengaruh optik yang memungkinkan dapat dibedakan antara awan kristal
es dan awan butir air (Masson, 1962). Awan mencegah radiasi penuh matahari
mencapai permukaan bumi, akan mengurangi masukan energi dan dengan demikian
memperlambat proses evaporasi. (Wilson,
1993).
Awan adalah merupakan titik-titik air yang melayang-layang
tinggi diangkasa. Terjadinyta awan ini dapat
disebabkan oleh :
- Adanya inti-inti kondensasi yang banyak
sekali pada ruang yang basah
- Adanya kenaikan tingkatan kelembaban relatif
dengan disertai banyak inti-inti kondensasi atau
sublimasi.
- Adanya pendinginan
(Benyamin
Lakitan, 1994).
Awan adalah gumpalan uap air yang
terapung di atmosfir. Ia kelihatan seperti asap berwarna putih atau kelabu di
langit. Udara selalu mengandung uap air. Apabila uap air ini meluap menjadi
titik-titik air, maka terbentuklah awan. Penguapan ini bisa bisa terjadi dengan
dua cara :
- Apabila udara panas, lebih banyak uap terkandung di dalam udara karena air lebih cepat menyejat. Udara panas yang sarat dengan air ini akan naik tinggi, hingga tiba di satu lapisan dengan suhu yang lebih rendah, uap itu akan mencair dan terbentuklah awan, molekul-molekul titik air yang tak terhingga banyaknya.
- Suhu udara tidak berubah, tetapi keadaan atmosfir lembap. Udara makin lama akan menjadi semakin tepu dengan uap air (Anonim2, 2008).
0 komentar:
Post a Comment