Analisis Pasar Tenaga Kerja di Tingkat Regional
Terdapat 2 pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami mekanisme pasar tenaga kerja, yaitu pendekatan Neoklasik dan pendekatan Keynesian. Kurva permintaan tenaga kerja memiliki kemiringan negatif, sedangkan kurva penawaran tenaga kerja memiliki kemiringan positif. Perpotongan kurva permintaan tenaga kerja di pasar tenaga kerja akan menentukan keseimbangan pasar tenaga kerja. Jika upah yang berlaku di pasar lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat upah yang berlaku pada kondisi keseimbangan maka akan menimbulkan terjadinya pengangguran tidak sukarela.
Menurut kaum Neoklasik cara untuk menurunkan pengangguran tidak sukarela adalah dengan menurunkan upah yang berlaku di pasar, sedangkan menurut kaum Keynesian cara untuk menghapus pengangguran tidak sukarela adalah dengan menggeser kurva permintaan tenaga kerja ke atas. Beberapa hal yang dapat menyebabkan sulitnya upah untuk turun adalah
(a) keberadaan serikat pekerja,
(b) penentuan upah minimum, dan
(c) adanya program subsidi.
Di tingkat regional, jika upah yang berlaku di pasar lebih tinggi daripada upah keseimbangan pasar akan menyebabkan berbagai kemungkinan, yaitu:
(a) turunnya upah riil dan
(b) bekerjanya efek pendapatan-pengeluaran.
Pada pendekatan ke-2 tersebut penyesuaian pasar tenaga kerja bisa terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu
Dalam jangka panjang, terjadinya penurunan upah tenaga kerja di tingkat regional akan mendorong perusahaan untuk meningkatkan stok modalnya. Secara regional hal ini akan menyebabkan pergeseran ke kanan kurva permintaan tenaga kerja. Dampak akhir dalam jangka panjang adanya peningkatan penggunaan kapital di suatu wilayah lokal akan meningkatkan upah lokal dan tingkat penggunaan tenaga kerja di wilayah tersebut.
Terdapat 2 pendekatan yang dapat digunakan untuk memahami mekanisme pasar tenaga kerja, yaitu pendekatan Neoklasik dan pendekatan Keynesian. Kurva permintaan tenaga kerja memiliki kemiringan negatif, sedangkan kurva penawaran tenaga kerja memiliki kemiringan positif. Perpotongan kurva permintaan tenaga kerja di pasar tenaga kerja akan menentukan keseimbangan pasar tenaga kerja. Jika upah yang berlaku di pasar lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat upah yang berlaku pada kondisi keseimbangan maka akan menimbulkan terjadinya pengangguran tidak sukarela.
Menurut kaum Neoklasik cara untuk menurunkan pengangguran tidak sukarela adalah dengan menurunkan upah yang berlaku di pasar, sedangkan menurut kaum Keynesian cara untuk menghapus pengangguran tidak sukarela adalah dengan menggeser kurva permintaan tenaga kerja ke atas. Beberapa hal yang dapat menyebabkan sulitnya upah untuk turun adalah
(a) keberadaan serikat pekerja,
(b) penentuan upah minimum, dan
(c) adanya program subsidi.
Di tingkat regional, jika upah yang berlaku di pasar lebih tinggi daripada upah keseimbangan pasar akan menyebabkan berbagai kemungkinan, yaitu:
(a) turunnya upah riil dan
(b) bekerjanya efek pendapatan-pengeluaran.
Pada pendekatan ke-2 tersebut penyesuaian pasar tenaga kerja bisa terjadi dalam berbagai bentuk, yaitu
- perusahaan menurunkan stok tenaga kerja dengan mempertahankan tingkat upah tetap,
- perusahaan akan menurunkan upah dengan tetap mempertahankan tingkat penggunaan tenaga kerja pada kondisi sekarang dan
- perusahaan akan menurunkan upah dan penggunaan tenaga kerja sekaligus
Dalam jangka panjang, terjadinya penurunan upah tenaga kerja di tingkat regional akan mendorong perusahaan untuk meningkatkan stok modalnya. Secara regional hal ini akan menyebabkan pergeseran ke kanan kurva permintaan tenaga kerja. Dampak akhir dalam jangka panjang adanya peningkatan penggunaan kapital di suatu wilayah lokal akan meningkatkan upah lokal dan tingkat penggunaan tenaga kerja di wilayah tersebut.
0 komentar:
Post a Comment