Busana Tradisional Masyarakat Banjar
Penulis Dewi Indrawati
Busana tradisional yang biasa dipakai sehari-hari oleh remaja dan orang dewasa kaum lelaki Banjar adalah salawar panjang (celana panjang) yang menutup kaki sampai ke mata kaki. Sebagai pasangannya dikenakan baju taluk balanga (kemeja lengan panjang) dengan leher baju bulat dan sedikit mencuat ke atas. Bagian dada terbelah berkancing tiga, tanpa kantong. Pada saat-saat tertentu kelengkapan pakaian ini ditambah dengan tapih (kain sarung) yang disampirkan di bahu. Sedangkan dalam acara-acara resmi seperti menghadiri upacara adat salawar diganti dengan tapih. Warna yang digunakan oleh remaja lebih mencolok, dominan warna kuning.
Laki-laki tua Banjar sehari-hari mengenakan baju palimbangan, yaitu kemeja berlengan panjang dengan leher baju bulat tanpa kerah dilengkapi dengan kancing lima dan berkantong tiga buah. Pasangannya digunakan tapih, yang lazim disebut tapih kaling, sejenis sarung terbuat dari katun atau sutra bermotif garis-garis melintang dan membujur. Sebagai penutup kepala digunakan kopiah (kupiah) dari kain beludru, kain satin (kupiah Padang) atau kupiah jangang. Alas kakinya ada berbagai jenis, yaitu sandal kalipik, sandal tali silang, dan selop.
Bagi laki-laki dewasa yang ingin bepergian mengenakan kopiah hitam, baju kiyama, salawar kiyama dan sandal silang. Baju kiyama berbentuk baju lengan panjang dengan kerah berlipat neyerupai jas. Kantongnya ada tiga buah, satu di dada kiri, dua di bagian bawah kiri dan kanan. Ujung tangan dan kantong diberi piIit (les) dengan warna berbeda dari bahan baju. Pasangannya disebut celana kiyama memiliki bentuk sederhana, lurus tanpa kantong. Untuk mengikat digunakan tali yang dimasukkan pada lubang (uluh-uluh). Warna pakaian ini biasanya dipilih yang muda, seperi biru muda, kuning muda, dan krem, dari bahan kain poplin babalur (bergaris-garis vertikal) atau tetoron.
Yang kerap dipakai para remaja dan orang tua kaum perempuan Banjar adalah baju kubaya (kebaya) berpasangan dengan tapih batik bakarung (kain batik). Menjadi kebiasaan di daerah ini setiap perempuan menata rambutnya dengan cara disanggul (galung). Ada dua cara menata rambut yang disebut galung malang babuntut dan galung malang. Sanggul ini berbentuk bundar seperti angka delapan. Buntut pada sanggul menunjukkan pemakainya masih gadis. Untuk wanita dewasa dikenakan baju kubaya basawiwi (basujab), kebaya biasa yang diberi variasi kain yang memanjang di bagian depan yang dinamakan sawiwi atau sujab selebar 10 cm.
Pada waktu bepergian mereka mengenakan baju kurung basisit, baju yang dilengkapi dengan tali pengikat di belakang leher dan kedua ujung lengan. Alas kakinya adalah selop dari beludru dan berkerudung kain sutra atau sasirangan.
Busana Upacara Adat
Dalam menghadiri upacara resmi para lelaki remaja sampai dewasa mengenakan baju jas tutup. Lehernya bundar dengan kerah kecil agak tegak. Lengan baju sampai pergelangan tangan, ujungnya diberi hiasan tiga biji kancing . Dilengkapi kantong tiga buah, di depan dada dan kiri-kanan bawah dengan model masuk (bukan kantong tempel). Baju ini berkancing lima biji. Bahan baju dari kain lena, ekstrimin, dan jenis lain yang agak tebal. Tetapi sekarang banyak dipakai kain wool, belini dan friend ship.
Baju ini dipadukan dengan celana panjang (salawar panjang). Bentuknya sama dengan pantalon biasa, hanya tanpa saku. Menjadi aturan, kalau mengenakan jas tutup harus bersabuk di pinggang. Bagian tumpal sabuk yang bermotif pucuk rebung harus diletakkan di belakang. Motif ini melambangkan sikap waspada, tajam pemandangan dan kekuasaan yang tinggi. Ada dua pilihan sabuk, yaitu sabuk air guci (payet) dan sabuk kain tenun Pegatan dengan berbagai pilihan warna, biasanya dipilih yang kontras dengan warna baju.
Sebagai tutup kepala dikenakan laung tajak siak, berbentuk segi tiga. Mengikatnya harus mengikuti pola yang berlaku, yaitu lam jalalah, yang mengacu pada lam alif dalam Al-Qur`an. Fungsinya untuk menolak bahaya atau maksud-maksud jahat lainnya. Tutup kepala ini terbuat dari bahan beludru, kain Pagatan, dan jenis lain yang agak keras. Warna laung tajak siak harus sama dengan warna sabuk yang dikenakan. Terakhir dikenakan selop pada kedua kakinya dari bahan beludru dan kulit.
Bagi kaum perempuan dalam upacara resmi dikenakan baju kurung basisit lengkap dengan tapihnya. Disebut baju kurung basisit karena pada bagian leher dan tangan dilengkapi tali pengikat (tali penyisit). Sebagai hiasan digunakan sulaman benang emas dan air guci dengan motif pucuk rebung. Bahan baju dapat dibuat dari kain sutra atau sasirangan. Baju ini dikombinasi dengan tapih Lasem, Pagatan, dan air guci. Kepalanya ditutup dengan kakamban/serudung (kerudung) berbentuk segi empat, dari kain sutra amban (sutra tipis) atau kain sasirangan yang dihiasi motif gigi haruan pada kedua sisinya.
Aksesori penghias rambut terdiri dari kembang goyang (kambang goyang) dibedakan antara yang berapun (berumpun) dan tunggal berbentuk melati sebagai lambang kesucian. Hiasan ini ditancapkan pada sanggul. Pada telinga dipasang anting-anting beruntai. Sementara kalung samban rangkap tiga dan kalung marjan menghiasi bagian leher. Galang (gelang) karuncung melingkar di lengan, sedangkan jari manisnya berhias cincin litring. Kaki mengenakan selop dari beludru.
Pakaian Pengantin
Baamar Galung Pancaran Matahari merupakan pakaian pengantin yang paling digemari oleh semua golongan masyarakat Banjar. Masyarakat Hindu dan Jawa banyak mempengaruhi pemakaian busana ini. Pemakaiannya rnulai dikembangkan dalam masyarakat Banjar sejak abad XIX.
Mempelai laki-laki mengenakan kemeja putih lengan pendek. Pada bagian dada dihias renda menutupi semua kancing. Kemudian dikenakan jas terbuka tanpa kancing. Pantalon terbuat dari bahan dan warna yang sama dengan jas. Sabuk berhias air guci dengan motif lelipan dipakai sebagai simbol kekuasaan dan kemuliaan.
Kepalanya dibalut destar model siak melayu, dengan segitiga lebih tinggi. Bagian depan dihias dengan berbagai hiasan diikat di bagian belakang dengan buhul lam jalalah. Sebagai pengikat digunakan tali wenang berupa kain berwarna.
Perhiasannya berupa samban, kalung bermotif bunga-bungaan. Kalung panjang bogam dan liris-liris bunga. Kemudian keris yang dihiasi bogam bermotif bunga merah diselipkan di pinggang.
Mempelai wanita mengenakan baju poko berlengan pendek ditutupi dengan kida-kida, yaitu mantel sempit berhias yang berfungsi untuk menutup dada. Dikenakan sarung dan penutup pinggang (tali gapu) berhiaskan air guci.
Rambutnya disanggul model amar galung bertahtakan mahkota dihias dengan kembang goyang. Ornamen lain untuk rambut antara lain baquet dengan pita rambut, bunga melati yang diatur berbaris, untaian bunga depan dan belakang.
Kelengkapan lainnya meliputi kerabu menganyun, kalung, untaian metalik, dan untaian bunga warna keemasan. Cincin dari bunga mayang, sabuk pinggang warna emas, bunga jepun berbentuk jepitan, serta bangle dipakai di lengan atas dan pergelangan kaki terbuat dari karet berbentuk lekuk akar atau irisan buncis. Kakinya beralaskan selop beludru bersulam benang emas. Sepasang pengantin ini dipersandingkan di ba-tatai, yang dipenuhi oleh rangkaian bunga (palimbaian), terdiri dari daun sirih, bunga mawar merah dan bunga melati.
0 komentar:
Post a Comment