Friday, June 21, 2013

Cara Membuka dan Menutup Pidato yang benar

Cara Membuka dan Menutup Pidato Yang Benar

1.  Cara Membuka Pidato
Pembukaan dalam berpidato memiliki peranan yang cukup besar dalam kesuksesan berpidato. Kalau dalam pembukaan pidato sudah bagus, maka pendengar akan merasa tertarik untuk mengikuti uraian pidato selanjutnya. Jalaluddin Rachmat (1999:52-63) menyarankan beberapa hal yang dapat dilakukan dalam membuka dan menutup pidato. Cara dan waktu yang dibutuhkan dalam membuka pidato menurutnya  sangat bergantung pada topik, tujuan, situasi, khalayak, dan hubungan antara komunikator dan komunikan. Adapun cara-cara membuka pidato tersebut dapat dipilih salah satu dari yang berikut:
  1. Langsung menyebutkan pokok persoalan. Komunikator menyebutkan hal-hal yang akan dibicarakannya dan memberikan kerangka pembicara­annya. Cara ini biasanya dilakukan bila topik adalah pusat perhatian khalayak.
  2. Melukiskan latar belakang masalah.
  3. Komunikator menjelaskan sejarah topik, membatasi perngertian, dan menyatakan masalah-masalah utamanya.
  4. Menghubungkan dengan peristiwa mutakhir atau kejadian yang tengah menjadi pusat perhatian khalayak.
  5. Menghubungkan dengan peristiwa yang  sedang diperingati.
  6. Menghubungkan dengan tempat komunikator berpidato
  7. Menghubungkan dengan suasana emosi (mood) yang tengah meliputi khalayak.
  8. Menghubungkan dengan kejadian sejarah yang terjadi di masa lalu
  9. Menguhubungkan dengan keperluan vital pendengar
  10. Memberikan pujian pada khalayak atas prestasi mereka
  11. Memulai dengan pernyataan yang mengejutkan
  12. Mengajukan pertanyaan provokatif atau serentetan pertanyaan
  13. Menyatakan kutipan
  14. Menceritakan pengalaman pribadi
  15. Mengisahkan cerita faktual, fiktif atau situasi hipotetis
  16. Menyatakan teori atau prinsip-prinsip yang diakui kebenarannya
  17. Membuat humor.
Sementara itu, Hendrikus (2003:80) memberikan beberapa saran yang perlu diperhatikan dalam memulai pidato. Beberapa saran dan petunjuk tersebut adalah: 
1. Mulailah setenang mungkin.
2. Pikirlah sesuatu yang positif untuk melenyapkan rasa takut.
3. Jangan memulai pidato dengan membaca dan terikat pada teks, tetapi bicaralah bebas.
4. Jangan mulai dengan meminta maaf.
5. Memulai pidato dengan nada positif.
6. Berusahalah untuk menarik perhatian pendengar dan menciptakan kontak dengan mereka.
7. Mulailah pidato dengan cara yang lain, tetapi menarik. Artinya tidak usah memulai dengan rumusan-
    rumusan umum yang selalu sama.
8. Bernafaslah sedalam-dalamnya sebelum mulai berbicara.
9. Mulailah berbicara, bila seluruh ruangan sudah tenang.


2. Cara Menutup Pidato
Selain pembukaan pidato, masalah penutupan pidato juga menjadi masalah yang penting. Penutup pidato paling tidak harus dapat menjelaskan seluruh tujuan komposisi, memperkuat daya persuasi, mendorong pemikiran dan tindakan yang diharapkan, menciptakan klimaks dan menimbulkan kesan terakhir yang positif. Dalam sebuah pidato, dikenal dua macam cara menutup pidato yang buruk, yaitu: berhenti tiba-tiba tanpa memberikan gambaran komposisi yang sempurna dan berlarut-larut tanpa pengetahuan di mana harus berhenti. 
Berikut ini beberapa cara menutup pidato sebagaimana yang diungkapkan oleh Rachmat (1999: 60-63): 
  1. Menyimpulkan atau mengemukakan ikhtisar pembicaraan.
  2. Cara yang paling mudah dalam menyimpulkan ini adalah dengan membilangnya dalam urutan satu, dua, tiga, dan seterusnya.
  3. Menyatakan kembali gagasan utama dengan kalimat dan kata yang berbeda. Hal ini dapat dilakukan setelah menyebutkan ikhtisar pidato atau tanpa ikhtisar pidato.
  4. Mendorong khalayak untuk bertindak (Appeal for Action).
Cara ini biasanya dipakai terutama untuk menutup pidato persuasif yang ditujukan untuk memperoleh tindakan tertentu dari khalayak.


4. Mengakhiri dengan klimaks.
Karena akhir pidato merupakan puncak seluruh uraian, maka menuju penutup pidato dapat dilakukan dengan uraian menjadi lebih penting dan lebih patut mendapat perhatian.

5. Mengatakan kutipan sajak, kitab suci, peribahasa, atau ucapan ahli.
Kutipan dapat menambah keindahan komposisi, asal kutipan yang dipakai tersebut ada kaitannya dengan tema yang dibicarakan atau menunjukkan arah tindakan yang harus dilakukan.

6. Menceritakan contoh yang berupa ilustrasi dari tema pembicaraan.
Ilustrasi ini harus berbentuk cerita yang menarik perhatian yang menghidupkan jalannya uraian. Panjang pendeknya cerita dapat disesuaikan dengan waktu yang tersedia.

7. Menerangkan maksud sebenarnya pribadi pembicara.
8. Memuji dan menghargai khalayak.

Pujian yang efektif adalah pujian yang wajar, ikhlas, dan tidak berlebih-lebihan.
9. Membuat pernyataan yang humoris atau anekdot lucu.
Kalau bukan ahli, cara menutup pidato inilah yang paling sukar dilakukan.

Sebaiknya penutup pidato diucapkan secara bebas, jangan membaca pada teks, karena akan membawa efek yang kurang meyakin­kan. Pembicara harus mengucapkan secara bebas, dan diucapkan dengan kontak mata yang sugestif terhadap pendengar.


DAFTAR PUSTAKA 
Arsjad, Maidar G. dan Mukti U.S. 1991. Pembinaan Kemampuan Berbicara Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga. 
Citrobroto, R.I. Suhartin. 1979. Prinsip-Prinsip dan Teknik Berkomunikasi. Jakarta: Bhatara. 
Dipodjojo, Asdi S. 1982. Komunikasi Lisan. Yogyakarta: Lukman. 
Hadinegoro, Luqman. 2003. Teknik Seni Berpidato Mutakhir. Yogyakarta: Absolut. 
Haryadi, 1994. Pengantar Berbicara. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. 
Hendrikus, SDV, Dori Wuwur. 1991. Retorika. Yogyakarta: Kanisius. 
Keraf, Gorys. 1981. Diksi dan Gaya Bahasa. Ende-Flores: Nusa Indah. 
-----------. 1997. Komposisi. Ende Flores: Nusa Indah. 
Nadeak, Wilson. 1987. Cara-cara Bercerita. Jakarta: Binacipta. 
Pringgawidagda, Suwarna. 2003. Pranata Adicara. Yogyakarta: Adicita. 
Rakhmat, Jalaluddin. 1999. Retorika Modern Pendekatan Praktis, Cetakan ke-5. Bandung: Remaja Rosda Karya. 
Suyuti, Achmad. 2002. Cara Cepat Menjadi Orator, Da’I, dan MC Profesional. Pekalongan: Cinta Ilmu. 
Tarigan, Henry Guntur. 1990. Berbicara Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Cetakan ke-6. Bandung: Angkasa. 
Widyamartaya, A. 1980. Kreatif Berwicara. Yogyakarta: Kanisius. 
Wiyanto, Asul dan Prima K. Astuti. 2004. Terampil Membawa Acara. Jakarta: Grasindo. 
Wuryanto, M.E. Satrio. 1992. Pengetahuan tentang Protokoler di Indonesia. Yogyakarta: Liberty. 

Ditulis Oleh : Unknown // 10:57 PM
Kategori:

0 komentar:

Post a Comment