Proses Pengolahan Zeolit
Zeolit yang
digunakan pada penelitian ini adalah zeolit yang berasal dari Tapanuli utara
tepatnya Pahae dimana zeolit tersebut masih dalam bentuk bongkahan.
Adapun proses pembuatan filler zeolit alam kalsinasi yaitu :
1. Zeolit
yang masih dalam bentuk bongkahan terlebih dahulu di hancurkan, kemudian
digerus atau diremukan dengan menggunakan gilingan.
2. Zeolit
yang sudah digerus tersebut diayak dengan menggunakan ayakan 200 mesh (74
3. Zeolit yang berukuran 200 mesh (74
) dicampur dengan
larutan HCl dengan kadar 2 M dengan perbandingan 1:10 dalam waktu 2 jam dengan
magnetik stirer.
4. Setelah itu larutan HCL dengan zeolit dipisahkan dengan
kertas saring, kemudian dicuci dengan air aquades dan kembali dipisahkan antara
zeolit alam dengan aquades, sampai diperoleh pH netral.
5. Zeolit alam yang sudah dimurnikan, dikeringkan dibawah
sinar matahari, setelah itu dipanaskan selama 2 jam dengan suhu 6000C
menggunakan furnance. Dan zeolit
siap digunakan sebagai filler
Adapun proses pembuatan filler zeolit alam sintesis CTAB yaitu :
1. Zeolit
yang masih dalam bentuk bongkahan terlebih dahulu di hancurkan, kemudian digerus atau diremukan dengan
menggunakan gilingan.
2. Zeolit
yang sudah digerus tersebut diayak dengan menggunakan ayakan 200 mesh dan diambil sebanyak 50 gr, selanjutnya ditambahkan
dengan air sebanyak 1000 ml dan dipanaskan dengan suhu 1000C selama
2 jam sebagai larutan A.
3. 0,2 mol (sekitar 21,88 gr
Cetyl Trimethyl Ammonium Bromide -
CTAB) dilarutkan kedalam 300
ml air dan selanjutnya dipanaskan dengan suhu 800C diaduk selama 1
jam sebagai larutan B.
4. Setelah pemanasan larutan A dan B dicampurkan dan
ditambah akuades hingga volume sampai 1500 ml dan kembali dipanaskan dengan
suhu 1000C selama 1 jam.
5. Setelah proses pemanasan larutan A dan B selesai,
selanjutnya larutan tersebut disaring dengan menggunakan penyaring vakum.
Setelah penyaringan selesai, selanjutnya padatan tersebut ditester dengan
larutan AgNO3 untuk melihat kandungan bromidanya sudah hilang atau
belum.
Jika masih berubah warna menjadi
gelap campur
kembali dengan akuades dan disaring kembali.
6. Selanjutnya campuran tersebut dikeringkan dengan oven pemanas selama 3 hari pada suhu 1000C.
Dan zeolit
siap digunakan sebagai filler.
3.3.2.
Pembuatan
Komposit
Tabel
3.2 Komposisi Pencampuran Komposit
Bahan
|
Komposisi Campuran
(%) wt
|
||||
HDPE
|
100
|
95
|
90
|
95
|
90
|
Zeolit Kalsinasi
|
5
|
5
|
|||
Zeolit dengan surfaktan CTAB
|
5
|
5
|
|||
PE-g-MA
|
5
|
5
|
Pencampuran
komposit dilakukan didalam Internal Mixer
Technical Cooperation by the Government
of Japan jenis Labo Plastomill model
30R150 volume chamber 60 cc dengan mencampurkan bahan yang sesuai dengan tabel
3.2 dengan persentase pengisian 70% atau setara dengan 50 gram. Suhu blending
150 ̊ C dan kecepatan rotor 50 rpm selama 9 menit.
Dari internal mixer dihasilkan sampel berupa
biji-biji komposit. Hasil sampel dari internal
mixer dimasukkan kedalam alat cetakan yang berbentuk empat persegi dengan dengan
ketebalan plat 1 mm dengan, panjang 11 cm, lebar 11 cm. Sebelum sampel dicetak terlebih dahulu bahan ditimbang dengan neraca
sesuai dengan volume dari plat cetakan 12,1 cm3 dalam hal ini massa
yang dibutuhkan untuk satu plat sekitar 12,5 gr.
Selanjutnya
dilakukan pencetakan dengan cetak tekan panas (hot press) Gonno Ramdia 152 mm Ramstroke 150 mm yang dilakukan
selama 10 menit yang terdiri dari waktu pemanasan cetakan 3 menit waktu
pemanasan bahan 3 menit dan waktu tekan 4 menit dengan 50 kgf/ cm2 dengan
suhu pencetakan 1500C, dilanjutkan dengan tekanan dingin selama 4
menit dengan 50 kgf/ cm2 pada suhu 220C
Hasil sampel Tekan
Panas (Hot Press) dan Alat Tekan
Dingin (Cold Press) berupa lembaran
yang selanjutnya di dumbell dengan standart JIS K 6781. Dari dumbell dihasilkan
beberapa spesimen yang selanjutnya digunakan untuk uji mekanik dan sisa dari
dumbell digunakan untuk uji termal.
Partikel
Zeolit
Scanning Electron
Microscopy (SEM)
Analisa
morfologi dilakukan dengan menggunakan Scaning
Electron Microscopy (SEM )Model
Zeiss dan JEOL.
Data atau tampilan yang diperoleh adalah data dari permukaan atau dari
lapisan yang tebalnya sekitar 20 mm dari permukaan. Gambar permukaan yang
diperoleh merupakan topografi dengan segala tonjolan, lekukan dan lubang pada
permukaan. ( Sutiani, 2009)
X-Ray Fluorescence (XRF)
Dengan
menggunakan teknik X-Ray Fluorescence
(XRF) kita dapat menganalisa unsur-unsur yang membangun suatu material (Permana,
G., 2012). Analisis menggunakan XRF
dilakukan berdasarkan identifikasi dan pencacahan karakteristik sinar-X yang
terjadi akibat efek fotolistrik. Waktu yang diperlukan untuk satu kali
pengukuran selama 300 detik (5 menit). Sedangkan preparasi sampel dalam bentuk
serbuk
. Dalam pengujian dengan XRF akan diperoleh hubungan dua
parameter energi unsur (keV) terhadap intensitas cacahan perdetik (cps/count per second)
3.3.2.
Analisa
Sifat Termal
Analisa termal
dapat mengetahui temperatur transisi gelas, temperatur
kristalisasi, temperatur leleh, dan temperatur degradasi maupun dekomposisi,
serta pengurangan berat akibat dekomposisi maupun degradasi bahan polimer
tersebut. ( Sutiani, 2009 )
Analisa
Termogravimetrik (TGA-DTA)
Analisa termal
dengan alat STA (TGA-DTA) SETARAM TAG24
. Berat sampel sekitar 15-25 mg dipindai dengan 500C-6000C
dengan gas nitrogen 50ml/menit dan laju pemanasan 200C/min. Hasil
pengujian TGA/DTA menghasilkan kurva
titik lebur, dekomposisi dan pengurangan massa,heat flow.
3.3.3.
Analisa
Sifat Mekanik
Pengukuran sifat
mekanik meliputi kekuatan tarik (tensile
strength), perpanjangan putus (elongation
at break), dan modulus elastisitas dari
komposit HDPE dengan zeolit alam
modifikasi (kalsinasi dan sintesis CTAB).Penyiapan
sampel untuk pengujian sifat mekanik dilakukan dalam dua tahap, yaitu pembuatan
lembaran (slab) dan pemotongan
lembaran tersebut menjadi spesimen uji. Pembuatan slab menggunakan peralatan Hydraulic Hot Press model Genno Hydraulic Press. Peralatan dilengkapi
dengan pemanas elektrik dan pendingin air. Bahan dipotong dengan bentuk dumbell dengan cutter standard JISK 6781.
Penarikan dikerjakan dengan menggunakan load
cell 100 kgf, kecepatan 50 mm/mnt, hingga sampel putus.
0 komentar:
Post a Comment