Pengertian Kepemimpinan
Secara
sederhana “pemimpin” menurut Rasyid (1997:75) bisa didefinisikan “sebagai
seseorang yang terus menerus membuktikan bahwa seseorang tersebut mampu
mempengaruhi sikap dan tingkah laku orang lain, lebih dari kemampuan mereka
(orang lain itu) mempengaruhi dirinya”. Lebih lanjut “Kepemimpinan” menurut
Rasyid (1997:75) adalah “sebuah konsep yang merangkum berbagai segi interaksi
pengaruh antara pemimpin dengan pengikut dalam mengejar tujuan bersama”.
Teori dan Pendekatan Kepemimpinan
Pada
dasarnya untuk mengetahui teori-teori kepemimpinan dapat dilihat dari berbagai
literatur yang menyatakan pemimpin itu dilahirkan, bukan dibuat. Ada yang
mengatakan bahwa pemimpin itu terjadi karena adanya kelompok-kelompok orang.
Teori lain mengemukakan bahwa pemimpin timbul karena situasi yang memungkinkan
ia ada. Teori yang paling mutakhir melihat kepemimpinan lewat perilaku
organisasi.
Orientasi
prilaku mencoba mengetengahkan pendekatan yang bersifat Social Learning pada kepemimpinan. Teori ini menekankan bahwa
terdapat faktor penentu yang timbal balik dalam kepemimpinan ini. Selanjutnya
Thoha (1996:250-264) mengemukakan teori dan pendekatan kepemimpinan sebagai
berikut :
1. Teori
Sifat
Dalam teori sifat (Trait Theory), menurut Malayu Hasibuan
(2007:203) analisis ilmiah tentang kepemimpinan dimulai dengan memusatkan
perhatiannya pada pemimpin itu sendiri. Seorang pemimpin menurut teori sifat
ditandai dengan dipunyainya tingkat kecerdasan yang lebih tinggi dibandingkan
bawahannya. Namun demikian tingkat kecerdasan yang jauh lebih tinggi dari
bawahannya juga tidak efektif, sebab para bawahan menjadi tidak dapat memahami
apa yang diinginkan pemimpin atau tidak memahami gagasan dan kebijakan yang
telah digariskan. Oleh karena itu, idealnya seorang pemimpin sebaiknya memiliki
kecerdasan yang tidak terlalu tinggi dari bawahannya.
2. Teori
Kelompok
“Dalam teori kelompok beranggapan bahwa,
supaya kelompok bisa mencapai tujuan-tujuannya, maka harus terdapat suatu
pertukaran yang positif di antara pemimpin dan pengikut-pengikutnya, terutama
dimensi pemberian perhatian kepada para pengikut, dapat dikatakan pemberian
perhatian kepada para pengikut dikatakan memberikan dukungan yang positif
terhadap perspektif teori kelompok ini” (Thoha, 1996:252).
3. Teori
Situasional dan Model Kontijensi
Kepemimpinan model
Fiedler (Fiedler’s Centigency Model),
menyatakan ada dua hal yang dijadikan sasaran yaitu mengadakan identifikasi
faktor-faktor yang sangat penting di dalam situasi, dan kedua memperkirakan gaya
atau prilaku kepemimpinan yang paling efektif di dalam situasi tersebut.
4. Teori
Jalan Kecil – Tujuan (Path – Goal Theory)
“Dalam pendekatan teori path-goal mempergunakan kerangka teori motivasi. Hal ini merupakan
pengembangan yang sehat karena kepemimpinan di satu pihak sangat dekat,
berhubungan dengan motivasi kerja dan pihak lain berhubungan dengan kekuasaan”.
(Thoha,1996:252)
5. Pendekatan
Social Learning dalam Kepemimpinan
Pendekatan Social Learning merupakan suatu teori
yang dapat memberikan suatu model yang menjamin kelangsungan, interaksi timbal
balik antar pemimpin, lingkungan dan perilakunya sendiri. Pendekatan Social Learning ini antara pemimpin dan
bawahan mempunyai kesempatan untuk bisa memusyawarahkan semua perkara yang
timbul. Keduanya, pimpinan dan bawahan mempunyai hubungan interaksi yang hidup
dan mempunyai kesadaran untuk menemukan bagaiman caranya menyempurnakan prilaku
masing-masing dengan memberikan penghargaan-penghargaan yang diinginkan.
0 komentar:
Post a Comment