Tuesday, July 2, 2013

Dasar- Dasar Logika

Dasar- Dasar Logika 
A. Arti Logika 
Apakah Logika itu? 
Kata Logika berasal dari bahasa Yunani Logike dari kata Logos artinya ucapan atau pengartian. Ucapan berarti yang diucapkan, dilisankan, disebutkan. Ucapan merupakan hasil proses berpikir. Berpikir artinya menggunakan akal budi untuk mempertimbangkan dan memutuskan sesuatu. Kata pengartian berarti proses, cara, perbuatan memberi arti. Dengan demikian maka logika merupakan hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Logika dengan demikian bersangkut paut dengan pengetahuan tentang kaidah berpikir Kaidah berpikir artinya rumusan asas-asas yang menjadi hukum atau aturan yang tentu yang menjadi patokan dalam berpikir. Dengan kata lain logika adalah ajaran tentang berfikir tertib dan benar, atau perumusan lebih teliti, ilmu penarikan kesimpulan dan penalaran tanpa meninggalkan keabsahan. Logika tidak menelaah urutan berfikir sebagai gejala psikologi dan tidak pula mempersoalkan isi pemikiran, tetapi mempermasalahkan tata tertib yang harus menjadi panutan jalan pemikiran agar memperoleh hasil yang benar. 

B. Sejarah Penggunaan Logika
Kapan logika lahir dan mulai digunakan? 
Logika lahir bersama-sama dengan lahirnya filsafat di Yunani. Dalam usaha untuk memasarkan pikiran-pikirannya serta pendapat-pendapatnya, filsuf-filsuf Yunani kuno tidak jarang mencoba membantah pikiran yang lain dengan menunjukkan  kesesatan penalarannya. 

Logika digunakan untuk melakukan pembuktian. Logika mengatakan yang bentuk inferensi yang berlaku dan yang tidak. Secara tradisional, logika dipelajari sebagai cabang filisopi, tetapi juga bisa dianggap sebagai cabang matematika.

Masa Yunani kuno 
Logika dimulai sejak Thales (624 SM - 58 SM), filsuf Yunani pertama yang meninggalkan segala dongeng, takhayul, dan cerita-cerita isapan jempol dan berpaling kepada akal budi untuk memecahkan rahasia alam semesta. 

Thales mengatakan bahwa air adalah arkhe (Yunani) yang berarti prinsip atau asas utama alam semesta. Saat itu Thales telah mengenalkan logika induktif 

Aristoteles kemudian mengenalkan logika sebagai ilmu, yang kemudian disebut logica scientica. Aristoteles mengatakan bahwa Thales menarik kesimpulan bahwa air adalah arkhe alam semesta dengan alasan bahwa air adalah jiwa segala sesuatu. 

Dalam logika Thales, air adalah arkhe alam semesta, yang menurut Aristoteles disimpulkan dari: 

Air adalah jiwa tumbuh-tumbuhan (karena tanpa air tumbuhan mati) 

Air adalah jiwa hewan dan jiwa manusia 

Air jugalah uap 

Air jugalah es 

Jadi, air adalah jiwa dari segala sesuatu, yang berarti, air adalah arkhe alam semesta. 

Sejak saat Thales sang filsuf mengenalkan pernyataannya, logika telah mulai dikembangkan. Kaum Sofis beserta Plato (427 SM-347-SM) juga telah merintis dan memberikan saran-saran dalam bidang ini. Pada masa Aristoteles logika masih disebut dengan analitica , yang secara khusus meneliti berbagai argumentasi  yang berangkat dari proposisi yang benar, dan dialektika yang secara khusus meneliti argumentasi yang berangkat dari proposisi yang masih diragukan kebenarannya. Inti dari logika Aristoteles adalah silogisme. Buku Aristoteles to Organon (alat) berjumlah enam, yaitu: 
Categoriae menguraikan pengertian-pengertian 
De interpretatione tentang keputusan-keputusan 
Analytica Posteriora tentang pembuktian. 
Analytica Priora tentang Silogisme. 
Topica tentang argumentasi dan metode berdebat. 
De sophisticis elenchis tentang kesesatan dan kekeliruan berpikir. 


C. Pembagian Logika 
Terbagi ke dalam berapa macamkah logika itu apabila dilihat dari segi hakikatnya? 

Secara hakiki logika dapat dibagi menjadi dua macam yaitu logika alamiah (kodratiah) dan logika Ilmiah (Logika Saintifika). Logika alamiah adalah kinerja akal budi manusia yang berpikir secara tepat dan lurus sebelum dipengaruhi oleh keinginan-keinginan dan kecenderungan-kecenderungan yang subyektif. Kemampuan logika alamiah manusia ada sejak lahir. Logika ilmiah memperhalus, mempertajam pikiran serta akal-budi Logika ilmiah menjadi ilmu khusus yang merumuskan azas-azas yang harus ditepati dalam setiap pemikiran. Berkat pertolongan logika ilmiah inilah akal budi dapat bekerja dengan lebih tepat, lebih teliti, lebih mudah dan lebih aman. Logika ilmiah dimaksudkan untuk menghindarkan kesesatan atau, paling tidak, dikurangi. 

Logika ilmiah memiliki dua cabang kajian, yakni logika sebagai ilmu pengetahuan dan logika sebagai cabang filsafat. Logika sebagai ilmu pengetahuan merupakan sebuah ilmu pengetahuan dimana obyek materialnya adalah berpikir (khususnya penalaran/proses penalaran) dan obyek formal logika adalah berpikir/penalaran yang ditinjau dari segi ketepatannya. Logika sebagai cabang filsafat adalah sebuah cabang filsafat yang praktis. Praktis disini berarti logika dapat dipraktekkan dalam kehidupan sehari-hari. 

D. Guna Logika 
Untuk apa logika dipelajari? 
Logika dipelajari agar orang yang mempelajarinya memiliki kecerdasan logika dan mampu secara cerdas menggunakan logikanya. Kecerdasan logika adalah kemampuan untuk memecahkan suatu masalah atau menjawab suatu pertanyaan ilmiah. Dalam hubungan ini logika digunakan untuk memecahkan suatu masalah saat seseorang menjabarkan masalah itu menjadi langkah-langkah yang lebih kecil, dan menyelesaikannya sedikit demi sedikit, serta membentuk pola/ menciptakan aturan-aturan (rumus). Logika juga digunakan agar mampu menggunakan metode ilmiah dalam menjawab suatu pertanyaan. Metode ilmiah ini secara singkat berarti membuat hipotesa, menguji hipotesa dengan mengumpulkan data untuk membuktikan atau menolak suatu teori, dan mengadakan eksperimen untuk menguji hipotesa tersebut.

Seseorang yang memiliki kecerdasan logika akan dengan cerdas pula menggunakan logikanya sehinggga akan memiliki salah satu atau lebih kemampuan di bawah ini: 
  1. memahami angka serta konsep-konsep matematika (menambah, mengurangi, mengali, dan membagi) dengan baik. 
  2. mengorganisasikan/ mengelompokkan kata-kata/ materi (barang) 
  3. mahir dalam menemukan pola-pola dalam kata-kata dan bahasa. 
  4. menciptakan, menguasai not-not musik, dan tertarik mendengarkan pola-pola dalam jenis musik yang berbeda-beda. 
  5. menyusun pola dan melihat bagaimana sebab-akibat bekerja dalam ilmu pengetahuan. Hal ini termasuk kemampuan untuk memperhatikan detil, melihat pola-pola dalam segalanya, mulai dari angka-angka hingga perilaku manusia, dan mampu menemukan hubungannya Contoh 1: seseorang yang menghabiskan waktu di dapur  menggunakan logikanya untuk menerka berapa lama waktu untuk memanggang sesuatu, menakar bumbu, atau merenungkan bagaimana caranya menghidangkan semua makanan agar siap dalam waktu yang bersamaan. Contoh 2: seorang detektif kriminal menggunakan logikanya untuk mereka ulang kejadian pada kasus kejahatan dan mengejar tersangka pelaku.
  6. menciptakan visual (gambar) untuk melukiskan bagaimana ilmu pengetahuan bekerja, termasuk menemukan pola-pola visual dan keindahan ilmu pengetahuan (contohnya: menguraikan spektrum cahaya dalam gambar, menggambarkan bentuk-bentuk butiran salju, dan mahluk bersel satu dari bawah mikroskop), mengorgansisasikan informasi dalam tabel dan grafik, membuat grafik untuk hasil-hasil eksperimen, bereksperimen dengan program animasi komputer. 
  7. menentukan strategi dalam permainan-permainan yang memerlukan penciptaan strategi (contohnya catur, domino) dan memahami langkah-langkah lawan. 
  8. memahami cara kerja dan bahasa komputer termasuk menciptakan kode-kode, merancang program komputer, dan mengujinya. 

E. Logika dan Bahasa 
Mulai dari mana logika sebagai ilmu dipelajari? 

Sudah dijelaskan di atas bahwa logika merupakan hasil pertimbangan akal pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Jelaslah bahwa logika memiliki pertalian yang erat dengan bahasa. Jadi apabila kita ingin mempelajari logika, mulailah dengan melihat hubungan antara bahasa dan logika atau sebaliknya. 

Bahasa (yang diucapkan) adalah bentuk lahir dari proses berfikir yang bersifat batiniah. Dalam konteks ini berpikir dapat dirumuskan sebagai ‘berbicara dengan diri sendiri di dalam batin’. Proses berbicara sendiri di dalam batin tidak dapat dilihat. Apa yang dipikirkan oleh seseorang tidak dapat diketahui. Hanya apabila seseorang telah mengatakan atau mengucapkan apa yang dipikirkannyalah dapat diketahui isi pikiran orang itu. Jadi, bahasa adalah ungkapan pikiran. Bahasa yang diungkapkan dengan baik merupakan hasil dari proses berpikir yang baik dan tertib. Demikian pula bahasa yang diungkapkan dengan berbelit-belit, tidak tertata merupakan penanda proses berfikir yang rancu. 

Karena berfikir dapat dipahami melalui bahasa yang diungkapkan maka sangat penting sekali dipahami aneka ungkapan berupa: 
·Kata 
·Term 
·Pengertian (Arti-Isi-Luas) 
·Pembagian kata (Nilai rasa dan kata-kata emosional0 
·Penggolongan (Aturan-aturan penggolongan dan beberapa kesulitannya) 
·Defenisi (Jenis-jenis defenisi dan aturan-aturan defenisi) 

Pelatihan Soal 
Jawablah pertanyaan di bawah ini dengan benar! 
1.Apakah Logika itu? 
2.Kapan logika lahir dan mulai digunakan? 
3.Terbagi ke dalam berapa macamkah logika itu apabila dilihat dari segi hakikatnya? 
4.Untuk apa logika dipelajari? 
5.Jelaskan pengertian kecerdasan logika dengan pengertian cerdas menggunakan logika! 
6.Identifikasikan oleh Anda 4 dari 8 kemampuan yang akan dimiliki oleh orang yang memiliki kecerdasan 
   logika dan cerdas menggunakan logikanya! 
7.Jelaskan hubungan antara logika dan bahasa! 
8.Jelaskan apa yang dimaksud dengan: 
·Kata 
·Term 
·Pengertian (Arti-Isi-Luas) 
·Pembagian kata (Nilai rasa dan kata-kata emosional) 
·Penggolongan (Aturan-aturan penggolongan dan beberapa kesulitannya) 
·Defenisi (Jenis-jenis defenisi dan aturan-aturan defenisi) 

[1]Ensiklopedi Indonesia. PT. Ichtiar Baru Van Hoeve. Jakarta. 1992. hal. 2034. 

[2] Kamus Besar Bahasa Indonesia. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan-Balai Pustaka. Jakarta. 1988. hal. 982. 

Kaum Sofis, nama suatu kelompok cendekiawan yang mahir berpidato pada zaman Yunani kuno. Mereka selalu berusaha mempengaruhi khalayak ramai dengan argumentasi-argumentasi yang menyesatkan yang disampaikan melalui pidato-pidato mereka agar terkesan kehebatan mereka sebagai Orotorator ulung. 

Poespoprodjo dan EK. T. Gilarso. Logika Ilmu Menalar.Dasar-dasar Berpikir Tertib, Logis,Kritis, Dialektis. Pustaka Grafika. Bandung. 1999. hal. 49.

Ditulis Oleh : Unknown // 9:58 AM
Kategori:

0 komentar:

Post a Comment