Kromium dan Selenium
Kromium. Kromium merupakan unsur esensial di dalam darah. Cadangan kromium di dalam tubuh tersimpan pada limpa ginjal, testis, jantung, pankreas, paru-paru dan otak. Kromium termasuk mineral yang sukar diserap, misalnya pada telur kandungan kromium tidak dapat digunakan sepenuhnya oleh tubuh (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
Kromium berfungsi sebagai glucose tolerance (waktu yang diperlukan oleh gula dalam darah untuk kembali pada kadar normal bila manusia yang puasa mengkonsumsi gula) pada manusia (Winarno, 1997b), merangsang enzim-enzim pada sintesa asam-asam lemak dan kholesterol dan meningkatkan keberhasilan insulin untuk mencegah hypoglycemia dan diabetes (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
Kekurangan kromium dapat menyebabkan gangguan kerja insulin sehingga mengganggu pertumbuhan badan dan penderita diabetes tidak dapat mengkonsumsi gula dan penyakit artherosclerosis (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
Kebutuhan kromium tiap-tiap hari oleh tubuh diperkirakan 80 sampai 100mcg. Sumber kromium adalah brewer’s yeast, daging sapi, hati, roti, gandum lengkap, bit, jamur (Simorankir dan Simorangkir, tt), keju, biji-bijian, dan tepung kacang tanah (Winarno, 1997b).
Selenium. Selenium merupakan mineral esensial. Selenium terdapat pada hati dan ginjal 4 sampai 5 kali lipat dibanding otot dan jaringan lain. Selenium diekskresikan melalui urin dan jika terdapat selenium dalam feses merupakan pertanda bahwa penyerapan selenium kurang efisien. Selenium mudah direduksi oleh panas, pengolahan dan pemasakkan makanan (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
Selenium diperkirakan bagi manusia berfungsi meningkatkan kepekaan anak terhadap kerusakan gigi dan gingivitis (Winarno, 1997b), merupakan zat antioksidan dan memperlambat oksidasi lemak tak jenuh, berperan dalam menghasilkan prostaglandin yang berpengaruh pada tekanan darah, menjamin untuk kesehatan sel-sel penghasil energi (seperti pada otot-otot jantung yang selalu mendapatkan cukup oksigen), dan bersama vitamin E mengatur pertumbuhan badan dan kesuburan (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
Kekurangan selenium dapat menyebabkan terganggunya kelestarian jaringan sehingga cepat tua, kemandulan dan kematian bayi yang disebut crib death. Gangguan absorbsi selenium dapat mengakibatkan pengendapan zat warna pada sel-sel syaraf sehingga memperlihatkan gejala-gejala keterlambatan perkembangan mental, penglihatan rabun, gangguan syaraf dan jika berlanjut akan mengakibatkan kematian. Kelebihan selenium di dalam tubuh dapat menyebabkan keracunan dengan gejala rambut rontok, gigi dan kuku gugur, dermatitis, kelesuan dan lumpuh (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
Ukuran kecukupan harian yang dianjurkan untuk selenium 50 sampai 200 mcg sehari. Sumber selenium antara lain brewer’s yeast, daging sapi, ikan, padi-padian dan produk susu (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
Timah dan Molibdeum
Timah. Timah merupakan mineral esensial untuk tubuh manusia dan fungsinya masih perlu diteliti. Pada hewan percobaan defisiensi timah dapat menyebabkan keterlambatan pertumbuhan dan penurunan sintesa hemoglobin (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
Molibdeum. Molibdeum di dalam tubuh disimpan di dalam hati, jantung dan tulang. Molibdeum diserap di dalam usus dan diekskresikan melalui urine (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
Molibdeum merupakan unsur esensial pada enzim antin oksidase (memobilisasi cadangan besi dari hati) dan aldehid oksidase (oksidasi lemak ). Juga berfungsi dalam metabolisme tembaga (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
Defisiensi molibdeum dapat mengakibatkan impotensi pada pria. Kelebihan molibdeum dalam tubuh menimbulkan gejala mencret, anemia dan pertumbuhan terlambat (Simorangkir dan Simorangkir, tt).
0 komentar:
Post a Comment